Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Jumat (8/12/2023). Hal ini seiring produk domestik bruto (PDB) Jepang pada kuartal III 2023 direvisi turun secara mengejutkan, sedangkan investor juga menanti Keputusan suku bunga bank sentral India.
Dikutip dari CNBC, PDB Jepang pada kuartal III direvisi turun menjadi 0,7 persen kuartal ke QoQ, penurunan lebih tajam dibandingkan penurunan 0,5 persen yang diprediksi sebelumnya. Ekonom prediksi, angka yang direvisi tidak akan berubah pada 0,5 peren.
Advertisement
Reserve Bank of India juga akan merilis keputusan suku bunga pada Jumat pekan ini. Jajak pendapat Reuters terhadap 64 ekonom dengan suara bulat prediksi bank sentral akan pertahankan suku bunga acuan tetap stabil di 6,5 persen untuk keempat kali berturut-turut.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,32 persen. Indeks Nikkei 225 merosot 1,23 persen setelah rilis data PDB. Sedangkan indeks Topix susut 0,71 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,81 persen dan indeks Kosdaq bertambah 1,08 persen. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.423, menunjukkan indeks acuan lebih kuat dari penutupan perdagangan terakhir di posisi 16.345,89.
Di wall street, tiga indeks saham acuan menguat pada Kamis waktu setempat. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menghentikan penurunan selama tiga hari berturut-turut jelang rilis data tenaga kerja.
Indeks S&P 500 menguat 0,8 persen. Indeks Dow Jones naik 0,17 persen. Sementara itu, indeks Nasdaq bertambah 13,7 persen.
Di sisi lain, induk usaha Google Alphabet melonjak lebih dari 5 persen. Saham Nvidia dan AMD masing-masing menguat 2 dan 9 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia 7 Desember 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan saham Kamis, 7 Desember 2023. Pergerakan bursa saham Asia Pasifik mengikuti wall street seiring investor menilai data perdagangan dari China dan Australia.
Dikutip dari CNBC, angka perdagangan China pada November mengejutkan harapan dengan ekspor naik 0,5 persen dan impor turun 0,6 persen year on year. Ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi, penurunan ekspor 1,1 persen YoY dan kenaikan impor 3,3 persen.
Surplus perdagangan China meningkat menjadi USD 68,39 miliar, mengalahkan perkiraan USD 58 miliar.
Di sisi lain, harga minyak sedikit pulih setelah mencapai level terendah sejak Juni. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada Januari naik 0,66 persen ke posisi USD 69,82 per barel. Harga minyak Brent untuk Februari bertambah 0,7 persen ke posisi USD 74,88 per barel.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,07 persen ke posisi 7.173,3 setelah Australia mencatat surplus perdagangan pada Oktober menjadi 7,13 miliar dolar Australia. Namun, surplus perdagangan itu di bawah prediksi dari polling Reuters di kisaran 7,5 miliar dolar Australia.
Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 1,76 persen ke posisi 32.858,31 setelah memimpin penguatan di Asia pada perdagangan Rabu, 6 Desember 2023. Indeks Topix susut 1,14 persen ke posisi 2.359,91.
Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,13 persen ke posisi 2.492,07. Indeks Kosdaq merosot 0,77 persen ke posisi 813,2.
Indeks Hang Seng turun 0,66 persen. Sedangkan indeks CSI 300 melemah 0,24 persen ke posisi 3.391,28.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 7 Desember 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 7 Desember 2023. Indeks Dow Jones dan S&P 500 hentikan penurunan tiga hari berturut-turut seiring rilis laporan pekerjaan AS.
Mengutip laman CNBC, Jumat (8/12/2023), indeks S&P 500 menguat 0,80 persen ke posisi 4.585,59. Indeks Dow Jones bertambah 62,95 poin atau 0,17 persen ke posisi 36.117,38. Indeks Nasdaq menguat 1,37 persen ke posisi 14.339,99 seiring kinerja saham teknologi yang lebih baik.
Saham induk usaha Google yakni Alfabet menguat lebih dari 5 persen seiring pelaku pasar menyambut baik peluncuran model kecerdasan buatan Gemini. Saham Nvidia dan AMD masing-masing bertambah lebih dari 2 persen dan 9 persen.
Indeks Nasdaq juga mencatat kinerja lebih baik selama sepekan. Indeks Nasdaq menguat 0,2 persen. Indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat penurunan masing-masing sekitar 0,4 persen dan 0,2 persen.
Kenaikan indeks saham acuan di wall street juga hentikan penurunan tiga hari berturut-turut pertama sejak Oktober untuk indeks Dow Jones dan indeks S&P 500. Penurunan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran apakah reli terhenti pada akhir 2023.
Tiga indeks acuan masih tetap siap untuk akhir 2023 tetap catat kinerja lebih tinggi. Menekankan kekuatan reli yang terlihat sebelumnya.
Pada pekan ini, laporan tenaga kerja AS menjadi fokus investor di tengah serangkan rilis data yang beragam. Klaim pengangguran mingguan yang dirilis pada Kamis pekan ini berada di bawah harapan ekonom dan angka klaim pengangguran yang berkelanjutan menurun. Ini menunjukkan laju PHK tidak meningkat.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menguat setelah rilis data ekonomi tersebut, mencerminkan kekhawatiran seputar kekuatan pasar tenaga kerja AS meski ada upaya the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS untuk mengendalikan inflasi. Imbal hasil obligasi terakhir naik hampir tiga basis poin menjadi 4,148 persen.
Potensi Resesi
Data penggajian swasta yang dikeluarkan pada Rabu pekan ini menunjukkan pemberi kerja menambah sedikit lowongan dibandingkan perkiraan ekonom.
Sementara itu, volume lowongan pekerjaan pada Oktober turun ke level terendah sejak Maret 2021, menurut data Departemen Tenaga Kerja.
Hal ini meninggalkan gambaran yang membingungkan pelaku pasar menjelang rilis data utama, laporan tenaga kerja AS yang resmi dirilis pada Jumat, 8 Desember 2023.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi 190.000 pekerjaan akan ditambahkan pada November, sebuah peningkatan dari bulan sebelumnya. Investor berharap tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja AS sehingga the Fed merasa nyaman dengan keputusannya untuk hentikan kenaikan suku bunga.
“Pasar kemungkinan besar terlalu terburu-buru dalam memperkirakan penurunan suku bunga pada awal tahun depan. Jumlah pekerjaan bisa melemahkan sentimen,” kata Chief Investment Officer NorthEnd Private Wealth, Alex McGrath.
Di sisi lain, banyak yang antisipasi skenario “goldilocks” pada 2024. Akan tetapi, Citi menuturkan, hal tersebut tidak terlalu optimistis. Citi prediksi resesi akan dimulai pada kuartal II 2024.
“Tanda-tanda awal menunjukkan kenaikan suku bunga kebijakan yang cepat selama dua tahun terakhir, dan perlu menahan untuk menurunkan inflasi akan menyebabkan resesi tahun depan,” ujar Andrew Hollenhorst dalam catatannya.
Ia menambahkan, bahkan dengan perhitungkan resesi, inflasi inti kemungkinan akan tetap lengket di atas target 2 persen pada 2024. “Dalam kasus dasar kami, the Fed memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin tahun depan, dimulai Juli,” ia menambahkan.
Advertisement