Alasan Orangtua Perlu Membatasi Waktu Penggunaan Gadget pada Anak

Saat ini banyak anak yang justru lebih memilih bermain ponsel dibandingkan membaca buku. Orangtua perlu memberi batasasn penggunaan gadget pada anak.

oleh Benedikta DesideriaRuli Ananda Putri diperbarui 13 Jan 2024, 18:15 WIB
Orangtua perlu membatasi penggunaan gadget pada anak. Credit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Membaca buku bersama anak merupakan aktivitas yang menyenangkan, sekaligus bermanfaat dalam memberikan informasi baik bagi mereka. Namun, saat ini banyak anak yang justru lebih memilih bermain ponsel dibandingkan membaca buku.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Reading & Literacy Discovery Center di Rumah Sakit Anak Cincinnati, memberikan bukti neurobiologis mengenai manfaat membaca dan dampak buruk screen time berlebihan terhadap perkembangan otak anak prasekolah.

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa menjauhkan layar ponsel dan sering membacakan buku untuk anak-anak sejak lahir hingga usia lima tahun, akan meningkatkan perkembangan otak mereka.

“Hal ini penting, karena otak anak berkembang pesat dalam usia lima tahun pertama,” ungkap dokter anak dan peneliti, Dr. John Hutton, dikutip dari CNN News pada Sabtu, 9 Desember 2023.

Penelitian yang dilakukan Hutton juga menunjukan, gambar white matter atau materi putih lebih terorganisir di area bahasa dan literasi pada otak anak ketika dibacakan buku. Sehingga akan mendukung mereka belajar di sekolah.

Menurut National Library of Medicine, materi putih merupakan jaringan yang terdiri dari jutaan saraf penghubung neuron di berbagai wilayah otak. Ini penting diasah untuk mendukung perkembangan anak.

“Anak-anak yang merangsang dalam mengatur otak dengan membaca buku, memiliki keuntungan besar ketika mereka bersekolah,” kata Hutton.

Sebaliknya, Hutton menunjukan bukti penelitian anak yang bermain ponsel. Hasilnya adalah otak mengalami keterbelakangan dan akan sulit memulai pembelajaran di sekolah.


Mengasah Otak

Ayo banyak membaca buku. copyright freepik.com/jcomp

Selain white matter, ada gray matter atau materi abu-abu di otak. Materi abu-abu berisi sebagian besar sel otak yang memberi tahu tubuh apa yang harus dilakukan. Sedangkan materi putih membentuk hubungan antara sel-sel otak dan seluruh sistem saraf.

Meningkatkan dan mengatur materi putih sangat penting agar otak bisa berkomunikasi ke seluruh bagian, sehingga meningkatkan fungsi serta kemampuan belajar.

Tanpa sistem komunikasi yang berkembang dengan baik, kecepatan pemrosesan otak melambat dan pembelajaran menjadi terganggu.

“Anak-anak dilahirkan dengan lebih banyak neuron. Namun tetap bergantung pada jenis rangsangan yang diberikan kepada anak. misal seperti diajak bicara, peluk, pergi ke luar, atau dibacakan buku. Melalui itu, hubungan antara neuron-neuron ini akan diperkuat,” jelas Hutton.


Ponsel Menganggu Perkembangan Anak

Saat ini banyak anak yang justru lebih memilih bermain ponsel dibandingkan membaca buku. Orangtua perlu batasi ini. (Foto: Freepik)

Pada penelitiannya itu Hutton tidak hanya scan otak, tetapi anak-anak juga diberikan tes kognitif. Hasilnya adalah anak-anak yang bermain ponsel lebih dari satu jam sehari memiliki keterampilan literasi buruk.

Selain itu kemampuan menggunakan bahasa ekspresif juga lebih rendah, tetapi dapat menyebutkan nama objek dengan cepat.

“Waktu menatap layar tidak hanya menghalangi aktivitas membaca, tetapi juga mengganggu segala hal yang bermanfaat bagi otak,” kata Hutton.

Sebaliknya, Hutton mengungkap hasil anak-anak yang sering membaca buku bersama orangtua mendapat nilai tes kognitif lebih tinggi.


Tips Mengasah Otak Anak

Saat ini banyak anak yang justru lebih memilih bermain ponsel dibandingkan membaca buku. Orangtua perlu batasi ini. copyright freepik/tirachardz

Menurut para ahli, mengasah kemampuan belajar anak tidak hanya dengan melalui satu cara saja. Penelitian memberikan beberapa tips tentang apa yang bisa dilakukan orangtua agar anak menyukai buku dan membaca. Diantaranya:

  1. Lakukan sejak lahir dengan berbicara kepada anak dan merespons ucapannya.
  2. Menyanyikan lagu anak seperti ABC.
  3. Pada tahun berikutnya, mintalah anak menggunakan imajinasinya dan mengarang cerita. Tak lupa ajukan banyak pertanyaan tentang dongeng yang diciptakan tersebut.
  4. Pilih buku dengan karakter yang menarik.
  5. Biarkan anak menunjuk gambar, kemudian mintalah mereka ulangi cerita dari karakter tersebut.
Infografis Journal Anak Berpotensi Jadi Pelaku dan Korban KDRT (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya