Liputan6.com, Jakarta - Biru memiliki posisi unik dalam spektrum warna. Warna ini telah meresap ke berbagai aspek dalam kehidupan manusia, memberi makna dan emosi mendalam. Sebagai warna langit dan laut, biru telah menjadi sumber inspirasi dan simbolisme tiada henti sepanjang sejarah dan lintas budaya.
Dalam psikologi warna, biru dikaitkan dengan ketenangan dan kedamaian. Biru adalah warna non-agresif yang mendorong pada perasaan tenang dan keteraturan. Hal ini mungkin karena mansuia mengasosiasikan biru dengan warna laut. Bagi sebagian orang, warna ini bisa menenangkan jiwa.
Advertisement
Sejak lama, biru digunakan dalam seni. Kali ini, seniman sekaligus desainer Indonesia Laila Azra pun mengusung biru dalam pameran tunggal seni lukis bertajuk "Soca". Warna tersebut dipilih tak lepas dari tema pameran yang menggabungkan lukisan dan seni cahaya sehingga biru menjadi warna yang dapat meningkatkan fokus sekaligus menenangkan.
"Soca"sendiri merupakan akronim dari "Sorot Cahaya". Di sisi lain, "soca" memliki arti tersendiri dalam bahasa Sunda, yakni "mata", seperti diakui sang seniman.
Mengutip kurator pameran, Ignatia Nilu, "Soca secara etimologi berarti Mata Jiwa, namun sekaligus akronim untuk Sorot Cahaya. Sebuah kredo yang menghubungkan dua praktik berkesenian Laila Azra yang selama ini aktif berkarya dalam medium lukis dan seni media baru, khususnya seni cahaya."
"Soca" menghadirkan karya-karya Laila Azra yang penuh kesan dan mencerminkan perjalanan artistiknya yang unik. Kurang lebih 12 dari 17 lukisannya ditampilkan dalam Artsphere Gallery, Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Melalui pameran ini, pecinta seni bisa menjelajahi perjalanan seni abstrak ekspresionis Laila.
Proses Kreatif Mengalir Alami
Selain biru, Laila menggunakan warna-warna yang lebih redup seperti warna tanah, oker, dan hitam untuk menghadirkan pengalaman seni yang memukau dengan permainan tekstur dan dinamika warna.
Karya-karya seni Laila menghadirkan narasi visual yang menggambarkan rangkaian energi dan proses dalam alam imajinatif dan ingatannya. Tekstur yang merekat, menegang, berkerut, retak, mengelupas, tersapu, dan menghilang jadi bahasa visual yang memikat dan mendalam.
Diakui seniman yang bermukim di Singapura ini, proses kreatifnya mengalir secara alami. Kuas dan alat seni lainnya seperti bergerak begitu saja ketika dia mulai memfokuskan energi pada proses berkarya.
"Kalau menghadapi suatu kanvas, kadang-kadang aku tuh enggak ngerti nanti bentuknya akan seperti apa. Tapi yang pasti itu biasanya berawal dari warna.Nah, dari situ kayak jalan sendiri ya," ungkap Lalila, Sabtun (9/12).
Laila mengaku, proses kreatifnya biasanya muncul ketika dia tengah berpikir atau merenung.
"Tapi jarang sekali kalau aku dalam keadaan ekstrem, misalnya sedih atau marah, itu malah aku jadi enggak bisa."
Advertisement
Dipersiapkan Sejak Pelonggaran Pandemi COVID-19
Ketertarikan Laila akan seni cahaya karena menurutnya hal itu indah dan belum banyak orang yang mendalaminya. Di sisi lain, Laila menemukan bahwa bermain dengan cahaya begitu menantang.
"Ternyata challenging juga karena ternyata cahaya bisa itu bisa dibikin jadi apa aja," ujarnya.
Laila melihat seni cahaya dan lukisan bisa saling mendukung.
Kurator Ignatia Nilu pun menyoroti jejak DNA seni modern Indonesia dalam lukisan-lukisan Laila, yang mencerminkan gaya abstrak ekspresif. Menurut Nilu, pameran Laila kali ini bukan hanya tentang lukisan, tetapi juga tentang pengalaman pribadi dan refleksi atas cahaya yang dilihat secara intens dan mendalam.
Lukisan-lukisan dalam pameran ini dibuat oleh Laila sejak pembatasan terkait pandemi COVID-19 mulai dilonggarkan, yakni sejak 2022. Ke-17 lukisan bertema "Soca" dirampungkannya pada September tahun ini. Pengunjung bisa menikmati pameran bahkan meminang karya Laila Azra sejak 11 Oktober hingga 31 Desember 2023.