Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka debat Capres Cawapres Pemilu 2024 di gedung KPU Jakarta, PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya menyiagakan 65 personel yang bertugas mengawal kelistrikan demi lancarnya acara.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Lasiran mengatakan petugas yang bersiaga merupakan gabungan dari berbagai unsur yaitu Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Menteng, Unit Pelaksana Pengatur Distribusi Jakarta, serta Kantor Induk di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya.
Advertisement
“Jumlah 65 personel ini hanya yang bersiaga di saat pelaksanaan debat saja di KPU, tetapi untuk persiapannya jauh lebih banyak lagi personel yang terlibat,” kata Lasiran.
PLN memprediksi beban listrik yang digunakan yaitu 60% dari kapasitas trafo distribusi 1000 kilo Volt Ampere (kVA) yang telah disiapkan. Namun, PLN menyiapkan trafo distribusi mobile sebesar 1000 kVA sebagai back up tambahan daya.
"Secara kecukupan daya, listrik untuk di KPU sudah sangat cukup, kita tetap bersiaga untuk menjaga keandalan listriknya," Lasiran menyampaikan di Jakarta.
PLN UID Jakarta Raya menyiapkan pasokan listrik 5 lapis di KPU RI jelang debat Capres Cawapres perdana. Secara periodik petugas juga melakukan pengecekan terhadap peralatan yang terpasang di lokasi untuk menjaga kontinyuitas listrik.
Ada Pilpres 2024, Penggunaan EBT Makin Jauh dari Realisasi?
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya menilai, gelaran pilpres 2024 di berbagai negara dunia akan menunda program transisi menuju energi hijau dalam skala besar.
Menurut dia, banyak negara nantinya akan lebih mengedepankan harga energi yang pro rakyat dibanding mengejar energi terbarukan yang terlalu mahal. Itu tercermin dari harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 yang masih di atas USD 150 per metrik ton, dan diprediksi tetap berada di kisaran dari USD 110-130 per metrik ton selama tahun depan.
"Tahun depan ada pemilu di Amerika dan India. Mereka kan pasti tidak ingin terlihat tidak mampu memberikan energi bagi rakyatnya," ujar Berly dalam webinar Road to IMEC 2023, Selasa (12/12/2023)."Sama seperti kita. Jadi demand-nya coal sebagai energi yang relatif lebih rendah harganya itu akan masih jadi pilihan," imbuh dia.
Sehingga, Berly memprediksi, jika memang akan ada pergeseran dari energi fosil menuju renewable energy, pasti nilai harganya bakal lebih mahal dibandingkan batu bara.
Advertisement
Energi Ramah Lingkungan
Program transisi menuju energi ramah lingkungan juga berpotensi jadi samar, khususnya di Amerika Serikat jika Donald Trump terpilih menjadi pemimpin baru di Negeri Paman Sam.
Seperti diketahui, Trump pada masa jabatan Presiden Amerika Serikat sebelumnya lantang menolak Paris Agreement 2015. Dengan alasan, AS bakal menghadapi ancaman ekonomi besar akibat upayanya beralih ke energi hijau.
"(Switching to renewable energy) sepertinya baru akan dilakukan pasca pemilu, khususnya di Amerika, kalau Biden menang. Kalau Trump menang, dia akan full back to fossil lagi," sebut Berly.
Sama halnya dengan Indonesia, dimana Berly melihat penerapan pajak karbon yang rencananya dikenakan kepada pembangkit listrik swasta (IPP) harus ditunda.
"Karena kalau dikenakan, nanti ada tekanan buat kenaikan harga listrik yang sangat berat di tahun pemilu. Jadi kondisi-kondisi ini yang menyebabkan demand tahun depan masih akan tinggi," kata Berly.