Liputan6.com, Gorontalo - Jelang akhir tahun, harga komoditi pangan di sejumlah daerah terus merangkak naik. Salah satunya di Provinsi Gorontalo yang harga cabai rawit kini melambung tinggi menjadi Rp140 ribu per kilogram.
Kenaikan cabai rawit di Gorontalo sudah terjadi dua pekan, sejak akhir oktober 2023. Harga cabai rawit yang sebelumnya hanya di kisaran Rp100 ribu per kilogram, harganya naik sekitar Rp140 ribu di tingkat pedagang.
Baca Juga
Advertisement
Sementara di tingkat petani, para pedagang membeli cabai itu dengan harga Rp125 ribu hingga Rp130 ribu per kilogram. Harganya memang bervariasi, tergantung jenis cabai rawit.
Jika cabai rawit lokal atau yang disebut dengan samia, harganya cenderung mahal karena tingkat kepedasan lebih tinggi. Tetapi kalau cabe rawit bukan jenis lokal, maka harganya lebih murah.
Lantas, apa yang menjadi penyebab kenaikan harga cabai rawit di Gorontalo ini? Jika diperhatikan, orang Gorontalo memang pengonsumsi cabai rawit. Jika mau makan, makanannya harus pedas.
"Orang Gorontalo punya prinsip, tidak enak makanannya kalau tidak pedas," kata Rian Harun warga Gorontalo kepada Liputan6.com.
Dengan prinsip tersebut, maka bisa dipastikan, hampir seluruh olahan makanan di Gorontalo mengandung cabai rawit. Apalagi, menjelang akhir tahun di Gorontalo banyak sekali hajatan pesta pernikahan.
Secara otomatis, permintaan cabai rawit di Gorontalo sangat tinggi. Belum lagi, permintaan menjelang perayaan natal dan tahun baru, itu juga sangat berpengaruh.
Simak Video Pilihan Ini:
Tersedot ke Luar Daerah
Cabai lokal Gorontalo banyak diminati daerah tetangga yang mayoritas beragama nasrani yang akan melaksanakan perayaan natal. Daerah tersebut ialah Sulawesi Utara dan Sulawesi tengah.
Selain itu, naiknya harga cabai di Gorontalo juga dipengaruhi oleh gagal panen petani akibat El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang. Secara persentase, petani tidak dapat memenuhi permintaan.
"Kami petani cabai di Gorontalo banyak yang gagal panen. Terlebih bagi petani yang mempunyai lahan di areal dataran tinggi," kata Ferdy petani salah satu petani Gorontalo yang gagal panen.
Menurutnya, banyak sekali pohon cabai yang mati mengering dari ribuan cabai yang ditanam. Hanya beberapa pohon cabai saja yang bisa diselamatkan dari terjangan kemarau panjang beberapa bulan lalu.
"Kalau saya hitung-hitung, cabai yang hidup itu kurang lebih 20 pohon. Selebihnya ada ratusan pohon yang mati," ujarnya.
Untuk hasil buah dari pohon yang bisa diselamatkan kata Ferdy, itu hanya menjadi konsumsi keluarganya. Dirinya tidak menjual cabai itu karena jumlahnya hanya sedikit.
"Kalau dijual sayang, jumlahnya hanya sedikit. Sementara keluarga juga butuh cabai untuk dimakan," ia menandaskan.
Advertisement