Cuaca Besok Senin 11 Desember 2023: Langit Pagi Jakarta Dipayungi Cerah Berawan

Mengawali pekan besok, Senin 11 Desember 2023, keseluruhan langit Jakarta diprakirakan cerah berawan, kecuali Kepulauan Seribu hujan berintensitas ringan. Begitulah prediksi cuaca besok.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 10 Des 2023, 08:15 WIB
Mengawali pekan besok, Senin 11 Desember 2023, keseluruhan langit Jakarta diprakirakan cerah berawan, kecuali Kepulauan Seribu hujan berintensitas ringan. Begitulah prediksi cuaca besok. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan besok, Senin 11 Desember 2023, keseluruhan langit Jakarta diprakirakan cerah berawan, kecuali Kepulauan Seribu hujan berintensitas ringan. Begitulah prediksi cuaca besok.

Berdasarkan laporan cuaca yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca Jakarta siang hari diprakirakan berawan, kecuali Jakarta Barat dan Jakarta Selatan hujan ringan.

Tak jauh berbeda pada malam hari, langit Ibu Kota Jakarta juga diprediksi berawan, kecuali Jakarta Selatan dan Jakarta Timur turun hujan dengan intensitas ringan.

Lalu wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Jawa Barat, pagi dan siang diprakirakan cerah berawan, tapi malam harinya hujan ringan. Berbeda di Depok, Jawa Barat diprediksi pagi cerah berawan, siang cerah, dan malam hari hujan berintensitas ringan.

Kemudian di Kota Bogor, Jawa Barat, pagi dan malam diprakirakan cerah berawan, namun siangnya cerah.

Sementara itu di Kota Tangerang, Banten, pada sepanjang harinya diprediksi berawan, tanpa hujan sama sekali.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Jakarta Timur   Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah  Hujan Ringan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Cerah  Cerah Berawan
 Tangerang  Berawan  Berawan  Berawan

NASA dan IBM Berkolaborasi Kembangkan Model AI untuk Aplikasi Cuaca dan Iklim

Seseorang berjalan di tengah hujan di depan sebuah stasiun di Shizuoka, sebelah barat Tokyo, Sabtu (13/8/2022). Badai Tropis Meari mengeluarkan hujan lebat di barat daya Jepang saat menuju ke utara menuju ibu kota Tokyo, menurut pejabat cuaca Jepang. (Kyodo News via AP)

Sebelumnya, NASA dan IBM bekerja sama membangun model dasar AI (kecerdasan buatan) untuk aplikasi cuaca dan iklim. 

Mereka menggabungkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing di bidang ilmu kebumian dan AI untuk model tersebut.

Mengutip Engadget, Senin, 4 Desember 2023, mereka mengeklaim bahwa model tersebut akan menawarkan 'keunggulan signifikan dibandingkan teknologi yang sudah ada'.

Model AI saat ini, seperti GraphCast dan Fourcastnet, bisa menghasilkan prakiraan cuaca lebih cepat daripada model meteorologi tradisional. Namun, IBM mencatat bahwa ini adalah emulator AI (bukan model dasar). 

Seperti namanya, model dasar adalah teknologi dasar yang mendukung aplikasi AI generatif. 

"Emulator AI dapat membuat prediksi cuaca berdasarkan kumpulan data pelatihan, tetapi tidak memiliki aplikasi lebih dari itu. Mereka juga tidak dapat mengkodekan fisika yang menjadi inti prakiraan cuaca," kata IBM.

NASA dan IBM berharap model dasar AI yang mereka bangun memiliki aksesibilitas lebih luas, waktu inferensi lebih cepat, dan keragaman data lebih besar. Selain itu juga meningkatkan keakuratan perkiraan untuk aplikasi iklim lainnya.


Harapan pada Model Dasar NASA dan IBM

Hal tersebut disebabkan perubahan musim yakni, curah hujan sudah mulai berkurang berganti musim atau akan segera masuk kemarau. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Model ini juga diharapkan mampu memprediksi fenomena meteorologi, menyimpulkan informasi beresolusi tinggi berdasarkan data beresolusi rendah, dan "mengidentifikasi kondisi yang kondusif untuk segala hal mulai dari turbulensi pesawat hingga kebakaran hutan."

Ini mengikuti model dasar lain miliki NASA dan IBM yang dikerahkan pada bulan Mei lalu. Dengan memanfaatkan data dari satelit NASA untuk kecerdasan geospasial, IBM berpendapat bahwa ini merupakan model geospasial terbesar pada platform AI sumber terbuka Hugging Face.

Sejauh ini, model AI tersebut telah digunakan untuk melacak dan memvisualisasikan aktivitas penanaman dan pertumbuhan pohon di kawasan menara air (lanskap hutan yang menahan air) di Kenya.

Tujuannya adalah untuk menanam lebih banyak pohon dan mengatasi masalah kelangkaan air. Model ini juga digunakan untuk menganalisis pulau panas perkotaan di Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, tim peneliti DeepMind Google telah menciptakan algoritma prediksi cuaca berbasis pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI), yang dikenal sebagai GraphCast. Alat ini dilaporkan menjadi sebuah terobosan baru di dunia pelaporan cuaca

Dalam waktu kurang dari satu menit, GraphCast mampu memprediksi variabel cuaca untuk kurun waktu 10 hari, mengungguli teknologi prediksi pola cuaca tradisional dengan tingkat kebenaran mencapai 90 persen.


GraphCast, AI Milik Google Mampu Prediksi Cuaca Kurang dari Semenit

Orang-orang berjalan di trotoar di bawah terik matahari di Tokyo, Selasa (28/6/2022). Pejabat cuaca juga mengumumkan akhir paling awal musim hujan dalam beberapa dekade. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Cara kerja GraphCast melibatkan pengambilan dua kondisi cuaca terkini dari Bumi, termasuk variabel dari waktu pengujian dan enam jam sebelumnya.

Dengan memanfaatkan data ini, program artificial intelligence dapat memprediksi kondisi cuaca dalam enam jam ke depan, memberikan keunggulan dalam kecepatan dan akurasi prediksi.

Dilansir Engadget, Rabu, 15 November 2023, GraphCast telah membuktikan kemanjurannya dalam praktik, seperti memprediksi pendaratan Badai Lee di Long Island 10 hari sebelum terjadi.

Kecepatan prediksi ini menjadi unggul karena GraphCast tidak harus mengatasi kompleksitas fisika dan dinamika fluida seperti model prediksi cuaca tradisional.

Kelebihan GraphCast tidak hanya terbatas pada kecepatan dan skala prediksi. Program ini juga dapat memprediksi peristiwa cuaca buruk, seperti siklon tropis dan gelombang suhu ekstrem. 

Dengan kemampuan untuk dilatih ulang menggunakan data terbaru, GraphCast diharapkan semakin meningkat dalam memprediksi osilasi pola cuaca yang terkait dengan perubahan iklim.

Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya