Deretan Fakta Menarik Kapal Pinisi yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Warisan Budaya yang Diakui UNESCO

Dirangkum dari berbagai sumber berikut ini deretan fakta menarik tentang kapal Pinisi yang perlu kalian ketahui.

oleh Camelia diperbarui 15 Des 2023, 18:51 WIB
Deretan Fakta Menarik Kapal Pinisi yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Warisan Budaya yang Diakui UNESCO (Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat hari ini, Kamis (7/12/2023), Google Doodle menampilkan gambar kapal Pinisi. Seperti yang kita ketahui kapal pinisi merupakan salah satu kapal paling ikonik dalam sejarah bangsa indonesia. Selain itu, kapal pinisi menjadi salah satu warisan budaya dunia berasal dari Indonesia, tepatnya dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan. 

Dikutip dari laman resmi Kemenparekraf.go.id, kapal Pinisi sudah ada sejak 1500-an di Indonesia, dan sering digunakan oleh pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar asal Sulawesi Selatan untuk mengangkut barang. 

Walau dulu kapal ini digunakan untuk perdagangan, saat ini banyak kapal pinisi yang digunakan sebagai daya tarik wisata. Kapal Pinisi sangat mudah dikenali di perairan. Ciri khas tersebut bisa dilihat dari penggunaan 7-8 layar, serta 2 tiang utama pada bagian di depan dan belakang kapal. Selain itu, kapal tradisional Indonesia ini juga terbuat dari kayu. 

Umumnya ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat kapal Pinisi, yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini deretan fakta menarik tentang kapal Pinisi yang perlu kalian ketahui:

1. Pembuatan Kapal Pinisi

Di Indonesia, pembuatan kapal Pinisi berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tepatnya berada di tiga desa, yaitu Desa Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. Masih dilakukan dengan cara tradisional, pembuatan kapal pinisi tidak bisa dilakukan sembarangan. 

Proses pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk membuat kapal pinisi. Biasanya, “hari baik” mencari kayu jatuh pada hari ke-5 atau ke-7 pada bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari ini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki. 

Selanjutnya, tahap kedua pembuatan kapal Pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal pinisi. Tahap kedua inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan.

Lalu tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal Pinisi ke laut. Namun, sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara "maccera lopi" atau menyucikan kapal Pinisi. Upacara ini ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing.

Dengan perhitungan, jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau di atas 100 ton berarti sembelih sapi.

Itu sebabnya, rangkaian pembuatan kapal Pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, keindahan, hingga menghargai alam.

2 dari 4 halaman

2. Kini Menjadi Salah Satu Destinasi Wisata

Kapal Pinisi menjemput pagi di Teluk Tomini (Liputan6.com/Andri Arnold)

Kalau dulunya kapal Pinisi kerap digunakan nenek moyang bangsa Indonesia untuk berdagang, kini kapal Pinisi menjadi daya tarik wisata di berbagai destinasi wisata Indonesia. Mulai dari Kepulauan Raja Ampat, Labuan Bajo, hingga yang terbaru kapal Pinisi sudah ada di Danau Toba, Sumatera Utara.

Menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas, danau vulkanik terbesar di dunia ini memiliki keindahan alam yang memesona. Para wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Toba dengan latar perbukitan hijau dengan naik kapal Pinisi Kenzo. Kalian tertarik mencoba?

3 dari 4 halaman

3. Diakui Sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO

Sebuah perahu yang membawa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para pemimpin ASEAN berlayar untuk acara melihat matahari terbenam di sela-sela KTT Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-42 di Labuan Bajo pada 10 Mei 2023. MAST IRHAM / POOL / AFP)

Dilansir dari laman Kemdikbud, pada tahun 2017 silam, kapal Pinisi resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada Sidang ke-12 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Pulau Jeju, Korea Selatan.

Penetapan kapal Pinisi sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO merupakan bentuk pengakuan dunia Internasional terhadap arti penting pengetahuan akan teknik perkapalan tradisional yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia yang diturunkan dari generasi ke generasi dan yang masih berkembang sampai hari ini.

“Pinisi” tidak hanya dikenal sebagai perahu tradisional masyarakat yang tangguh untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia, tetapi juga tangguh pada pelayaran internasional. 

Kapal Pinisi juga menjadi lambang dari teknik perkapalan tradisional negara Kepulauan. Kapal Pinisi adalah bagian dari sejarah dan adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan khususnya dan wilayah Nusantara pada umumnya.

4 dari 4 halaman

Sejarah Kapal Pinisi yang Jadi Tema Google Doodle, Berawal dari Kerinduan Kampung Halaman

Berdasarkan keterangan pers diterima, sebelum ditutup dengan sesi acara makan malam atau gala dinner, Jokowi sempat mengajak para pemimpin ASEAN untuk sejenak melepas penat dengan melihat senja di Labuan Bajo di atas kapal Pinisi. (Agus Suparto, Fotografer Kepresidenan)

Gambar kapal pinisi sedang berlayar di lautan tampil sebagai Google Doodle hari ini, 7 Desember 2023. Kapal pinisi tersebut muncul di laman utama pencarian Google.

Kapal pinisi merupakan salah satu kapal paling ikonik dalam sejarah bangsa indonesia. Selain itu, kapal pinisi menjadi salah satu warisan budaya dunia berasal dari Indonesia, tepatnya dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan. Lantas, bagaimana sejarah dari kapal pinisi, berikut ulasannya.

Dikutip dari laman Kemenhub, Kamis (7/12/2023), sejarah telah membuktikan bahwa negara Indonesia ini telah menguasai lautan sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu bukti kejayaan Indonesia sebagai negara maritim adalah adanya kapal pinisi.

Kapal ini dibuat pada abad ke 14 silam oleh seorang putra mahkota Kerajaan Luwu bernama Sawerigading.

Sawerigading membuat Kapal Pinisi menggunakan kayu dari pohon Walerengreng atau Pohon Dewata yang terkenal kokoh dan tidak mudah rapuh/lapuk. Selanjutnya kapal tersebut digunakannya untuk berlayar ke Tiongkok guna mempersunting putri kerajaan bernama We Cudai.

Namun, beberapa tahun kemudian Sawerigading tidak mampu menahan kerinduan akan kampung halamannya dan memutuskan untuk pulang dengan menggunakan kapal yang sama.

Namun sayangnya, di tengah perjalanan kapal yang dia naiki rusak dihantam gelombang di daerah Bulukumba. Kapalnya terbelah dan terpental hingga ke 3 wilayah, yaitu Ara, Tana Beru dan Lemo-Lemo.

Masyarakat dari wilayah tersebut akhirnya membantu Sawerigading untuk membangun kembali kapalnya dengan lebih besar dan lebih kokoh. Kapal tersebut kemudian dinamakan Pinisi yang memiliki makna 'kapal yang tangguh dan mampu melawan ombak."

Hingga saat ini, daerah Bulukumba terkenal dengan orang-orangnya yang memiliki kemampuan khusus membuat kapal Pinisi dengan cara tradisional.

Sebagai informasi, Google Doodle merupakan perubahan logo khusus dan sementara di beranda Google yang dimaksudkan untuk memperingati liburan, acara, prestasi, dan tokoh sejarah tertentu.

Selengkapnya...

Infografis Hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala 402. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya