Kesaksian Relawan Mer-C yang Pulang dari Gaza: Masyaallah, Sumur di RS Indonesia Bisa Hidupi Hampir 20 Ribu Pengungsi

Farid menceritakan kejadian ajaib yang terjadi di RS Indonesia di Gaza selama masa perang dengan Israel, seperti ketika kehabisan solar dan air.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Des 2023, 18:35 WIB
Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan relawan MER-C di Gaza bernama Farid Zanzabil Al Ayubi (kiri) berhasil dievakuasi dan tiba di Indonesia pada Rabu (13/12/2023). (Tangkapan Layar Zoom)

Liputan6.com, Jakarta - Satu dari tiga Warga Negara Indonesia (WNI) sekaligus relawan MER-C yang berada di Gaza, Farid Zanzabil Al Ayubi, telah dievakuasi dan tiba di Indonesia pada Rabu (13/12/2023).

Kedatangan Farid disambut isak tangis haru di keluarga setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Perjuangan Farid selama bertugas menjadi relawan di Gaza hingga perjalanannya kembali ke Indonesia bukanlah hal yang mudah. Cerita ini dibagikannya dalam konferensi pers di Kantor Pusat MER-C, Rabu (13/12).

Ia juga mengungkapkan bagaimana kondisi Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza tempatnya bertugas hingga akhirnya berhenti beroperasi pasca-perang Israel Vs Hamas. Diketahui, RS Indonesia merupakan rumah sakit terbesar kedua setelah RS Al-Shifa.

"Alhamdullilah rumah sakit ini memang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya terutama sejak peperangan pecah," kata Farid.

Farid juga menjelaskan bagaimana RS Indonesia di Gaza menjadi tempat bagi sekitar 20 ribu warga Gaza berlindung dari serangan.

"Di awal peperangan, RS Indonesia ini sangat sangat dibutuhkan karena banyak sekali korban yang dilarikan ke sini. Bahkan, waktu hari ke berapa ada serangan brutal dari zionis Israel, sampai menewaskan kurang lebih 50 orang seketika dan ratusan yang jadi korban luka-luka. Mereka semuanya dilarikan ke RS Indonesia karena jaraknya dekat," lanjut dia.

Farid juga menceritakan bagaimana RS Indonesia menjadi tumpuan bagi warga Gaza selama serangan, terutama ketika RS Al-Shifa tidak dapat beroperasi lagi. Terlebih, masyarakat setempat juga tidak memiliki pilihan lain selain berlindung di sana.

RS Indonesia, sebut Farid, mengalami berbagai perisitiwa "ajaib". Salah satunya ketika kehabisan solar sama sekali, yang sangat dibutuhkan untuk menjalankan generator. Ini mengingat akses komunikasi, internet hingga listrik di Jalur Gaza diputus oleh Israel.

"Tapi Alhamdullilah, atas doa dari antum semua dan atas pertolongan Allah juga, Allah memberikan ide ke insinyur listrik, orang Gaza, untuk mengganti solar dengan minyak goreng," katanya.

"Alhamdullilah atas izin Allah, gensetnya ini bisa nyala. Jadi besoknya kita beli minyak goreng sampai 1.700 liter," sambung Farid, sambil mengungkapkan perjuangan membeli minyak goreng yang harus mempertaruhkan nyawa itu.

Selain itu, Farid juga menceritakan keajaiban lainnya yang terjadi ketika RS Indonesia kehabisan stok air.

"Masyaallah ada sumur yang bisa menghidupi warga Gaza yang jumlahnya hampir 20 ribu. Padahal aliran air ke Gaza sudah ditutup," imbuh dia.

Selain Farid, masih ada dua WNI sekaligus relawan yang masih berada di Gaza.

"Kondisi kedua relawan sehat, mereka semangat dan antusias membantu sekitar 1500-an pengungsi dan selalu memberitakan perkembangan terkini. Posisi mereka ada di sekolah, yang letaknya di belakang RS Eropa," ucap Farid.


Menlu Retno: Proses Evakuasi Perlu Proses Panjang

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menghadiri Roundtable mengenai Hak Asasi Manusia, perdamaian dan keamanan di Kantor PBB, Jenewa, Swiss, pada Selasa (12/12/2023). (Dok: Kemlu RI)

Sebelumnya, ketika Farid masih dalam proses evakuasi dan berada di Mesir, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengungkapkan tentang sulitnya jalan yang harus ditempuh. 

Proses evakuasi Farid, ungkap Menlu Retno, memerlukan waktu yang panjang dan proses yang sangat kompleks, terutama upaya untuk memasukkan namanya dalam daftar yang diperkenankan untuk melintas.

"Proses memasukkan ke daftar sekali lagi merupakan proses yang sangat tidak mudah," kataMenlu Retno dalam pernyataan pers, Sabtu (9/12). 

"Sebagaimana diketahui, selama berlangsungnya jeda kemanusiaan, perbatasan Rafah juga tidak selalu terbuka untuk arus keluar karena prioritas diberikan bagi arus masuk bantuan kemanusiaan."


RS Indonesia di Gaza Diserang Jelang Gencatan Senjata Sementara

Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza telah dievakuasi sepenuhnya. (Anadolu)

Adapun sesaat sebelum gencatan senjata sementara yang disepakati pada 27 November, Israel dilaporkan tetap melancarkan pengeboman beberapa jam jelang gencatan senjata sementara. Salah satunya menargetkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.

Laporan Anadolu mengutip otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa Israel membidik generator listrik Rumah Sakit Indonesia dalam serangan pada Kamis malam.

"Rumah sakit tersebut menjadi sasaran penembakan hebat yang menargetkan generator listrik dan sebagian besar bangunan," ujar juru bicara otoritas kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra.


RS Indonesia Akhirnya Harus Dikosongkan

3 Relawan Indonesia yang Sempat Hilang Kontak 40 Jam Dipastikan Selanat dan Ungkap Kondisi RS di Gaza. foto: Instagram @mercindonesia

Dengan kondisi tersebut saat itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal atau yang akrab disapa Iqbal kemudian mengonfirmasi kepada Liputan6.com, "Rumah Sakit Indonesia sudah dikosongkan. Semua pasien dan dokter sudah evakuasi ke Gaza selatan."

Indonesia, tegas Iqbal, menyambut positif jeda kemanusiaan ini.

"Harapan kita gencatan sejata ini berlangsung permanen, sehingga kita bisa mulai membahas secara serius penyelesaian jangka panjang yang berkesinambungan dan adil bagi kedua pihak dalam kerangka two states solution," ujar Iqbal.

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya