Pentingnya Peran Dai Jadi Agen Perdamaian Dunia Lewat Dakwah di Tengah Konflik Global

Para dai diharapkan bisa membawa pesan perdamaian lewat dakwah di tengah ketegangan geopolitik dunia terutama konflik Israel dan Palestina.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Des 2023, 18:00 WIB
Pertemuan Muktamar Da’i Internasional dengan tema “Peran Dakwah Islam dalam Menciptakan Perdamaian dan Mengembangkan Peradaban” yang diadakan oleh Jakarta Islamic Centre (JIC) di Jakarta, 12-13 Desember 2023. (Dok: JIC)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi geopolitik dunia yang semakin tidak stabil dan mengkhawatirkan mendesak peran semua pihak untuk mewujudkan perdamaian dan mengurangi tensi global. Tak terkecuali bagi dai yang memiliki peran penting lewat dakwah.

Berangkat dari perhatian tersebut, Jakarta Islamic Centre (JIC), lembaga bentukan pemerintah provinsi DKI Jakarta, menggelar acara International Islamic Conference of Da'i atau dikenal dengan Muktamar Dai Internasional yang mengangkat tema: "Peran Dakwah Islam dalam Menciptakan Perdamaian dan Mengembangkan Peradaban", di Jakarta, 12-13 Desember 2023.

"Kami memilih isu perdamaian dan peradaban, karena memang sejak didirikan JIC dimaksudkan untuk berbicara mengenai peradaban Islam yang salah satunya bagaimana agar dunia ini tetap damai dan harmonis," kata Plt. Ketua JIC K.H. Dr. Didi Supandi, seperti dikutip dari rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu (13/12).

"Sebagaimana kita tahu saat ini tengah terjadi persoalan yang kita sebut krisis kemanusiaan di beberapa belahan negeri, kita tahu terjadi peperangan. Untuk itu, kita memandang pentingnya para dai menjadi agen untuk menyuarakan perdamaian dunia, ini yang utama," sambungnya.

Demi mewujudkan perdamaian dunia lewat perannya, para dai diharapkan fokus pada lima poin berikut:

 

Pertama, para dai harus memiliki kemampuan berdakwah di era perkembangan teknologi yang semakin maju. Harapannya, pesan dakwah Islamiyah yang disampaikan dapat disebarluaskan secara global lewat berbagai platform. Maka dari itu, para dai diharapakan memiliki kemampuan berdakwah lewat sosial media, berdakwah menggunakan bahasa Arab dan Inggris serta skill penunjang lainnya.

Kedua, para dai perlu melakukan inovasi dalam dakwah yang disesuaikan dengan situasi dunia. Namun, prinsip dakwah sesuai Al-qur'an dan Sunnah tetap tidak boleh dihilangkan.

"Prinsip dakwah utama yang tidak boleh diabaikan adalah bersifat Wasatiyyah dan Tawazun, tetap berpegang kepada manhaj Ahlussunnah wal Jamaah serta selalu mengedepankan pesan-pesan perdamaian," kata ketua panitia acara Ir. H. Herlan Intanpura.


Para Dai Diminta Suarakan Keadilan bagi Palestina

Warga Palestina di Gaza bagian utara bermigrasi ke Gaza bagian selatan melewati tentara dan tank Israel saat serangan Israel berlanjut di Kota Gaza, Gaza pada 18 November 2023. (Foto oleh Ashraf Amra via https://twitter.com/amra_ashraf)

Ketiga, mengintegrasikan nilai perdamaian dan peradaban yang dapat mengantisipasi kondisi dunia yang multi konteks. Mereka diharapkan menjadi agen perdamaian dunia, terutama di tengah konflik Palestina dan Israel saat ini.

"Para dai harus aktif menyuarakan penghentian penjajahan Israel yang telah berlangsung berpuluh tahun dan mengembalikan tanah milik Palestina kepada rakyat Palestina sehingga perdamaian dunia secara holistik dapat terwujud," sambung Herlan.

Keempat, menjadikan masjid sebagai pusat peradaban yang dapat menjadi energi bagi perubahan kondisi dunia.

Kelima, mendorong pemerintah dan aparatur negara untuk terus secara aktif mendukung aktivitas para dai yang dapat menciptakan stabilitas sosial dan perdamaian di tengah masyarakat.

"Kami akan terus membawa agenda rekomendasi ini dalam bentuk program yang konkrit di lapangan, sebagai komitmen JIC menjadi pusat peradaban dunia Islam," imbuh Herlan.

 


Dihadiri Dai Seluruh Indonesia dan Luar Negeri

Pertemuan Muktamar Da’i Internasional dengan tema “Peran Dakwah Islam dalam Menciptakan Perdamaian dan Mengembangkan Peradaban” yang diadakan oleh Jakarta Islamic Centre (JIC) di Jakarta, 12-13 Desember 2023. (Dok: JIC)

Selain dihadiri sekitar 100 dai dari seluruh Indonesia, Muktamar Dai Internasional yang diselenggarakan oleh JIC itu juga turut dihadiri oleh ulama luar negeri seperti dari Mesir, Palestina, Irak hingga Turki.

Turut hadir dalam acara tersebut, K.H. Cholil Nafis, K.H. Nasaruddin Umar, Dr. Fathullah Mohamed Fathalla Azuqaiziq, Dr. Ammar Jailana Arraffah, Prof. Dr. Hakeem Ilahi, serta Syekh Ali Qor’awi.

Sejumlah isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut termasuk kesiapan da’i dalam menghadapi masyarakat 5.0, reformulasi metodologi dakwah untuk menghadapi dunia yang berubah, strategi pengintegrasian nilai-nilai perdamaian dan peradaban dalam dakwah yang multi konteks, hingga peran masjid untuk mengembangkan peradaban.


Misi JIC Menjadi Global

Jakarta Islamic Center. (Jakarta-center.or.id)

Sebelumnya JIC juga telah menggelar sejumlah kegiatan skala global seperti konferensi internasional, pameran kaligrafi internasional, dan terbaru dialog pemuda se-ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia. Agenda kegiatan tersebut bertujuan untuk menjadi pusat peradaban Islam.

JIC ke depannya akan melanjutkan program serupa ke sejumlah negara dunia untuk menyebarkan nilai pancasila dan karakter bangsa Indonesia yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi negara lain.

"Dalam program JIC tahun 2024 nanti, kami juga lebih banyak mengajak dialog stakeholder peradaban di dunia pada negara Islam maupun bukan, agar mereka mau membuka diri untuk terus berdialog dalam rangka menciptakan perdamaian dunia," kata K.H Didi.

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya