Bursa Saham Asia Melesat Setelah Inflasi China Menurun

Bursa saham Asia Pasifik menanjak pada perdagangan Senin, 11 Desember 2023. Investor mencermati data inflasi November dari China yang turun lebih cepat.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Des 2023, 08:55 WIB
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Senin (11/12/02023). Penguatan bursa saham Asia Pasifik ini seiring investor menilai inflasi November 2020 dari China yang menurun lebih cepat dari perkiraan.(AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Senin (11/12/02023). Penguatan bursa saham Asia Pasifik ini seiring investor menilai inflasi November 2020 dari China yang menurun lebih cepat dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, indeks harga konsumen turun 0,5 persen year-on-year (YoY), lebih besar dari penurunan 0,1 persen yang diperkirakan oleh ekonom yang disurvei Reuters dan penurunan tercepat sejak November 2020.

Indeks harga produsen China merosot 3 persen year on year (YoY), dibandingkan penurunan 2,6 persen pada Oktober dan harapan penurunan 2,8 persen.

November juga menandai penurunan PPI selama 14 bulan berturut-turut dan tercepat sejak Agustus 2023. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,22 persen, menuju ke level tertinggi dalam tiga bulan.

Indeks Nikkei 225 di Jepang mendaki 1,85 persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Topix mencatat kenaikan 1,55 persen.Di Korea Selatan, indeks Kospi bertambah 0,3 persen. Indeks Kosdaq naik 0,96 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada di 16.327, menunjukkan pembukaan lebih lemah dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya 16.334,37.

Pada perdagangan Jumat pekan ini, tiga indeks saham acuan di wall street menguat. Indeks S&P 500 naik hingga mencapai level tertinggi baru pada 2023 setelah laporan pekerjaan dan data survei konsumen Universitas Michigan mengisyaratkan ekonomi yang tangguh dan meredam inflasi memicu harapan akan skenario soft landing.

Pada akhir pekan, indeks S&P 500 menguat 0,41 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,45 persen. Indeks Dow Jones mendaki 0,36 persen.


Bursa Saham Asia Pasifik Beragam pada 8 Desember 2023

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 8 Desember 2023. Hal ini seiring produk domestik bruto (PDB) Jepang pada kuartal III 2023 direvisi turun secara mengejutkan. Sementara itu, bank sentral India mempertahankan suku bunga acuannya.

Dikutip dari CNBC, PDB Jepang pada kuartal III 2023 direvisi turun menjadi 0,7 persen QoQ, penurunan lebih tajam dibandingkan penurunan 0,5 persen yang diperkirkaan sebelumnya. Ekonom prediksi angka yang direvisi tidak akan berubah pada 0,5 persen.

Reserve Bank of India pertahankan tingkat repo sebesar 6,5 persen, sejalan dengan jajak pendapat Reuters terhadap 64 ekonom yang dengan suara bulat prediksi bank sentral akan pertahankan suku bunga acuan.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,3 persen ke posisi 7.194,9. Indeks Nikkei 225 merosot 1,68 persen setelah data PDB. Indeks Nikkei 225 ditutup ke posisi 32.307, masuk level terendah dalam sebulan. Indeks Topix merosot 1,5 persen ke posisi 2.324.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 1,03 persen ke posisi 2.517,85. Indeks Kosdaq menguat 2,11 persen ke posisi 830,37. Indeks Hang Seng mendatar. Indeks CSI 300 mendaki 0,24 persen ke posisi 3.399,46.

 

 


Penutupan Wall Street pada 8 Desember 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 8 Desember 2023. Indeks S&P 500 naik dan mencapai level tertinggi baru pada 2023.

Hal ini terjadi setelah laporan pekerjaan pada November 2023 dan data survei konsumen Universitas Michigan mengisyaratkan ekonomi yang tangguh dan meredam inflasi sehingga memicu harapan apa yang disebut skenario soft landing.

Mengutip CNBC, Sabtu (9/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street,  indeks S&P 500 bertambah 0,41 persen ke posisi 4.604,37. Indeks Nasdaq naik 0,45 persen ke posisi 14.403,97. Indeks Dow Jones menguat 130,49 poin atau 0,36 persen ke posisi 36.247,87.

Indeks S&P 500 mencatat penutupan tertinggi pada 2023 pada pekan lalu, tetapi belum melampaui level tertinggi intraday pada 2023 yang dicatat pada Juli hingga perdagangan Jumat pekan ini, saat mencapai level 4.609 pada Jumat sore. Indeks S&P 500 naik sekitar 20 persen pada 2023, dan diperdagangkan pada level tertinggi sejak Maret 2022.

Tiga indeks saham acuan di wall street mencatat kinerja positif pada pekan ini. Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen dan indeks Dow Jones berakhir sedikit lebih tinggi. Dua indeks saham acuan itu mencatatkan enam minggu kemenangan, rekor terpanjang sejak 2019. Indeks Nasdaq bertambah 0,7 persen.

Chief Investment Strategist State Street Global Advisors, Michael Arone menuturkan, laporan ketenagakerjaan terus menggambarkan perekonomian yang tidak berada di ambang resesi. "Kombinasi dari penurunan ekspektasi inflasi dan peningkatan sentimen konsumen yang mendukung hasil soft landing," ujar Michael.

"Selama hasil soft landing tetap ada, bias terhadap saham dan aset berisiko tetap positif,” ia menambahkan.

Ia mencatat, inflasi akan turun, serta keseimbangan pasokan dan permintaan tenaga kerja yang lebih baik, tanpa peningkatan besar dalam pengangguran adalah hal yang bisa dilakukan. Hal itu menjadi sentimen positif.

 

 


Rilis Data Ekonomi

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Laporan nonfarm payrolls pada November 2023 menunjukkan penurunan tingkat pengangguran yang tidak terduga. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,7 persen pada November dari 3,9 persen pada bulan sebelumnya.

Diharapkan tetap sama. Perekonomian menambah 199.000 lapangan kerja, sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja pada Oktober 2023.

Data tersebut pertama kali menimbulkan kekhawatiran kalau ekonomi berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin sehingga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mulai menurunkan suku bunga pada awal musim semi mendatang dengan pertemuan kebijakan terbaru yang dijadwalkan pada Rabu pekan ini.

Di sisi lain, laporan ketenagakerjaan bulanan juga dapat mendukung gagasan kalau the Fed mengarahkan perekonomian AS menuju soft landing, pemulihan ekonomi yang stabil di tengah penurunan inflasi. Rata-rata pendapatan per jam yang dipandang sebagai indikator utama inflasi meningkat sesuai perkiraan pada November karena perekonomian menambah lebih banyak lapangan kerja dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, survei Universitas Michigan yang diawasi ketat menunjukkan harapan inflasi turun dan sentimen konsumen melonjak pada Desember ke level tertinggi sejak Juli 2023.

Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan menuturkan, semua poin data ini membantu mendukung tesis the Fed kemungkinan besar akan menyelesaikan siklus kenaikan suku bunga.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya