Wisata Kapal Pinisi di Labuan Bajo, Simak Harga Sewa dan Ragam Fasilitasnya

Pinisi mejeng sebagai ilustrasi Google Doodle pada hari ini, Kamis (7/12/2023). Dikutip dari laman resmi, Doodle ini untuk merayakan pinisi, sebuah kapal layar yang digunakan sejak berabad-abad lalu di Nusantara.

oleh Putu Elmira diperbarui 07 Des 2023, 10:50 WIB
Butuh waktu sekitar 4 jam dengan Kapal Pinisi dari Labuan Bajo untuk sampai ke Pulau Padar. (Amal/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pinisi mejeng sebagai ilustrasi Google Doodle pada hari ini, Kamis (7/12/2023). Dikutip dari laman resmi, Doodle ini untuk merayakan pinisi, sebuah kapal layar yang digunakan sejak berabad-abad lalu di Nusantara.

Pada hari ini di 2017, kapal pinisi Indonesia menjadi warisan budaya dunia UNESCO yang ditetapkan di Paris, Prancis. Dikutip dari Indonesiabaik.id, Kamis (7/12/2023), UNESCO menetakan seni pembuatan kapal pinisi dari Sulawesi Selatan terpilih sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural of Humanity).

Megahnya kapal pinisi juga banyak ada di destinasi wisata Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Wisata kapal pinisi pun cukup banyak dilirik, baik oleh wisatawan Nusantara juga internasional.

Lantas, berapa harga sewa kapal pinisi dan apa saja fasilitasnya? Dikutip dari kraengkomodotour.com, ada beberapa jenis kapal pinisi yang ditawarkan, mulai dari phinisi superior, phinisi deluxe, dan phinisi luxury.

Phinisi superior menghadirkan dua jenis kapal dengan harga berkisar Rp35 juta hingga Rp38,5 juta per malam. Tergantung jenis kapalnya, beberapa fasilitas di dalamnya, yakni dinning room, sun deck, rooftop, canoe, bean bags, towel, hingga WiFi.

Phinisi deluxe memiliki empat jenis kapal yang dibanderol mulai dari Rp53 juta hingga Rp64,8 juta per malam. Beberapa fasilitas sekiranya mirip dengan jenis pinisi sebelumnya.

Sedangkan phinisi luxury hadir dengan empat jenis kapal yang harga sewanya dibanderol mulai dari Rp40 juta hingga Rp70 juta per malam. Untuk kapal termahal sendiri bernama Vinca Voyages.


Wisata Keliling Labuan Bajo

Sekoci mengantarkan wisatawan mencapai bibir pantai Pulau Padar. (Amal/Liputan6.com)

Kapal pinisi ini berlayar di perairan Labuan Bajo yang dibangun pada 2020 dan diluncurkan pada 16 Maret 2021 di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kapal ini memiliki panjang 34 meter dan lebar 1 meter.

Tersedia enam kabin yang berkapasitas untuk 12 orang. Kapal dengan kecepatan 7 knt Knots ini dilengkapi life raft, life jacket, GPS, hingga marne radio. Sedangkan beberapa fasilitasnya mulai dari dinning room, sun deck, rooftop, padle board, canoe, bean bags, towel, karaoke, hingga jacuzzi.

Wisata ini bahkan menyediakan pula itinerary lengkap, mulai dari trip 1 day, 2D1N, 3D2N, hingga 4D3N.

1 DAY

HARI 1

  • Labuan Bajo
  • Pulau Padar (trekking atau hiking)
  • Pulau Komodo (melihat komodo)
  • Long Pink Beach (bermain di pantai dan snorkeling)
  • Kembali ke Labuan Bajo (kembali ke hotel)
  • *Makan siang disajikan di kapal.

2D1N

HARI 1

  • Labuan Bajo
  • Pulau Kelor (hiking and snorkeling)
  • Strowbarry rock (hiking or swimming)
  • Pulau Kalong (menikmati sunset dan melihat kelelawar)
  • *Makan siang dan makan malam disajikan di kapal.

 

HARI 2

  • Padar Island (trekking or hiking)
  • Long Pink Beach (bermain di pantai dan snorkeling)
  • Pulau Komodo (melihat komodo)
  • Manta Point (snorkeling bersama manta ray)
  • Kembali ke Labuan Bajo (kembali ke hotel)
  • *Sarapan dan makan siang disajikan di kapal.

Kapal Pinisi, Warisan Nenek Moyang

Kapal Pinisi menjemput pagi di Teluk Tomini (Liputan6.com/Andri Arnold)

Dikutip Indonesiabaik.id, kapal pinisi diakui telah menjadi bagian seni berlayar wilayah kepulauan yang tak ternilai. Pembuatan kapal pinisi masih bisa ditemui di beberapa wilayah Sulawesi Selatan, yaitu di Tana Beru, Bira, dan Batu Licin di Kabupaten Balukumba.

Rangkaian proses pembuatan kapal ini merefleksikan nilai sosial dan budaya kehidupan sehari-hari, yaitu kerja bersama, bekerja keras, keindahan, serta penghargaan terhadap lingkungan alam. Teknik pembuatan pinisi juga sangat memerhatikan ketelitian dari sisi teknik dan navigasi.

Dikutip dari laman Kemenparekraf, kapal pinisi sudah ada sejak 1500-an di Indonesia. Pinisi kerap digunakan oleh pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar asal Sulawesi Selatan untuk mengangkut barang.

Dulunya, kapal ini digunakan untuk perdagangan. Namun saat ini banyak kapal pinisi yang digunakan sebagai daya tarik wisata.

Kapal pinisi sangat mudah dikenali di perairan. Ciri khas tersebut bisa dilihat dari penggunaan 7--8 layar, serta dua tiang utama pada bagian di depan dan belakang kapal.


Proses Pembuatan Pinisi

Kapal Pinisi Bakti Nusa bersandar di dermaga Pelabuhan Gorontalo, Sulawesi Utara, Rabu (16/1). Kapal tradisional khas masyarakat Bugis itu akan melanjutkan perjalanan mengarungi samudera. (Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Selain itu, kapal tradisional Indonesia ini juga terbuat dari kayu. Umumnya ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat kapal pinisi, yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati.

Proses pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk membuat kapal pinisi.

Biasanya, "hari baik" mencari kayu jatuh pada hari ke-5 atau ke-7 pada bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari ini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki.

Tahap kedua pembuatan kapal pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal pinisi. Tahap kedua inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan.

Pada tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal pinisi ke laut. Namun, sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara maccera lopi, atau menyucikan kapal pinisi.

Upacara ini ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing. Dengan perhitungan, jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau di atas 100 ton berarti sembelih sapi.

Pemerintah telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas, antara lain Borobudur, Likupang, Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya