Ammar Zoni Terjerat Narkoba Lagi, Kenapa Sulit Lepas dari Kecanduan Obat Terlarang?

Kenapa individu yang mengalami kasus terkait obat terlarang tampaknya cenderung sulit untuk melepaskan diri dari kecanduan?

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 13 Des 2023, 16:30 WIB
Ammar Zoni. (Foto: Dok. Aish TV)

Liputan6.com, Jakarta - Aktor Ammar Zoni diduga kembali terlibat tindak pidana narkotika. Kasatresnarkoba Polres Metro Jakarta Barat AKBP Indrawienny Panjiyoga mengonfirmasi penangkapan Ammar Zoni pada Rabu (13/12/2023).

"Iya, Ammar Zoni," ungkap Panjiyoga, dikutip dari Kanal Showbiz Liputan6.com.

Meski demikian, Panjiyoga belum memberi rincian lebih lanjut terkait kasus yang menimpa pria yang tengah digugat cerai oleh aktris Irish Bella itu.

Diketahui, Ammar Zoni telah beberapa kali terlibat masalah hukum terkait narkoba. Pada 8 Maret 2023 lalu, Ammar Zoni ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyalahgunaan narkoba jenis sabu.

Terkait penyalahgunaan obat terlarang, kenapa individu yang mengalami tampaknya cenderung sulit untuk melepaskan diri dari jerat narkoba?

Mengutip laman UK Rehab, meski tidak semua orang yang menggunakan obat-obatan terlarang akan terus mengalami kecanduan, ada beberapa orang yang secara fisik bergantung pada zat-zat tersebut. Ini karena obat-obatan mengubah fungsi otak dan seiring berjalannya waktu, tubuh orang yang terpapar akan mengharapkan kehadiran zat-zat tersebut.

"Otak akan beradaptasi dengan keberadaan obat-obatan dan akan menghasilkan lebih sedikit bahan kimia yang memberikan rasa nyaman dibandingkan ketika seseorang pertama kali mulai mengonsumsi obat-obatan tersebut," tulis laman tersebut.

Kondisi yang dijelaskan itu dikenal sebagai toleransi dan biasanya memunculkan godaan untuk mengonsumsi lebih banyak obat untuk mencapai efek yang diinginkan.

Semakin banyak obat yang dikonsumsi, individu itu akan semakin bergantung pada obat tersebut, yang dapat dengan cepat menyebabkan kecanduan. Inilah sebabnya kecanduan narkoba begitu sulit diatasi.


Dampak Penyalahgunaan Obat pada Otak

Otak manusia memiliki apa yang disebut oleh para ilmuwan sebagai "reward-system". Bahan kimia di otak yang disebut dengan neurotransmitter, diproduksi dari perilaku berulang yang membuat manusia bertahan hidup dan tetap sehat. Bahan kimia ini juga terkait dengan rasa senang. Itu sebabnya perilaku seperti mencicipi makanan kesukaan, mempelajari hal baru, atau melihat seseorang yang disayang bisa terasa sangat menguntungkan.

Ketika kita melakukan perilaku baru yang menguntungkan, otak juga membangun hubungan antara perilaku itu dengan "isyarat" terkait yang mengingatkan kita akan imban tersebut. Itu sebabnya sekadar lewat di depan restoran dan mencium wangi masakan dari restoran itu bisa membuat lapar. Itu merupakan hal baik. 

Dilansir laman National Institute on Drug Abuse (NIDA), narkoba adalah bahan kimia yang meniru neurotransmitter sistem penghargaan otak, namun, dalam banyak kasus, penggunaan narkoba bisa memengaruhi sistem penghargaan jadi lebih kuat dibandingkan aktivitas lainnya.

Bagi sebagian orang, penggunaan narkoba secara berulang bisa mengubah cara kerja area tertentu di otak dan cara berkomunikasi satu sama lain. Perubahan-perubahan ini bisa membuat seseorang sulit menikmati aktivitas yang sehat. Dan terkadang orang perlu mulai menggunakan obat-obatan untuk merasa baik atau baik-baik saja.

Menghentikan atau mengurangi penggunaan obat secara signfikan dan tiba-tiba bahkan bisa menyebabka gejala putus obat yang kemungkinan berupa emosi negatif yang kuat, gejala mirip flu, hingga keadaan darurat yang mengancam jiwa.


Kenapa Sulit Berhenti dari Kecanduan?

Banyak gejala putus obat yang bisa diatasi. Namun, bagi banyak orang, penggunaan obat-obatan mungkin terasa sebagai satu-satunya cara untuk meringankannya.

Penggunaan narkoba yang berulang juga membuat otak membangun hubungan yang lebih kuat antara obat-obatan dan isyarat terkait dengannya, yang mungkin sulit dihindari. Beberapa orang menyebutnya sebagai "pemicu". Sejumlah hal yang membuat seseorang ingin mengulangnya kembali.

Penggunaan narkoba berulang kali juga dapat melemahkan sirkuit di otak yang membantu orang mengendalikan diri dan menoleransi stres. Hal ini dapat membuat orang semakin sulit mengendalikan penggunaan narkoba—bahkan ketika hal tersebut menimbulkan bahaya, ketika hal tersebut tidak lagi terasa seperti biasanya, atau ketika hal tersebut mengganggu bagian lain dari kehidupan seseorang.

Ini bisa menjadi tanda-tanda gangguan penggunaan narkoba.

Kecanduan dapat membuat keinginan berhenti atau mengendalikan penggunaan narkoba menjadi sangat sulit tanpa dukungan—tidak peduli seberapa besar keinginan seseorang untuk berhenti atau menguranginya.

Ketika seseorang mencoba untuk berhenti menggunakan narkoba, hubungan yang kuat antara narkoba dan isyarat terkait serta pengalaman stres yang baru atau yang sedang berlangsung dapat menyebabkan mereka merasa mengidam dan menggunakan narkoba lagi. Kembali menggunakan setelah berhenti, atau kambuh, bukanlah hal yang jarang terjadi. Dan seperti kecanduan itu sendiri, ini bukanlah tanda kelemahan.


Kecanduan Bikin Keluarga Berantakan

Dampak kecanduan narkoba tak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya saja, melainkan juga pada keluarga. Kondisi ini sering kali menyebabkan keluarga berantakan.

Pecandu kerap jadi individu yang manipulatif dan egois ketika kecanduan menyerang. Dia mungkin saja berbohong pada teman-teman dan orang yang dicintainya, sementara beberapa individu bahkan tak segan melakukan tindakan melanggar hukum demi memuaskan keinginan mereka akan narkoba.

Mengatasi kecanduan dengan bantuan para profesional dapat sangat membantu dalam mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh kecanduan narkoba. Dengan bantuan dan dukungan yang tepat, bahkan mereka yang yakin bahwa mereka tidak dapat tertolong pun dapat mengalahkan kecanduan mereka untuk selamanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya