Epidemiolog: Di Masa Endemi COVID-19 Akan Ada Gelombang-Gelombang Kecil yang Berisiko untuk Kelompok Rentan

Di masa endemi COVID-19, akan ada gelombang-gelombang kecil yang berisiko bagi kelompok rawan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Des 2023, 18:00 WIB
Epidemiolog: Di Masa Endemi COVID-19 Akan Ada Gelombang-Gelombang Kecil yang Berisiko untuk Kelompok Rentan. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi baru-baru ini membuat epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada.

Pasalnya, meski sudah endemi, tetap akan ada gelombang-gelombang kecil yang berisiko bagi kelompok rentan.

“Kita akan secara berkala menghadapi lonjakan-lonjakan kasus COVID dalam bentuk outbreak atau kejadian luar biasa (KLB),” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara ditulis Kamis (14/12/2023).

“Apa itu KLB atau outbreak? Ini artinya tidak akan seperti waktu pandemi, tapi di masa endemi ini kita akan mengalami yang disebut gelombang-gelombang kecil. Dan di setiap gelombang kecil itu akan selalu ada kelompok rawan di masyarakat yang akan menjadi korban meski jumlahnya jauh lebih kecil dibanding pada masa pandemi,” tambahnya.

Dia menambahkan, angka statistik akan menunjukkan angka kematian meski jumlahnya kurang dari satu persen. Begitu pula beban layanan rumah sakit, meski hanya lima sampai 10 persen dari total kelompok rawan.

“Ini akan cukup menjadi beban layanan rumah sakit ketika kesiapannya, insfrastrukturnya, obat, atau sumber daya manusianya lemah.”

Hal ini semakin mungkin terjadi ketika ada faktor-faktor yang memperparah situasi. Misalnya, mobilitas tinggi, situasi yang membuat orang cenderung berlama-lama di dalam ruangan, dan kehadiran subvarian yang lebih mudah menginfeksi dan mereinfeksi.

“Ini yang membuat gelombang itu menjadi lebih berdampak bagi kelompok rawan.”


Yang Termasuk Kelompok Rawan

Epidemiolog Dicky Budiman Soal Endemi COVID-19. Foto: Dokumentasi Pribadi.

Dicky menambahkan, yang termasuk kelompok rawan tidak lah berubah sejak masa pandemi hingga kini.

“Kelompok rawan itu siapa? Kelompok rawan itu tetap tidak berubah, ya anak terutama di bawah tiga tahun. Kita tahu saat ini banyak dari mereka yang belum mendapat vaksin primer dengan beragam alasan.”

“Kemudian juga orang dengan komorbid yang belum mendapat vaksin atau sudah vaksinasi tapi belum dapat booster. Ini yang sangat rawan, ditambah lagi kalau mereka termasuk lansia di atas 60 atau 65 tahun,” jelas Dicky.

Mereka adalah orang-orang yang dapat menjadi bagian dari satu persen pasien COVID dengan kondisi fatal.


Mitigasi di Masa Endemi COVID-19

Petugas kesehatan menyiapkan suntikan vaksinasi COVID-19 keempat atau booster kedua untuk petugas bandara di kantor otoritas Bandara Ngurah Rai, dekat Denpasar, Bali, Senin (30/1/2023). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melakukan program vaksinasi booster kedua usai dibukanya penerbangan langsung (direct flight) dari China pada Minggu (22/1) lalu. (SONNY TUMBELAKA / AFP)

Mengingat COVID-19 masih berbahaya terutama bagi kelompok rentan, Dicky pun mengingatkan kembali mitigasi yang perlu dilakukan.

“Oleh karena itu mitigasinya adalah harus dipercepat vaksinasinya. Vaksinasi primer pada anak atau siapapun yang belum, termasuk vaksinasi booster untuk kelompok rawan. Dan ini semua harus ditanggung pemerintah.”

“Perlu jadi program pemerintah, bukan berbayar. Karena kalau tidak, kita akan ketinggalan ‘kereta’ dalam melindungi orang-orang di lonjakan Nataru ini,” ucap Dicky.


Lonjakan Kecil di Momen Nataru

Calon penumpang berada di stasiun kereta Pasar Senen, Jakarta, Senin (20/12/2021). KAI terus berupaya mengingatkan pelanggan untuk memperhatikan persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal perjalanan menggunakan kereta api di masa Natal dan Tahun Baru 2022. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lebih lanjut, Dicky memperkirakan bahwa akan ada lonjakan kecil di momen libur Natal dan tahun baru (Nataru).

“Akan ada lonjakan, tapi kecil. Sekali lagi ini kecil lonjakannya, tapi di dalam lonjakan kecil ini ada yang rawan nah mereka akan menjadi korban.”

Dalam kontek Indonesia, lanjut Dicky, banyak kasus yang tidak terdeteksi, baik infeksinya maupun kematiannya. Dan pemerintah memiliki kewajiban dalam melindunginya.

“Dan untuk masyarakat, secara sadar kalau belum vaksin dan termasuk kelompok rentan segera vaksinasi. 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan) dan PHBS (perilaku hidup bersih sehat) ini penting untuk melindungi diri. Karena vaksin juga bukan segala-galanya,” pungkasnya.

Infografis Yuk Kurangi Mobilitas Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Periode Nataru. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya