Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia sebagian besar bergerak mendatar pada perdagangan Senin. Investor khawatir mengenai masalah kelebihan pasokan meskipun ada rencana pemotongan pasokan oleh OPEC+.
Selain itu, harga minyak dunia juga dibayar-bayangi oleh permintaan bahan bakar yang diperkirakan akan melemah pada tahun depan dampak dari perlambatan ekonomi.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (12/12/2023), harga minyak mentah The West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Januari naik 9 sen atau 0,13% menjadi USD 71,32 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Februari naik 19 sen atau 0,25% menjadi USD 76,03 per barel.
Kedua kontrak minyak tersebut melonjak lebih dari 2% pada perdagangan hari Jumat tetapi sebelumnya telah turun selama tujuh minggu berturut-turut, penurunan mingguan terpanjang sejak 2018.
Penurunan harga minyak dunia ini terjadi di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan.
“Tidak ada keraguan bahwa minyak masih berada dalam kondisi rentan,” kata pialang minyak PVM John Evans dalam sebuah catatan.
Pemangkasan Produksi OPEC+
Meskipun kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, berjanji untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 2,2 juta barel per hari (bpd) pada kuartal pertama, investor tetap skeptis terhadap kepatuhan.
Pertumbuhan produksi di negara-negara non-OPEC diperkirakan akan menyebabkan kelebihan pasokan pada tahun depan.
RBC Capital Markets memperkirakan penarikan sebesar 700.000 barel per hari pada semester I, namun hanya 140.000 barel per hari untuk setahun penuh.
“Harga akan tetap berfluktuasi dan tidak memiliki arah sampai pasar melihat data yang jelas mengenai penurunan produksi secara sukarela,” kata analis RBC dalam sebuah catatan.
Para analis juga memperlihatan dengan pemotongan yang belum dilaksanakan sampai bulan depan, harga minyak menghadapi volatilitas selama dua bulan sebelum adanya kejelasan dari data kepatuhan yang bisa diukur.
Ekonomi China
Data indeks harga konsumen terbaru dari China, importir minyak terbesar dunia, menunjukkan meningkatnya tekanan deflasi karena lemahnya permintaan domestik menimbulkan keraguan terhadap pemulihan ekonomi negara tersebut.
Para pejabat China pada hari Jumat berjanji untuk memacu permintaan domestik dan mengkonsolidasikan serta meningkatkan pemulihan ekonomi pada 2024.
Minggu ini investor mengamati panduan kebijakan suku bunga dari pertemuan lima bank sentral, termasuk Federal Reserve AS, serta data inflasi AS untuk menilai potensi dampaknya terhadap perekonomian global dan permintaan minyak.
Pelemahan harga baru-baru ini menarik permintaan dari Amerika Serikat, yang telah mencari hingga 3 juta barel minyak mentah untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) pada bulan Maret 2024.
“Kami tahu Pemerintahan Biden sedang mencari cara untuk mengisi ulang SPR, yang akan memberikan dukungan,” kata analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa harga juga didukung oleh indikator grafik teknis.
Advertisement