Liputan6.com, Jakarta - PT Kayan Hydro Energy (KHE) Khaeroni melakukan penyerapan sekitar 80 persen tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada proyek pembangkit listrik tenaga air, atau PLTA Kayan.
Direktur Operasional Kayan Hydro Energy Khaeroni mengatakan, pengadaan ini khususnya dialokasikan untuk bahan material semisal batu, besi hingga pasir. Menurutnya, Kalimantan dan pulau sekitar dikaruniai banyak bahan baku seperti itu, sehingga tidak perlu lagi mengimpornya.
Advertisement
"Namanya bendungan ini konkret, hampir dibilang 80 persen atau 70 persen TKDN. Karena pasir tidak mungkin dari luar negeri, batu kita juga ada source-nya lokal ada. Besi Indonesia cukup, kalo enggak cukup mungkin impor besi," paparnya di proyek bendungan 1 PLTA Kayan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Minggu (10/12/2023).
KHE bahkan tidak perlu mendatangkan banyak pasokan material seperti batu dari luar daerah. Khaeroni menjelaskan, perusahaan turut memanfaatkan material batu hasil peledakan proyek pengalihan sungai (diversion).
"Kalau kebutuhan banyak bisa mendatangkan dari luar, atau kalau dari sini mencukupi ya kita pakai dari sini. Kalau pasir pasti dari dalam negeri, enggak ada luar negeri, kecuali turbin itu dari Jepang," terangnya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Roni ini tak memungkiri jika KHE tidak lepas dari sejumlah kesulitan dalam membangun bendungan 1 PLTA Kayan. Pasalnya, lokasi proyek yang berada di sisi hulu Sungai Kayan di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan ini berada di antara bukit dengan arus sungai cukup deras.
"Ini project di hutan bisa dibilang remote area. Menuju ke sana juga ekstra, pengangkutan material satu-satunya menggunakan sungai. Kendalanya pasang surut, kalau pas air kering kita tidak bisa mobilisasi. Pada saat air tinggi baru bisa mobilisasi," ungkapnya.
"Medan juga cukup ekstrem, ini tantangan ekstra dalam pengerjaan. Terus sekarang kalau lihat di sana perbukitan, batu-batuan keras, juga perlu ekstra keras peledakan. Size-nya besar, harus dikecilkan baru bisa diangkut dan ditimbun. ini juga jadi tantangan," tutur dia.
Beroperasi 2027, PLTA Kayan Tahap I Pasok 900 MW Listrik Hijau
PT Kayan Hydro Energy (KHE) tengah mengerjakan bendungan pertama proyek pembangkit listrik tenaga air hydropower Sungai Kayan di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. PLTA Kayan tahap pertama ini ditargetkan beroperasi komersial (COD) pada 2027.
"Kalau bicara bendungan 1 (PLTA Kayan), itu COD bisa sampai 2027, paling lama 2028. Total kapasitasnya 900 MW untuk bendungan 1," jelas Direktur Operasional Kayan Hydro Energy Khaeroni di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Minggu (10/12/2023).
Berdasarkan pengecekan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) per Agustus 2022, pria yang akrab disapa Roni ini menyampaikan, progres pembangunan PLTA Kayan 1 mencapai 27 persen.
"Jadi kalau bicara tahapan itu, bendungan bukan cuman bicara bendungan, tapi infrastruktur pendukung juga dinilai atau dihitung jadi satu project," imbuh dia.
"Kalau bicara project bendungan ini kan ada jalur akses, rencana jembatan dan lain sebagainya. Dan terakhir ini yang final adalah diversion, pekerjaan untuk mengalihkan sungai sebelum dilakukan pembendungan," terangnya.
Roni mengatakan, pekerjaan diversion ini telah dilakukan sekitar 3-4 bulan lalu. Pengerjaan dilakukan lewat proses peledakan atau blasting di lokasi proyek. Targetnya, pengerjaan pengalihan sungai bisa tuntas 6-8 bulan.
"Ya mungkin pertengahan tahun depan sudah bisa selesai, terus kita lakukan pekerjaan tambahan," kata Roni.
Advertisement
Proses Peledakan
Roni menyampaikan, KHE saat ini rutin melakukan proses peledakan di lokasi proyek setiap hari selama 4 bulan. Namun, KHE tidak bisa sembarang melakukan blasting, lantaran Sungai Kayan masih dipakai sebagai jalur transportasi oleh masyarakat Dayak setempat.
"Pada saat blasting ini harus ada blocking hulu sungai dan hilir sungai. Jadi titik aman masyarakat lewat itu kita blocking, ada informasi jam ledakan kita pasang di desa-desa setempat, sudah kita sosialisasikan," ungkap dia.
"Nanti kita kerjasama dengan petugas TNI/Polri untuk blocking mengamankan area hulu dan hilir. Jadi masyarakat pada saat jam blasting tidak boleh lewat dulu. Setelah peledakan, sudah aman, baru bisa melintasi sungai lagi," tuturnya.