IHA Bagikan Cerita di Balik Proses Pemulihan Koleksi Pasca Bencana di Museum Nasional

Indonesia Heritage Agency (IHA) yang sudah resmi menjadi Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, mengadakan diskusi publik dengan tema "Road to Warna Baru Warisan Budaya - Shifting Cultures, Reimagining Museums"

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 07 Des 2023, 19:30 WIB
Para Narasumber dan Moderator dalam Diskusi Publik Sesi Pertama, Indonesia Heritage Agency (IHA) (Liputan6.com/Wanda Andita Putri)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Heritage Agency (IHA) yang sudah resmi menjadi Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, mengadakan diskusi publik dengan tema "Road to Warna Baru Warisan Budaya - Shifting Cultures, Reimagining Museums" pada Kamis (7/12/23). Diskusi publik ini diselenggarakan sebagai wujud nyata dalam upaya IHA untuk mengoptimalkan inovasi pelayanan museum melalui kolaborasi dengan komunitas, akademisi, dan para ahli. 

Tujuan dari kegiatan ini ialah menjadi menjadi ruang inspiratif untuk mengulas perubahan budaya, mendiskusikan peran kolektif publik dalam merespons berbagai perubahan, dan mendiskusikan proses pemulihan pasca bencana yang terjadi di Museum Nasional pada September lalu.

Bencana yang menimpa Museum Nasional pada 16 September 2023 lalu, tentu memberikan duka bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama bagi para stakeholder dan komunitas yang terlibat dalam konservasi warisan budaya dan museum. Namun, terlepas dari berbagai kerusakan dan kerugian yang dialami, bencana tersebut juga mmeberikan pelajaran sekaligus peringatan kepada semua pihak.

Budiman, sebagai Kurator Museum Nasional Indonesia, melihat bencana kebakaran tersebut sebagai sebuah perjalanan yang sangat serius yang melibatkan berbagai stakeholder permusiuman baik internal maupun eksternal dan salah satu hal yang bisa diambil dari tragedi tersebut adalah kerja sama. Hal ini dikarenakan museum bukan hanya milik satu golongan, tetapi milik bangsa Indonesia.

"Tragedi ini tentunya membawa sebuah elajaran bagi kita semua sekaligus untuk peringatan bagi stakeholder permusiuman. Tentunya, ini bukan hal yang mudah, perlu ada sebuah perjalanan yang sangat serius dari berbagai bidang yang melibatkan stakeholder permusiuman internal atau eksternal. Bagaimanapun ini semua demi pelestarian kebudayaan bangsa kita sendiri. Dan apa yang bisa kita pelajari, tentunya dari kebakaran yang terjadi, salah satunya adalah bekerja sama," kata Budiman dalam sesi satu gelar wicara atau diskusi publik.

Selain itu, Budiman juga sangat mengapresiasi kepedulian dari berbagai lapisan masyarakat terkait bencana yang dialami Museum Nasional. Sayangnya, tidak semua bantuan tersebut dapat diterima karena pihak museum harus fokus terlebih dahulu dengan semua langkah yang sudah direncanakan demi kebaikan Museum Nasional ke depannya.

"Kami tentunya sangat mengapresiasi banyak masyarakat yang sangat peduli dengan kebakaran ini, banyak yang mau terlibat dan membantu. Namun, kami juga meminta maaf sebesar-besarnya karena tidak bisa semua bantuan kami terima. Kami harus fokus dengan langkah yang sudah kami rencanakan," tambah Budiman.

 


Proses Pemulihan Koleksi Pasca Bencana Museum Nasional?

Nahar Cahyandaru, Subkoordinator Konservasi Indonesia Heritage Agency dalam diskusi publik (Liputan6.com/Wanda Andita Putri)

Selaku kurator Museum Nasional, Budiman melihat bahwa pemeliharaan koleksi di museum sudah berjalan dengan baik meskipun belum sempurna. Hal ini tentu memerlukan langkah konkret untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, maupun kualitas sumber daya manusia. Langkah yang sudah direncanakan adalah mengadakan pelatihan, mengundang para ahli baik dari dalam maupun luar negeri, dan penelitian secara formal untuk jenjang yang lebih tinggi.

"Pemeliharaan koleksi di museum sebetulnya sudah berjalan dengan baik meskipun belum ideal atau belum sempurna. Untuk menuju lebih baik, tentunya perlu ada langkah konkret dari kita semua untuk menambah dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana maupun kualitas dari SDM. Langkah yang dapat dan tentunya sudah kita jalankan di dunia permusiuman, khususnya di Museum Nasional itu adalah mengadakan pelatihan, mengundang ahli dari berbagai pihak baik luar atau dalam negeri, bahkan penelitian secara formal untuk jenjang yang lebih tinggi," ujar Budiman.

Budiman juga berharap, "Mudah-mudahan dengan adanya sebuah reorganisasi dari Dinas Kebudayaan yang tergabung dalam Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya ini bisa menjadi sebuah solusi untuk proses pemeliharaan koleksi yang ada di Museum Nasional."

Terkait pemeliharaan koleksi museum pasca bencana, Nahar Cahyandaru, Subkoordinator Konservasi Indonesia Heritage Agency,mengatakan bahwa objek yang berhasil diselamatkan dari lokasi kejadian telah disimpan di ruang temporer untuk dilakukan pendataan ulang berdasarkan data sebelum kejadian, yang dilanjutkan dengan klasifikasi untuk melihat risiko kerusakan, stabilisasi, dan restorasi atau pemulihan kembali ke keadaan semula.

"Objek yang berhasil kita selamatkan dari lokasi itu kita simpan di ruang temporer untuk dilakukan pendataan ulang, kemudian dikroscek dengan data sebelum peristiwa itu, kemudian kita sudah melakukan klasifikasi untuk melihat risiko kerusakan dari masing-masing. Objek yang harus segera ditangani itu yang kita dahulukan. Pada bulan November dan Desember ini kita fokus melakukan konservasi pada material yang memang harus didahulukan, kata Nahar.

"Untuk koleksi yang diangkat itu sebetulnya lebih dari 90% karena kita sudah mencapai 728 dan dari segitu kita sudah kategorisasikan ada 171 koleksi yang mayoritas logam yang perlu mendapatkan penanganan segera. Dari 171 itu kita sudah selesai 28 koleksi dan sisanya sedang berproses saat ini. Setelah itu, kita stabilisasi dan dilanjutkan dengan restorasi pada tahun depan," sambung Nahar.

 


Kesan dan Pesan dari Kolaborasi dalam Pemulihan Koleksi Museum Pasca Bencana

Para Narasumber dan Moderator dalam Diskusi Publik Sesi Pertama, Indonesia Heritage Agency (IHA) (Liputan6.com/Wanda Andita Putri)

Ibarat pepatah lama, "Berat sama dijinjing, ringan sama dipikul." Pepatah yang mengandung makna kerja sama tersebut, tampaknya menjadi gambaran yang terjadi pasca bencana yang dialami Museum Nasional. Perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk membantu memperbaiki pelestarian kebudayaan Indonesia, terutama museum sebagai penyimpanan warisan budaya.

Selaku Subkoordinator Konservasi IHA, Nahar Cahyandaru mengakui bahwa banyaknya tuntutan pekerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia ini maka pilihan satu-satunya adalah dengan melakukan kolaborasi.

"Memang dalam situasi saat ini, di mana tuntutan pekerjaan semakin banyak, sementara SDM semakin sedikit. Pilihannya, mau tidak mau adalah kolaborasi atau kerja sama. Di konservasi itu kita memiliki bibit-bibit yang masing-masingnya memberi konservator. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana cara mobilisasi dan menyatukan para konservator ini untuk melakukan suatu program prioritas," ujar Nahar.

Selain itu, Widyanto Dwi Nugroho yang merupakan Associate Professor (Majoring in Wood Science), Fakultas Kehutanan UGM, sangat senang dapat berkolaborasi dalam pelestarian koleksi-koleksi pasca bencana dan mendapatkan berbagai pelajaran baru.

"Museum tidak lagi merupakan tanggung jawab bidang tertentu. Memang sekarang saatnya adalah kita bersama-sama dalam men-support museum ini, tidak hanya dalam senang, tetapi juga dalam susah. Kami juga senang sekali dapat membantu meskipun kami bukan dari latar belakang yang tahu betul dengan sejarah, melainkan dari kehutanan. Jadi, selain kami beri sesuatu yang kami bisa, tapi saya yakin kami lebih banyak menerima yang kami belum tahu dan itulah yang membuat kami tetap bersemangat sampai detik ini," kata Widyanto.

Hari Museum Internasional

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya