5 Tindakan yang Perlu Dilakukan untuk Mempercepat Transformasi Digital Rumah Sakit di Indonesia

Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mempercepat transformasi digital rumah sakit di Indonesia

oleh Sulung Lahitani diperbarui 08 Des 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi rumah sakit/Pixabay StockSnap

Liputan6.com, Jakarta Penyedia layanan kesehatan di Indonesia telah merespons era digital dengan beralih dari sistem konvensional ke sistem digital. Menurut studi Kearney, "Regenerasi melalui PULSE rumah sakit digital: mencapai keunggulan operasional untuk memberikan perawatan berbasis nilai", rumah sakit mulai menyadari pentingnya data berbasis nilai tambah dalam mengimplementasikan layanan yang berpusat pada pelanggan.

Transformasi digital ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang mendorong rumah sakit untuk mengubah sistem layanan mereka menjadi Rumah Sakit Pintar.

Pada bulan Maret 2023, pemerintah memperkenalkan Satu Sehat Mobile untuk memperluas manfaat aplikasi PeduliLindungi di luar tujuan awalnya untuk mengelola COVID-19, termasuk sentralisasi rekam medis nasional. Inisiatif ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memodernisasi rumah sakit dan meningkatkan akses publik ke data kesehatan pribadi.

"Komitmen dan inisiatif pemerintah untuk mengubah fasilitas kesehatan, khususnya rumah sakit, sangat kami hargai karena telah meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan," kata Shirley Santoso, Partner dan Direktur Utama Kearney.

Studi Kearney menunjukkan bahwa sangat penting untuk mempercepat kemajuan menuju transformasi saat ini. Shirley percaya bahwa dengan menggabungkan teknologi digital yang mutakhir dapat mendekatkan akses pasien ke perawatan berbasis nilai tambah. Memanfaatkan AI dapat membantu rumah sakit mengembangkan layanan, termasuk chatbot yang melibatkan pasien, bantuan keputusan klinis, penerjemahan bahasa, pemeriksa interaksi obat, dan penanganan pasien.

Saat ini, teknologi AI sudah digunakan oleh rumah sakit di Indonesia, dengan aplikasi mulai dari prediksi rantai pasokan rumah sakit hingga bot WhatsApp untuk interaksi dengan pasien. Teknologi AI membantu mengotomatisasi pengumpulan data menggunakan WhatsApp, mengirimkan informasi dan pemberitahuan otomatis kepada pasien di Indonesia.

"Namun, penggunaan teknologi tersebut perlu ditingkatkan agar dapat beroperasi dengan sistem yang lebih berpusat pada pasien, serta efektif dan efisien," ujar Sanath Kumar, Partner Kearney.

 


Tindakan untuk mempercepat transformasi digital rumah sakit di Indonesia

Ilustrasi Rumah Sakit (pixabay.com)

Laporan tersebut menyoroti bahwa rumah sakit seringkali menghadapi berbagai rintangan yang menghambat perjalanan transformasi digital mereka, termasuk pendanaan yang tidak memadai, prioritas bisnis yang saling bertentangan, kurangnya tenaga kerja yang berkualitas, dan terbatasnya kapasitas untuk menerjemahkan data ke dalam wawasan yang praktis.

Model PULSE Rumah Sakit Digital dari Kearney - Prioritize (Prioritaskan), Upgrade (Perbarui), Leverage (Manfaatkan), Set up and Scale (Atur dan Ukur), dan Elevate (Tingkatkan) - merekomendasikan lima tindakan yang dapat dilakukan untuk mempercepat transformasi digital rumah sakit di Indonesia:

a) Prioritaskan inisiatif digital secara strategis

Untuk memaksimalkan digitalisasi, rumah sakit harus memiliki strategi investasi yang memberi keuntungan kepada penyedia dan juga pasien. Rumah sakit sebaiknya mengidentifikasi mitra yang tepat untuk merancang strategi dan juga investasi, serta memprioritaskan investasi berdasarkan potensi nilai tambah bagi pasien, pembeli, dan penyedia layanan. Menggambarkan visi strategis dengan rincian sub-prioritas dapat membantu rumah sakit penyesuain dengan semua pemangku kepentingan.

 


b) Tingkatkan dan integrasikan sistem-sistem agar sejalan dengan tata kelola data

Ilustrasi sakit, rumah sakit. (Photo by Andrea Piacquadio from Pexels)

Rumah sakit harus menyelaraskan strategi organisasi dengan digitalisasi yang diprioritaskan melalui platform teknologi yang telah terintegrasi. Hal ini memerlukan kerjasama antara para pemangku kepentingan (pasien digital, pembayar, penyedia, dan manajer praktik, perusahaan farmasi, dan lembaga kesehatan publik), data dan analitika (visualisasi data, kemampuan AI dan ML, kembaran digital , dan saluran), integrasi (rekayasa data, tempat penyimpanan data, katalog data, lapisan API), dasar (agil, manajemen layanan, dan hosting), dan tata kelola data dalam ekosistem untuk mendorong transformasi digital.

Penting bagi rumah sakit untuk menyadari bahwa para pemangku kepentingan memiliki pola konsumsi data yang berbeda dan strategi pengiriman omnichannel tunggal tidak akan cukup untuk melayani berbagai kasus penggunaan ekosistem.

c) Memanfaatkan potensi penuh dari kemitraan ekosistem

Dengan bekerja sama dengan start-up dan perusahaan kesehatan digital lainnya, rumah sakit dapat memanfaatkan keahlian dan pengetahuan mereka, memungkinkan mereka untuk berkembang dengan cepat dan efektif. Pihak eksternal ini juga dapat memberikan akses teknologi terkini yang mungkin tidak dimiliki rumah sakit untuk dikembangkan atau diimplementasikan secara mandiri.

 


d) Buat dan tingkatkan laboratorium digital

Ilustrasi Berobat, Rumah Sakit (Photo by Anna Shvets from Pexels)

Untuk mencapai keunggulan operasional digital, rumah sakit sebaiknya mendirikan dan meningkatkan laboratorium digital. Laboratorium ini dapat membantu merencanakan, membangun, dan menguji solusi digital sambil menyediakan lingkungan yang aman untuk bereksperimen dengan teknologi baru. Laboratorium seharusnya memiliki mandat yang jelas dan dipimpin oleh tim yang berdedikasi dengan pendekatan terstruktur terhadap inovasi digital.

e) Menaikkan Standar dari Metrik Tradisional ke Metrik Berbasis Nilai

Sekarang adalah waktu yang tepat bagi rumah sakit untuk beralih dari metrik tradisional ke metrik berbasis nilai tambah yang lebih menekankan pada hasil yang bermanfaat bagi pasien. Dengan mengukur perkembangan dalam metrik yang berfokus pada pasien, rumah sakit dapat mencapai perawatan berbasis nilai tambah dan memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien.

 


Transformasi digital rumah sakit di Asia masih tertinggal

Ilustrasi penggunaan gawai di rumah sakit. (dok. Samsung)

Menurut penemuan studi Kearney, transformasi digital sistem kesehatan di Asia masih berada dalam tahap awal yang hanya memprioritaskan peningkatan proses, manajemen permintaan, kesehatan preventif, dan pemberdayaan teknologi. Transformasi ini masih dikategorikan tertinggal dibandingkan dengan industri lain yang telah mencapai tahap kematangan digital, seperti telekomunikasi dan ritel. Maka dari itu, ada permintaan mendesak untuk layanan kesehatan digital yang membutuhkan penyesuaian dan otonom.

"Harapannya, rumah sakit dapat memanfaatkan model digital PULSE sebagai panduan untuk mempercepat perjalanan transformasi digital-nya. Maka dari itu, mereka dapat menyediakan layanan kesehatan publik yang terintegrasi, mudah, dan juga efektif," pungkas Sanath Kumar, Partner dari Kearney.

Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya