Kinerja Resilien, Bank Dunia Yakin RI Bisa Jaga Pertumbuhan Ekonomi di Sisa 2023

Bank Dunia mengatakan, pertumbuhan itu didukung oleh pulihnya permintaan domestik, sehingga konsumsi swasta tetap kuat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Des 2023, 10:30 WIB
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia mengakui kinerja ekonomi Indonesia yang resilien di tengah guncangan dan ketidakpastian perekomonian global.

"Kami percaya bahwa pada akhir tahun ini Indonesia mampu menjaga pertumbuhan di kisaran 5 persen, yang merupakan pertumbuhan yang sangat tangguh, mengingat lingkungan global saat ini,” ungkap ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Wael Mansour dalam wawancara di Bursa Efek Indonesia, Selasa (12/12/2023).

Wael Mansour mengatakan, pertumbuhan itu didukung oleh pulihnya permintaan domestik, sehingga konsumsi swasta tetap kuat.

"Juga karena perekonomian yanh dibuka kembali setelah COVID-19. Kita telah melihat, dimulainya kembali layanan dan penjualan ritel di bidang pariwisata yang tumbuh dan karena sedikit peningkatan investasi, terutama investasi dalam negeri, namun investasi asing masih berada di bawah tren sebelum pandemi," bebernya.

Bank Dunia juga menyoroti kontribusi dari perdagangan yang menurun, karena penurunan komoditas dan permintaan global secara keseluruhan.

"Perekonomian global masih sedikit lesu sehingga tidak banyak permintaan dari luar. Hal ini mempengaruhi Indonesia," jelas Wael Mansour.

Tetapi sisi positifnya adalah inflasi Indonesia berada pada tren penurunan. "Jadi meskipun ada tekanan dari harga pangan dan bahan bakar, imbas dampak dari Nino, menurut Kami Pemerintah telah berhasil menurunkan harga karena langkah-langkah di sisi pasokan dimana mereka telah mengatasi kemacetan dengan memastikan bahwa beras tersedia di pasar," ucap Wael Mansour.


Jadi 10 Ekonomi Terbesar Dunia, Indonesia Harus Kuasai Industri 4.0

Pekerja memeriksa kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang. Perusahaan manufaktur komponen otomotif optimistis perpanjangan PPnBM dan tren penjualan kendaraan roda empat (4 wheeler/4W) yang mulai positif. (Liputan6.com/HO/Dharma)

Pemerintah berencana mendorong Indonesia menjadi 10 besar ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030 melalui sektor manufaktur sebagai penopang utama.

Memasuki era industri 4.0, perusahaan dituntut untuk bertransformasi secara digital, termasuk bidang manufaktur.

Senior Analyst Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan bahwa era Industri 4.0 mendorong pelaku industri mengoptimalkan sistem produksi melalui otomasi digital dan pemanfaatan IoT.

Hal tersebut diungkapkan Ronny dalam talk show Mobil Connect: Business Insights Exchange Supporting the Indonesia Manufacturing yang digelar PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) di acara Manufacturing Expo 2023 di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta

"Hal ini memberikan peluang besar bagi industri manufaktur untuk meningkatkan banyak hal antara lain efisiensi dan produktivitas, produk dan layanan, keselamatan dan keamanan kerja, serta daya saing untuk memperkuat posisi pelaku industri di pasar," ujar Ronny dikutip Sabtu (9/12/2023).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Dadang Asikin selaku Chairman Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia.

“Menyambut Industri 4.0, perlu ada perubahan mindset dengan mempersiapkan diri terhadap trend baru yang mulai bergeser kepada era digitalisi atau robotik," ungkap dia.

Menurut dia, pentingnya dukungan infrastruktur seperti internet, artificial intelligence dan tenaga kerja yang terampil juga sangat diperlukan untuk mengatur kinerja dan efisiensi produksi di era industri 4.0.

Tren efisiensi di era Industri 4.0 sendiri juga disebut mempengaruhi permintaan solusi pelumasan industri manufaktur di Indonesia.


Pelumasan Berteknologi Tinggi

Pekerja memeriksa produk dan kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan manufaktur Triputra Group menargetkan penjualan hingga 38.81 % atau senilai Rp 3,08 triliun pada 2021. (Liputan6.com/HO/Dharma)

B2B Commercial Sales General Manager PT ExxonMobil Lubricants Indonesia Lukman Hakim, menjelaskan bahwa secara umum, semua mesin membutuhkan pelumas.

Namun, terdapat beberapa mesin yang menuntut produktivitas dan presisi tinggi serta tingkat downtime yang rendah sehingga membutuhkan solusi pelumasan berteknologi tinggi.

"Sehingga, melihat tren industri saat ini, tentunya pelaku industri pasti akan mencari solusi pelumasan yang bisa memberikan fitur keandalan presisi, perlindungan komponen untuk menekan downtime produksi dalam kaitannya mengejar produktivitas dan efisiensi biaya produksi korosi serta kemudahan perawatan,” ujar Lukman.

“ExxonMobil akan mendukung penuh visi pemerintah dalam usaha efisiensi dan produktivitas industri di Indonesia melalui solusi holistik yang menggabungkan produk pelumasan terbaik dan layanan canggih yang didukung oleh para ahli. Untuk mendukung sektor manufaktur Indonesia ke depan, kami akan terus mengembangkan berbagai produk pelumasan dan layanan yang dikhususkan bagi pelaku industri yang membutuhkan solusi pelumasan di berbagai industri seperti industri plastik, tekstil, pengolahan logam dan FMCG,” katanya lagi.

Sejalan dengan tren industri manufaktur, tambah Lukman, EMLI menghadirkan rangkaian produk pelumas berbagai varian produk pelumas yang dikhususkan untuk industri manufaktur bagi pengguna mesin Computer Numerical Control (CNC) untuk membantu kinerja mesin tetap presisi dengan perlindungan yang baik di event Manufacturing Expo 2023.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya