Jurus Indonesia Lepas dari Jerat Impor Demi Kejar Swasembada Beras Lagi

Indonesia pernah mampu memenuhi kebutuhan beras nasional dari produksi dalam negeri dalam kurun waktu yang tak sebentar. Namun, saat ini, produksi beras Tanah Air disebut belum bisa memenuhinya.

oleh Arief Rahman H diperbarui 07 Des 2023, 11:30 WIB
Ptl Kementerian Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi. Indonesia pernah mampu memenuhi kebutuhan beras nasional dari produksi dalam negeri dalam kurun waktu yang tak sebentar. Namun, saat ini, produksi beras Tanah Air disebut belum bisa memenuhinya. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia pernah mampu memenuhi kebutuhan beras nasional dari produksi dalam negeri dalam kurun waktu yang tak sebentar. Namun, saat ini, produksi beras Tanah Air disebut belum bisa memenuhinya.

Alhasil, swasembada beras nasional tak lagi diemban Indonesia. Meski begitu, ada ambisi untuk meningkatkan produksi beras nasional agar swasembada bisa kembali tercapai.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap misi khusus yang diberikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan produksi beras.

 

"Bapak Mentan (Menteri Pertanian) pernah sampaikan ke kita, tanam itu minimal harus 1 juta hektar sehingga dalam sebulan bisa dipanen lebih dari 2,5 juta ton, itu adalah untuk kebutuhan nasional," kata dia dalam keterangannya, Kamis (7/12/2023).

Swasembada Beras

Dia mengatakan, jika hal itu bisa tercapai, maka swasembada beras bukan tidak mungkin untuk dicapai kembali Indonesia.

"Kalau ini (areal tanam) bisa ditingkatkan menjadi 1,5 atau 2 juta hektar, kita akan bisa memenuhi kebutuhan beras kembali bersumber dari dalam negeri," imbuh dia.

Arief menegaskan, pemerintah terpaksa untuk melakukan impor beras. Pasalnya, ada kebutuhan pemenuhan cadangan beras pemerintah (CBP).

"Impor ini kita lakukan sangat terpaksa, karena kita ingin ekonominya bergeraknya ada di Indonesia, petaninya ada di Indonesia, penggiling padinya juga ada di Indonesia, jadi roda ekonominya ada di Indonesia. Setelah ini kita harus hand in hand untuk memperkuat CBP dan utamakan produksi tentunya dari dalam negeri," urainya.

Untuk diketahui, per 5 Desember total stok beras yang ada di Bulog terdapat 1,5 juta ton. Sementara ID FOOD juga mengelola komoditas beras sejumlah 2.260 ton. Selanjutnya Cadangan Beras Pemerintah Daerah Provinsi (CBPP) se-Indonesia tercatat ada 6.735 ton.

 


Jokowi Minta Stok Beras Ditambah

Dalam kunjungannya, Jokowi turut didampingi beberapa menteri dan pemangku kepentingan. Antara lain, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Kepala Perum Bulog Budi Waseso, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menjabarkan fokusnya adalah untuk memastikan ketersediaan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ada dan cukup di seluruh penjuru Indonesia. Ia juga menekankan stok minimal CBP yang dikelola Bulog juga menjadi atensi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Bapak Presiden memerintahkan saya sebagai Kepala Badan Pangan Nasional untuk memastikan stok beras sampai ke Indonesia Timur, juga Indonesia Tengah, semua harus ada. Kemarin dari Indonesia Barat, Timur, dan Tengah lalu disini kita menyaksikan stok Bulog dalam kondisi yang cukup," papar Arief.

"Tentunya stok Bulog akan selalu dijaga diatas 1 juta ton. Namun kemarin Bapak Presiden meminta penambahan stok sampai terus mendekati 3 juta ton. Ini untuk memastikan bahwa dalam kondisi apapun, entah itu climate change, El Nino atau apapun, negara itu punya stok yang siap sedia digelontorkan ke masyarakat," beber Kepala NFA.

 


4.700 Ton Beras Impor Masuk Kupang

Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso dalam proses pembongkaran kapal beras impor yang baru sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada kamis (12/10/2023). (Ayu/Merdeka.com)

Sebanyak 4.700 ton beras impor dari Thailand telah mssuk Indonesia melalui Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Beras impor ini ditujukan untuk mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Indonesia Timur.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi menyampaikan pemenuhan stok beras terus dikejar menjelang momen Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru).

"Perintah Bapak Presiden Joko Widodo ke kami, agar semua daerah terluar, termasuk yang ada di NTT ini, stok CBP dapat tercukupi. Kalau mengamankan stok di Kupang itu gampang saja, tapi kalau mengamankan stok di Rote atau Way Ngapu, itu baru keren," tuturnya dalam keterangan tertulis, Kamis (7/12/2023).

"Demi amankan kebutuhan untuk Nataru, kita pastikan stok aman, terutama untuk wilayah yang mayoritas merayakan Natal seperti di NTT ini. Masyarakat agar tenang dan cukup dengan selalu berbelanja bijak," imbuh Arief.

 


Perkuat Stok

Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog mendatangkan 5.000 ton beras impor asal Vietnam guna menambah cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan digunakan untuk operasi pasar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Untuk kedatangan pasokan beras 4.700 ton untuk Perum Bulog wilayah NTT ini akan semakin memperkuat stok yang telah ada. Per 1 Desember, stok beras yang dikelola Bulog NTT tercatat ada 18.348 ton.

"Kita minta Bulog khusus untuk menerima kedatangan 4.700 ton ini dapat beroperasi 24 jam. Pelindo sudah komitmen untuk bongkar muat 24 jam, sehingga gudang Bulog pun juga harus siap menyimpan stok ini sampai proses bongkar muat tuntas," tutur Kepala NFA.

Dia berharap, tambahan stok beras ini bisa meyakinkan masyarakat atas ketersediaan menjelang Nataru.

"Stok CBP ini tentunya hanya dipergunakan untuk program pemerintah demi membantu masyarakat secara luas, misalnya bantuan pangan beras dan program SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) di pasar-pasar," tegasnya.

 

INFOGRAFIS: 5 Negara Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya