Liputan6.com, Jakarta - Kapal kargo Danny F II mengalami kecelakaan dan tenggelam di perairan Lebanon pada 17 Desember 2009. Saat kejadian, kapal tersebut membawa 83 orang bersama dengan 10.224 domba dan 17.932 sapi.
Melansir dari The Maritime Executive, kondisi cuaca buruk menyebabkan kapal kargo itu terbalik sekitar 15 mil dari pantai Lebanon. Setelah operasi penyelamatan berjalan selama sekitar 72 jam, 40 orang berhasil diselamatkan, 11 orang ditemukan meninggal, sementara 32 orang masih belum ditemukan.
Advertisement
Hewan ternak seperti domba dan sapi membutuhkan proses bersendawa dan kentut agar pencernaan mereka berfungsi dengan baik. Sayangnya, saat dalam keadaan berenang, mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini, ditambah dengan cuaca buruk, menyebabkan tubuh mereka terisi gas yang menghambat upaya penyelamatan.
Identifikasi sulit dilakukan karena kepala orang yang tenggelam tercampur di antara perut buncit dari hewan ternak di dalam air.
Awak kapal terdiri dari 56 petugas peternakan dari berbagai negara seperti Inggris, Rusia, Lebanon, Suriah, Filipina, Pakistan, Uruguay, Brasil, dan Australia. Sebagian besar dari mereka yang hilang bukanlah pelaut dan informasi tidak resmi menunjukkan bahwa jenazah mereka belum dikembalikan ke negara asal mereka.
Salah satu pengecualian adalah penumpang Australia, seorang peternak terkenal yang dihormati di industri karena kepeduliannya pada hewan. Keluarganya diduga mencari di area kamar mayat.
Tidak ada catatan tentang orang Kaukasia dalam daftar mereka, namun tubuhnya akhirnya ditemukan dengan lapisan minyak yang mengubah warna kulitnya menjadi lebih gelap dari sebelumnya.
Laporan investigasi Panama tidak menyebutkan adanya minyak di dalam air, namun ada desas-desus bahwa saat kapal terbalik, cangkangnya pecah sehingga minyak keluar dan menyebabkan hewan ternak terjebak di dalam air.
Kronologi Peristiwa dan Keputusan Penting
Saat penyelidik kecelakaan yang ditugaskan oleh Panama datang, sebagian besar dari yang selamat sudah pulang. Hanya sedikit yang diwawancarai, dan para penyelidik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
Kapal sedang berlabuh menunggu tempat berlabuh ketika cuaca memburuk. Nakhoda memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, memerintahkan pembersihan geladak yang biasanya dilakukan dalam perbandingan enam banding satu, mungkin karena kotoran hewan yang bertambah karena penundaan pembuangan ternak di pelabuhan.
Sekitar 10 selang digunakan untuk membersihkan geladak, dan ada laporan tentang adanya lubang kecil yang membuka akses langsung ke laut untuk membuang limbah. Meskipun daftar kemiringan kapal sudah mencapai tiga sampai lima derajat, ketika kemiringannya semakin besar, nakhoda memerintahkan untuk menghentikan operasi pembersihan.
Sebelum kejadian terbalik, laporan menyebutkan adanya banyak air di dek enam kapal. Sang nakhoda mencoba mengubah arah kapal untuk menyeimbangkan posisinya, namun upayanya tidak berhasil.
Advertisement
Kondisi Interior, Keputusan Fatal, dan Kekacauan Evakuasi
Kapal ini dilengkapi dengan lima pompa ternak, tetapi pada saat itu, pompa terkuatnya tidak berfungsi, sedangkan dua lainnya digunakan secara manual untuk memberikan air kepada ternak karena kapal ini tidak memiliki sistem otomatis seperti yang umumnya ada di kapal modern.
Ketika suhu mencapai lebih dari 20 derajat, nakhoda tampaknya memutuskan untuk mematikan mesin, yang mungkin dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan terbalik. Ia kemudian memerintahkan untuk meninggalkan kapal dan mengirimkan sinyal bahaya.
Kapal terbalik hanya dalam waktu 20 menit setelah mesin utama dimatikan, dan kemudian tenggelam di bawah gelombang dalam waktu sekitar tiga menit.
Laporan investigasi menyatakan bahwa tidak semua awak kapal mendengar alarm yang memberitahukan bahwa kapal harus ditinggalkan. Terjadi kekacauan dan kurangnya koordinasi.
Para awak tidak berhasil berkumpul, dan ada yang masih berada di dek kargo, merokok sambil melambaikan tangan kepada kru yang lain yang berlari ke dek cuaca. Beberapa mulai meluncurkan rakit penyelamat, sementara yang lain langsung melompat ke dalam air.
Penyebab Tenggelamnya Kapal
Panama menyebut peristiwa penting dalam tenggelamnya kapal, yaitu:
- Air masuk melalui celah di lambung saat pembersihan geladak
- Potensi keretakan sepatbor pada kandang hewan, karena sepatbor itu sendiri dalam kondisi rentan patah meskipun masih layak
- Perubahan posisi muatan ketika kapal miring ke sisi kanan
- Bertambahnya kemiringan ke kanan karena penumpukan air dari celah di lambung kapal
- Kapal terus miring hingga akhirnya terbalik
Laporan investigasi mencatat bahwa selama pelayaran, kapal secara bertahap kehilangan stabilitas karena konsumsi bahan bakar, air, dan makanan ternak. Pengawasan terhadap stabilitas kapal diharapkan dilakukan baik sebelum keberangkatan maupun selama perjalanan.
Tugas menghitung stabilitas tampaknya menjadi tanggung jawab nakhoda, meskipun hal ini tidak dijelaskan secara tegas dalam manual kapal.
Advertisement