Liputan6.com, Jakarta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkap ke kabinetnya bahwa Hamas dan Otoritas Palestina (Palestinian Authority atau PA) sama-sama ingin menghancurkan Israel. Netanyahu berkata hanya caranya saja berbeda.
Hal itu diungkap Benjamin Netanyahu saat melakukan pertemuan dengan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan dari Knesset.
Advertisement
"Bedanya Hamas dan PA hanyalah Hamas ingin menghancurkan kita di sini dan sekarang, PA ingin melakukannya secara bertahap," ujar Benjamin Netanyahu seperti dilansir Middle East Monitor.
Hamas merupakan kelompok yang memerintah Jalur Gaza, sementara Otoritas Palestina berkuasa di Ramallah.
Sejak 2007, Hamas mengendalikan Jalur Gaza usai berkonflik dengan PA. Kini, Otoritas Palestina yang dipimpin Mahmoud Abbas berkuasa di Tepi Barat.
Pemerintahan Mahmoud Abbas juga mendapat pengakuan internasional dan ia bisa mewakili Palestina secara diplomatik di kancah internasional.
Dalam perang yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, Hamas dan Otoritas Palestina satu suara mengecam serangan Israel. Pemerintahan Mahmoud Abbas juga terus ikut negosiasi dan lobi-lobi di kancah internasional untuk menggalang dukungan untuk rakyat Gaza.
Per Senin (11/12), sudah lebih dari 18 ribu warga Gaza tewa akibat serangan Israel. Hampir 50 ribu orang juga luka-luka.
Hingga kini, Israel belum menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan gencatan senjata. Amerika Serikat juga malah menolak draf resolusi gencatan senjata di Dewan Keamanan PBB. Pihak AS berargumen resolusi mengabaikan saran-saran dari mereka.
Hari HAM Sedunia: Turki Sorot Nasib Rakyat Jalur Gaza
Pada peringatan 75 tahun Hari HAM Sedunia pada Minggu (10/12), pemerintah Turki mengingatkan dunia pada keadaan di Jalur Gaza. Apa yang terjadi di Jalur Gaza disebut menyakiti rasa kemanusiaan bersama.
"Hari ini, kita memperingati hari signifikan ini dengan bertambahnya kesadaran akan tanggung jawab untuk berdiri melawan pelanggaran HAM di kawasan kita dan seluruh dunia, bertujuan untuk membangun perdamaian dan stabilitas abadi," tulis Menlu Turki Hakan Fidan dalam pernyataannya, dilansir Middle East Monitor.
"Serangan-serangan tidak manusiawi di Gaza tidak hanya memukul hak fundamental rakyat Palestina tetapi juga nilai-nilai bersama semua kemanusiaan," lanjutnya.
Menlu Turki turut berkata bahwa ketidakmampuan komunitas internasional dalam mencegah krisis di Gaza merupakan kelemahan dari sistem internasional.
Ia juga kembali menegaskan agar pembunuhan terhadap rakyat sipil Gaza segera dihentikan.
Setidaknya 17.700 rakyat Palestina telah tewas dan 48.780 lainnya terluka sejak perang Israel-Hamas dimulai.
Total kematian di Israel karena serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 mencapai 1.200 orang. Gencatan senjata sempat terjadi di Jalur Gaza, namun hanya berlangsung sepekan dan perang kembali berlanjut pada 1 Desember 2023.
Sementara, Sekjen PBB Antonio Guterres meminta agar orang-orang di seluruh dunia ikut mempromosikan dan menghormati HAM bagi semua orang.
Advertisement
PBB: Lebih dari Setengah Warga Gaza Mengalami Kelaparan Akibat Perang Hamas Vs Israel
Seorang pejabat senior yang mengurusi masalah bantuan PBB memperingatkan bahwa setengah dari penduduk Gaza sedang kelaparan, karena pertempuran terus berlanjut di sana.
Carl Skau, wakil direktur Program Pangan Dunia PBB, mengatakan hanya sebagian kecil dari pasokan yang dibutuhkan yang bisa masuk ke Jalur Gaza.
Dikutip dari laman BBC, Minggu (10/12) sembilan dari 10 orang tidak bisa makan setiap hari.
Kondisi di Gaza membuat pengiriman “hampir mustahil”, kata Skau.
Israel mengatakan, mereka harus melanjutkan serangan udara di Gaza untuk melenyapkan Hamas dan memulangkan sandera Israel.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Letkol Richard Hecht mengatakan kepada BBC bahwa “kematian dan rasa sakit apa pun yang dialami warga sipil adalah hal yang menyakitkan, tetapi kami tidak punya alternatif lain”.
“Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mendapatkan sebanyak mungkin wilayah di Jalur Gaza,” katanya.
Herzi Halevi, kepala staf IDF, terekam memberi tahu tentara bahwa tentara harus "menekan lebih keras" karena "kita melihat Hamas mulai menyerah. Sebuah tanda bahwa jaringan mereka sedang runtuh".
Sementara itu, pemerintahan Joe Biden menggunakan undang-undang darurat yang mengizinkan penjualan sekitar 14.000 amunisi tank senilai lebih dari US$ 106 juta ke Israel.
Pergerakan masuk dan keluar Gaza sangat dibatasi sejak 7 Oktober, ketika pejuang Hamas menerobos pagar pembatas Israel yang dijaga ketat, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Batasi Pengiriman Bantuan
Sebagai tanggapan, Israel menutup perbatasannya dengan Gaza dan mulai melancarkan serangan udara ke wilayah tersebut, membatasi pengiriman bantuan yang sangat diandalkan oleh warga Gaza.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan, Israel telah membunuh lebih dari 17.700 warga Gaza dalam kampanye pembalasannya, termasuk lebih dari 7.000 anak-anak.
Hanya penyeberangan Rafah yang berbatasan dengan Mesir yang dibuka, sehingga bantuan dalam jumlah terbatas dapat mencapai Gaza.
Minggu ini Israel setuju untuk membuka penyeberangan Kerem Shalom dari Israel ke Gaza dalam beberapa hari ke depan.
Tekanan internasional dan gencatan senjata sementara selama tujuh hari pada bulan lalu telah memungkinkan sejumlah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk masuk ke Jalur Gaza, namun WFP menegaskan penyeberangan perbatasan kedua kini diperlukan untuk memenuhi permintaan.
Sembilan dari 10 keluarga di beberapa daerah menghabiskan "sehari semalam penuh tanpa makanan sama sekali", menurut Skau.
Advertisement