4 Fakta Menarik Kapal Pinisi yang Muncul di Google Doodle

Kapal tradisional ini menjadi ikon legendaris budaya pelaut di Indonesia. Namun rupanya pinisi bukanlah nama kapal, melainkan layar, tiang, dan layar dan segala konfigurasinya yang dipasangkan pada lambung kapal.

oleh Tifani diperbarui 07 Des 2023, 12:16 WIB
Google Doodle Rayakan Kapal Pinisi Pertama Sebagai Warisan Budaya Dunia. (Doc Google Doodle)

Liputan6.com, Yogyakarta - Google Doodle menampilkan kapal pinisi Indonesia hari ini, Kamis (07/12/2023). Kapal pinisi merupakan kapal tradisional masyarakat Sulawesi Selatan.

Kapal tradisional ini menjadi ikon legendaris budaya pelaut di Indonesia. Namun rupanya pinisi bukanlah nama kapal, melainkan layar, tiang, dan layar dan segala konfigurasinya yang dipasangkan pada lambung kapal.

Dikutip dari laman gln.kemdikbud.go.id, berikut fakta menarik kapal pinisi Google Doodle.

1. Kapal Pinisi Mahakarya Pelaut Bugis

Kapal pinisi menjadi mahakarya tradisi pelaut suku Bugis yang hingga kini masih diproduksi. Kapal pinisi berasal dari Sulawesi Selatan pada abad ke-19, pertama kali dibuat oleh suku Konjo yang bertempat tinggal di Kabupaten Bulukumba.

Pelaut dari suku tersebut memiliki ide untuk menggabungkan rig tradisional mereka dengan rig sekunar Barat dan menyebutnya rig pinisi. Suku Konjo menggunakan kapal pinisi sebagai alat transportasi dan keperluan memancing. Kapal tradisional ini menerapkan lambung khusus yang disebut palari yang memiliki cukup ruang untuk kargo besar.

 


Asal-usul Nama Kapal Pinisi

2. Asal-usul Nama Kapal Pinisi

Nama pinisi berasal dari dua kata, “picuru” yang berarti “teladan yang baik” dan “binisi” yang berarti “ikan kecil dan lincah”. Nama ini diberikan oleh raja mereka pada saat itu untuk menghormati penemuan pelaut.

3. Kapal Pinisi Sudah Ada Sejak Abad ke-19

Meski dipercaya oleh banyak orang bahwa kapal dengan sistem pinisi telah ada sejak abad ke-14, nyatanya tidak ada bukti yang mendukung pernyataan tersebut. Sebuah penelitian telah mengungkap bahwa kapal milik Pangeran Sawerigading yang digunakan untuk berlayar ke berbagai negeri bukan pinisi, tetapi Perahu Welenrengnge.

Selain itu, pinisi pertama kali bukan diciptakan oleh Suku Bugis, tetapi Suku Konjo di Tana Beru, Bira, Ara, dan Lemo-Lemo di Sulawesi. Kendati demikian, Suku Bugis juga menggunakan kapal ini untuk transportasi antarpulau dan kebutuhan memancing.

Pendapat lain meyakini bahwa pinisi berasal dari bahasa Jerman 'pinasse' yang merujuk pada kapal layar berukuran kecil. Dalam perkembangannya, kata itu diserap oleh orang Melayu menjadi 'pinas' atau bahkan 'penis', pada pertengahan abad ke-19.

 


Memiliki Sistem Tiang dan Layar yang Rumit

4. Memiliki Sistem Tiang dan Layar yang Rumit

Pinisi sebenarnya merujuk pada sistem layar, tiang, dan layar dan segala konfigurasinya yang dipasangkan pada lambung kapal, bukan nama kapalnya. Beberapa contoh kapal yang menggunakan sistem pinisi adalah Kapal Lambo (Lamba) dan Palari.

Bentuk kapal pinisi asli memiliki dua tiang dengan tujuh hingga delapan layar. Berbeda dengan kapal barat yang memiliki 3 tiang, pinisi hanya memiliki 2.

Tiang depan sedikit lebih tinggi dari tiang buritan, dan layar berjajar di tengah. Setiap tiang dilengkapi dengan layar persegi panjang besar dan layar segitiga kecil, dengan yang besar berada di bawah.

Layar lainnya diikat dari tiang depan ke cucur dan biasanya terdiri dari 3 atau 4 layar segitiga kecil. Kapal pinisi standar memiliki panjang sekitar 20-35 meter, meskipun ada varian kecil kapal yang panjangnya hanya sekitar 10 meter yang digunakan untuk memancing.

Model selanjutnya dapat mencapai hingga 50 meter dan dapat memuat sekitar 30 orang. Jenis kapal pinisi ini hanya sedikit, dan kebanyakan hanya digunakan untuk perjalanan kapal pesiar yang mewah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya