Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (7/12/2023), PT Wijaya Karya Tbk akan menerbitkan saham maksimal 92.238.374.992 saham atau 92,23 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 100. Perseroan akan melakukan rights issue melalui mekanisme penawaran umum serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015 tentang PMHMETD sebagaimana diubah dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.04/2019.
Advertisement
Selain itu, Perseroan disetujui untuk mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 6 triliun dengan target pencairan dilakukan paling lambat kuartal I 2024.
“Oleh karenanya Perseroan berencana melaksanakan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) ,” tulis Perseroan dalam keterbukaan informasi BEI.
Adapun latar belakang pelaksanaan rights issue, manajemen PT Wijaya Karya Tbk menyebutkan dalam rangka penyehatan keuangan melakukan restrukturisasi dengan melakukan beberapa stream penyehatan keuangan untuk memperbaiki kinerjanya yang antara lain restrukturisasi keuangan, perbaikan tata kelola dan manajemen risiko.
Selain itu, percepatan penagihan piutang bermasalah, aset recycling, perbaikan portofolio orderbook, penurunan operating expense, penurunan saldo pinjaman talangan supplier dan penguatan struktur permodalan yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 13 Oktober 2023.
Selain itu, manajemen PT Wijaya Karya Tbk juga diamanatkan untuk menyelesaikan proyek-proyek strategis nasional dan proyek-proyek ibu kota negara, di antaranya antara lain pembangunan proyek jalan tol, sistem penyediaan air minum (SPAM), bendungan, pembangkit listrik, pembangunan smelter, dan proyek jaringan distribusi utama SPAM.
Selesaikan Proyek Strategis
Untuk merealisasikan pembangunan proyek-proyek strategi itu, Perseroan membutuhkan tambahan pendanaan untuk memperkuat struktur permodalan. Salah satunya melakukan PMHMETD kepada pemegang saham Perseroan yang dilaksanakan sesuai ketentuan POJK.
Adapun bagi pemegang saham Perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan efek terlebih dahulu, pemegang saham tersebut akan terkena dilusi atas persentase kepemilikan saham Perseroan maksimal 30,45 persen.
"Dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD ini setelah dikurangi biaya-biaya seluruhnya akan digunakan sebagai modal kerja dalam rangka penyelesaian Proyek Strategis Nasional dan Proyek Ibukota Negara serta untuk memperbaiki kondisi keuangan Perseroan,"
Jadwal RUPSLB:
1.Pemberitahuan kepada OJK perihal rencana RUPSLB pada 29 November 2023
2.Pengumuman perihal rencana RUPSLB dan keterbukaan informasi mengenai PMHMETD pada 6 Desember 2023
3.Tanggal daftar pemegang saham yang berhak mengikuti RUPSLB (recording date) pada 20 Desember 2023
4.Pemanggilan RUSPLB pada 21 Desember 2023
5.Penyelenggaraan RUPSLB pada 12 Januari 2024
Pada penutupan perdagangan saham Kamis, 7 Desember 2023, saham WIKA melemah 3,49 persen ke posisi Rp 332 per saham. Saham WIKA dibuka stagnan di posisi Rp 344 per saham. Saham WIKA berada di level tertinggi Rp 346 dan terendah Rp 324 per saham.Total frekuensi perdagangan 3.397 kali dengan volume perdagangan 337.231 saham. Nilai transaksi Rp 11,3 miliar.
Advertisement
Rugi Bersih Wijaya Karya Sentuh Rp 5,84 Triliun hingga Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengumumkan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Perseroan membukukan peningkatan pendapatan dan masih mencatatkan rugi bersih pada periode tersebut.
Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (1/12/2023), Wijaya Karya membukukan pendapatan neto sebesar Rp 15,07 triliun per kuartal III 2023. Hasil ini naik 17,88 persen dibandingkan pendapatan neto per kuartal III 2022 senilai Rp 12,79 triliun.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan Wijaya Karya membengkak 18,59 persen menjadi Rp 13,86 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok pendapatan perusahaan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 11,69 triliun.
Per kuartal III 2023, WIKA meraih rugi neto senilai Rp 6,45 triliun dibandingkan laba neto WIKA per kuartal III 2022 senilai Rp 5,53 miliar.
Alhasil, WIKA mengantongi rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,84 triliun per kuartal III 2023. Pada periode yang sama tahun sebelumnya rugi bersih tercatat Rp 27,96 miliar.
Hingga kuartal III 2023, total aset WIKA tercatat sebanyak Rp 66,65 triliun atau menurun dibandingkan total aset perusahaan pada akhir 2022 senilai Rp 75,06 triliun.
Liabilitas WIKA per kuartal III 2023 tercatat sebesar Rp 55,67 triliun atau turun dibandingkan liabilitas perusahaan pada akhir tahun lalu senilai Rp 57,57 triliun. Ekuitas WIKA turun dari Rp17,49 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp 10,97 triliun per kuartal III 2023.
Pada perdagangan saham Jumat, 1 Desember 2023 pukul 10.48 WIB, saham WIKA naik 1,06 persen ke posisi Rp 382 per saham. Saham WIKA dibuka naik dua poin ke posisi Rp 380 per saham. Saham WIKA berada di level tertinggi Rp 386 dan terendah Rp 376 saham. Total frekuensi perdagangan 1.144 kali dengan volume perdagangan 144.970 saham. Nilai transaksi Rp 5,5 miliar.
Wijaya Karya Prediksi Nilai Kontrak Baru Rp 27 Triliun pada 2024
Sebelumnya diberitakan, emiten konstruksi BUMN, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memproyeksikan nilai kontrak baru pada tahun depan paling tidak sama dengan target 2023, yakni Rp 25-27 triliun.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menuturkan, pihaknya menargetkan nilai kontrak baru sekitar Rp 25-27 triliun pada 2023 dan 2024. Proyeksi tersebut mengalami penurunan dari realisasi pada 2022 sebesar Rp 33,35 triliun.
Bila mengacu pada kondisi tahun politik (2024), bisnis di sektor konstruksi ini mengalami perlambatan. Sebab, biasanya pemilik perusahaan konstruksi menunggu hasil pemilihan umum (pemilu).
"Target 2024 sendiri kami masih evaluasi besaran nilainya kemungkinan sama seperti 2023 antara Rp 25-27 triliun, untuk target tentunya kami harapkan sama pada 2024," kata dia.
Advertisement