Wall Street Melesat, Investor Menanti Data Inflasi hingga Pertemuan The Fed

Wall street melesat pada perdagangan Senin, 11 Desember 2023 waktu setempat. Indeks Dow Jones pimpin penguatan. Investor menanti pertemuan the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Des 2023, 07:10 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 11 Desember 2023. (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Senin, 11 Desember 2023. Indeks S&P 500 menguat pada awal pekan ini seiring investor mencoba melanjutkan momentum akhir tahun wall street.

Dikutip dari CNBC, Selasa (12/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,39 persen ke posisi 4.622,44. Indeks saham acuan tersebut ditutup ke level tertinggi sejak Maret 2022. Indeks Dow Jones bertambah 157,06 poin atau 0,43 persen ke posisi 36.404,93, yang merupakan penutupan tertinggi sejak Januari 2022. Indeks Nasdaq mendaki 0,20 persen ke posisi 14.432,49.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami kenaikan selama enam minggu berturut-turut. Pekan ini, investor menantikan data inflasi utama yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar dan kebijakan suku bunga the Federal Reserve (the Fed). Bank sentral memulai pertemuan dua harinya pada Selasa pekan ini.

Dalam hal data ekonomi, pembacaan indeks harga konsumen November akan dirilis pada Selasa pekan ini. Sedangkan indeks harga produsen akan dirilis pada Rabu pekan ini. Rilis data yang akan datang adalah beberapa hambatan terakhir yang tersisa bagi pasar untuk tetap kuat hingga akhir 2023.

"Tidak ada yang mengharapkan kenaikan suku bunga, namun angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan dapat meredam gagasan penurunan suku bunga akan terjadi lebih cepat,” kata Head of Trading and Investing E-Trade, Chris Larkin.

Di sisi lain, saham Macy’s menguat lebih dari 19 persen di tengah berita, peritel tersebut menerima tawaran pembelian USD 5,8 miliar. Saham teknologi Apple dan Nvidia masing-masing naik 1,3 persen dan 1,9 persen, sehingga membatasi kenaikan indeks Nasdaq.

Saham Meta merosot 2,2 persen. The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25 persen-5,5 persen. Ketua the Fed Jerome Powell diperkirakan kembali menegaskan komitmen untuk menurunkan inflasi dalam konferensi persnya pada Rabu pekan ini. Sekitar 40 persen kemungkinan bank sentral AS akan menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Maret 2023.

 


Saham Bank

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Sementara itu, Analis Morgan Stanley Manan Gosalia menuturkan, saham bank murah tetapi kemungkinan besar tidak akan menguat selama investor antisipasi lonjakan kredit mace pada 2024.

Harga saham saat ini mencerminkan asumsi penyisihan provisi akan mencapai 1 persen dari rata-rata rasio pinjaman di seluruh grup pada 2024 yaitu 2 kali tingkat yang terlihat selama tech bubble dan 3 kali puncak pada 2015-2016. “Asumsi tahun depan dua kali lipat harga saham Morgan Stanley,” tulis analis.

Tanda-tanda peringatan semakin menumpuk. Pinjaman real estate komersial non-akrual untuk bank yang ditanggung oleh Morgan Stanley melonjak 40 persen pada kuartal III dibandingkan kuartal II, dan sekitar 140 persen year-to-date.

Pada saat yang sama, gagal bayar obligasi dengan imbal hasil tinggi mulai meningkat.  Morgan Stanley menyebutkan, yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah kebijakan moneter yang lebih longgar pada 2024 tidak akan membantu karena siklus kredit masa lalu.

"Tagihan oleh bank terus meningkat bahkan setelah the Fed mulai menurunkan suku bunga. Intinya bagi investor adalah saham-saham bank tidak memperoleh kelipatan harga terhadap laba yang lebih tinggi saat kredit memburuk,”


Penutupan Wall Street pada 8 Desember 2023

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 8 Desember 2023. Indeks S&P 500 naik dan mencapai level tertinggi baru pada 2023.

Hal ini terjadi setelah laporan pekerjaan pada November 2023 dan data survei konsumen Universitas Michigan mengisyaratkan ekonomi yang tangguh dan meredam inflasi sehingga memicu harapan apa yang disebut skenario soft landing.

Mengutip CNBC, Sabtu (9/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street,  indeks S&P 500 bertambah 0,41 persen ke posisi 4.604,37. Indeks Nasdaq naik 0,45 persen ke posisi 14.403,97. Indeks Dow Jones menguat 130,49 poin atau 0,36 persen ke posisi 36.247,87.

Indeks S&P 500 mencatat penutupan tertinggi pada 2023 pada pekan lalu, tetapi belum melampaui level tertinggi intraday pada 2023 yang dicatat pada Juli hingga perdagangan Jumat pekan ini, saat mencapai level 4.609 pada Jumat sore. Indeks S&P 500 naik sekitar 20 persen pada 2023, dan diperdagangkan pada level tertinggi sejak Maret 2022.

Tiga indeks saham acuan di wall street mencatat kinerja positif pada pekan ini. Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen dan indeks Dow Jones berakhir sedikit lebih tinggi. Dua indeks saham acuan itu mencatatkan enam minggu kemenangan, rekor terpanjang sejak 2019. Indeks Nasdaq bertambah 0,7 persen.

Chief Investment Strategist State Street Global Advisors, Michael Arone menuturkan, laporan ketenagakerjaan terus menggambarkan perekonomian yang tidak berada di ambang resesi. "Kombinasi dari penurunan ekspektasi inflasi dan peningkatan sentimen konsumen yang mendukung hasil soft landing," ujar Michael.

"Selama hasil soft landing tetap ada, bias terhadap saham dan aset berisiko tetap positif,” ia menambahkan.

Ia mencatat, inflasi akan turun, serta keseimbangan pasokan dan permintaan tenaga kerja yang lebih baik, tanpa peningkatan besar dalam pengangguran adalah hal yang bisa dilakukan. Hal itu menjadi sentimen positif.

 


Rilis Data Ekonomi AS

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Laporan nonfarm payrolls pada November 2023 menunjukkan penurunan tingkat pengangguran yang tidak terduga. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,7 persen pada November dari 3,9 persen pada bulan sebelumnya.

Diharapkan tetap sama. Perekonomian menambah 199.000 lapangan kerja, sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja pada Oktober 2023.

Data tersebut pertama kali menimbulkan kekhawatiran kalau ekonomi berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin sehingga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mulai menurunkan suku bunga pada awal musim semi mendatang dengan pertemuan kebijakan terbaru yang dijadwalkan pada Rabu pekan ini.

Di sisi lain, laporan ketenagakerjaan bulanan juga dapat mendukung gagasan kalau the Fed mengarahkan perekonomian AS menuju soft landing, pemulihan ekonomi yang stabil di tengah penurunan inflasi. Rata-rata pendapatan per jam yang dipandang sebagai indikator utama inflasi meningkat sesuai perkiraan pada November karena perekonomian menambah lebih banyak lapangan kerja dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, survei Universitas Michigan yang diawasi ketat menunjukkan harapan inflasi turun dan sentimen konsumen melonjak pada Desember ke level tertinggi sejak Juli 2023.

Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan menuturkan, semua poin data ini membantu mendukung tesis the Fed kemungkinan besar akan menyelesaikan siklus kenaikan suku bunga.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya