Polusi Udara Mengancam, Kasus Pneumonia Diprediksi Meningkat

Maraknya kasus mycoplasma pneumonia di China menunjukkan bahwa penyakit ini masih menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai.

oleh Ika Defianti diperbarui 09 Des 2023, 20:35 WIB
Banner Infografis Mycoplasma Pneumonia Merebak di China dan Eropa, Simak Gejala, Antisipasi, Mitigasi (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Dinkes DKI Jakarta telah melaporkan sebanyak enam anak yang terkonfirmasi terinfeksi mycoplasma pneumoniae. Saat ini enam anak tersebut telah dinyatakan sembuh dan sudah beraktivitas kembali.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko memprediksi akan terjadi peningkatan kasus pneumonia. Kenaikan tersebut diakibatkan beberapa faktor. Salah satunya dari polusi udara yang mengakibatkan adanya peningkatan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

"Jadi penyakit pneumonia itu akan meningkat, satu karena polusi udara di Jakarta atau Depok dan Bekasi, kemudian Jabodetabek. Kedua adalah karena mungkin COVID-19 yang tidak teramati di Indonesia atau kurang teramati, yang ketiga itu adalah mycroplasma, itu karena rutinnya juga sudah banyak begitu," kata Tri Yunis kepada Liputan6.com.

Menurut dia, mycroplasma pneumoniae bukanlah hal yang mengagetkan di Indonesia. Sebab juga banyak yang terinfeksi jauh sebelum pandemi Covid-19. Tri Yunis menyebut mycroplasma merupakan jenis bakteri penyebab pneumonia kedua di Indonesia.

"Sebenarnya penyebab mycroplasma adalah penyebab bakteri nomor dua di Indonesia. Menurut saya tidak kebetulan karena kalau yang terbanyak adalah karena streptococcus atau pnemokokus, dan kebetulan ketemu yang mycroplasma," jelas dia.

Sebelumnya, maraknya kasus mycoplasma pneumonia di Tiongkok menunjukkan bahwa penyakit ini masih menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai.

Setiap satu jam, terjadi kematian dua hingga tiga balita di Indonesia akibat pneumonia. Ini adalah data UNICEF tahun 2018.

Menurut dokter spesialis ilmu kesehatan anak subspesialis kesehatan anak respirology RS Pondok Indah – Pondok Indah, Wahyuni Indawati, pneumonia pada anak biasanya berasal dari infeksi saluran pernapasan akut atas (ISPA atas).

Umumnya gejala pneumonia diawali dengan demam, batuk atau pilek, kemudian diikuti oleh gejala sesak napas yang biasanya terjadi dalam 14 hari dan bersifat akut.

 


Masyarakat Diimbau Gunakan Masker Saat Sakit

Ilustrasi menggunakan masker - | ilustrasi foto: pexels.com/@cottonbro

Gejala sesak napas ditandai oleh adanya usaha bernapas yang berat seperti tarikan dinding dada saat bernapas maupun adanya napas cuping hidung. Adanya sesak napas menjadi indikasi anak kekurangan oksigen.

“Jika hal ini terjadi pada anak Anda, segera bawa ia ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut,” saran Wahyuni dalam keterangan pers, Jumat (8/12/2023).

Wahyuni pun membagikan cara mengenali gejala sesak napas pada si kecil dengan menghitung frekuensi napas anak dalam satu menit dengan meletakkan tangan di dada anak.

Sesak napas ditandai dengan frekuensi napas cepat yaitu:

- Lebih dari 60 kali/menit untuk usia kurang dari 2 bulan

- Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun

- Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun

- Lebih dari 30 kali/menit untuk usia lebih dari 5 tahun

Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Penyebab yang paling sering adalah virus ataupun bakteri.

Langkah pencegahan yang dapat dilakukan dapat dimulai dengan menjaga agar infeksi tersebut tidak menyebar ke lingkungan sekitar.

Misalnya ketika kita sedang tidak sehat, sebaiknya gunakan masker dengan benar, serta jalani etika batuk dan bersin yang tepat dengan menutup mulut menggunakan lengan baju atas atau tisu kemudian membuangnya ke tempat sampah.

Pencegahan penyebaran infeksi yang juga dapat dilakukan adalah rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setiap habis batuk dan bersin, setelah memegang permukaan benda terutama di tempat umum, sebelum makan, dan lain sebagainya. Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk orang tua, tetapi juga si kecil.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya