Liputan6.com, Jakarta - Dewan Standar Akuntansi Keuangan, sebuah badan yang dikenal sebagai FASB yang membantu menciptakan aturan untuk pembukuan perusahaan, menerbitkan buletin pada Rabu, 13 Desember 2023.
Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (14/12/2023), buletin ini berisi tentang penerapan perubahan aturan yang telah lama ditunggu-tunggu yang akan menguntungkan perusahaan yang memegang Bitcoin dan mata uang kripto lainnya.
Advertisement
Di bawah rezim akuntansi saat ini, perusahaan seperti Tesla dan Block yang memegang Bitcoin harus melaporkan kerugian dalam laporan pendapatan jika nilai aset digital turun selama waktu tertentu. Pada saat yang sama, mereka tidak dapat memperoleh keuntungan jika harga naik.
Tesla memiliki sekitar 10.000 sementara Block memiliki sekitar 8.000, dan karena kedua perusahaan memperoleh sebagian besar atau seluruh kepemilikan Bitcoin mereka dengan harga lebih rendah, mereka akan memperoleh keuntungan ketika aturan baru diberlakukan pada 15 Desember 2024.
Selain Tesla dan Block, penerima manfaat lain dari perubahan aturan ini adalah MicroStrategy, sebuah perusahaan keamanan siber yang pernah mengakuisisi Bitcoin dalam jumlah besar beberapa tahun lalu.
Perusahaan tersebut mengatakan saat ini mereka memiliki hampir 160.000 unit, yang diperoleh dengan biaya rata-rata di bawah USD 30.000 atau setara Rp 460,6 juta (asumsi kurs Rp 15.355 per dolar AS) yang pada harga saat ini akan menghasilkan pendapatan bersih hampir USD 2 miliar atau setara Rp 30,7 triliun.
Perubahan aturan yang akan datang telah diperkirakan selama berbulan-bulan, tetapi harga saham MicroStrategy tetap saja melonjak 5% karena berita tersebut. Saham Tesla dan Block, yang kepemilikan Bitcoinnya hanya mewakili sebagian kecil nilainya, turun sedikit.
Harga Bitcoin
Harga Bitcoin, yang secara historis mudah berubah, naik sekitar 180% tahun ini karena pasar kripto tampaknya mulai pulih dari gelombang skandal dan pengawasan peraturan yang sedang berlangsung.
Bitcoin jatuh ke level terendah sekitar USD 16.000 atau setara Rp 245,6 juta pada Desember 2022 setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa sekitar USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar pada musim gugur 2021.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Investor Kripto Bakal Amati Suku Bunga AS dan ETF Bitcoin pada 2024
Sebelumnya diberitakan, pasar kripto mencatatkan kinerja baik menjelang akhir 2023. Saat ini investor kripto akan memperhatikan suku bunga The Fed dan keputusan peraturan AS mengenai produk bitcoin baru.
Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (12/12/2023), cryptocurrency mengalami pemulihan tahun ini setelah pada 2022 yang terik di mana krisis pasar dan serangkaian skandal, termasuk runtuhnya FTX dan tuduhan penipuan terhadap CEO-nya, Sam Bankman-Fried, merusak kredibilitas industri.
Harga bitcoin, mata uang kripto terbesar dan barometer utama pasar, telah meningkat lebih dari dua kali lipat tahun ini, mencapai level tertinggi dalam 20 bulan pada November sebesar USD 42.000 atau setara Rp 658,2 juta (asumsi kurs Rp 16.675 per dolar AS) per token.
Pasar telah didukung oleh ekspektasi menurunnya inflasi AS akan memungkinkan bank sentral secara global untuk tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut dan mulai melakukan pelonggaran pada tahun depan, sehingga membuat aset-aset berisiko menjadi lebih menarik.
Langkah yang telah lama dinantikan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) untuk menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin (ETF) juga menjadi pendorongnya.
Tema-tema tersebut, bersama dengan perkiraan halving bitcoin pada April 2024. Ini adalah sebuah proses yang mengurangi pasokan token dan akan terus berdampak positif bagi pasar tahun depan, meskipun beberapa orang memperingatkan pasar tidak mungkin untuk mengubah skala rekor tertingginya pada 2021.
Bank Sentral Inggris Usulkan Peraturan Lebih Ketat untuk Stablecoin
Sebelumnya diberitakan, stablecoin telah mendapatkan daya tarik yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena potensinya dalam mengurangi volatilitas yang sering dikaitkan dengan mata uang kripto seperti Bitcoin.
Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (7/12/2023), ada kekhawatiran mengenai stabilitas dan keamanan Stablecoin telah mendorong badan pengawas di seluruh dunia untuk mempertimbangkan kembali pendirian mereka mengenai penerbitan dan pengelolaannya.
Proposal baru Bank Sentral Inggris (BoE) mencerminkan sentimen hati-hati yang diungkapkan oleh Federal Reserve awal tahun ini ketika memperingatkan terhadap model bisnis stablecoin tertentu.
Model yang dimaksud melibatkan stablecoin yang didukung oleh sekumpulan aset, termasuk mata uang tradisional dan sekuritas. Sedangkan pendekatan ini bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai mata uang digital. Hal ini juga menimbulkan kompleksitas dan potensi risiko yang dianggap mengkhawatirkan oleh regulator.
Inti masalahnya terletak pada sifat stablecoin yang didukung aset ini, di mana penerbitnya memiliki cadangan aset untuk menjamin nilai stablecoin tersebut.
Proposal Bank Sentral Inggris berupaya untuk memperketat pengawasan peraturan terhadap penerbit stablecoin dengan mewajibkan persyaratan cadangan dan praktik manajemen risiko yang lebih ketat.
Peraturan yang diusulkan akan menuntut peningkatan transparansi dari penerbit stablecoin mengenai komposisi cadangan aset mereka. BoE berpatokan terhadap mata uang tradisional tetap aman.
Selain itu, BoE bertujuan untuk menerapkan stress test dan audit rutin untuk menilai ketahanan penerbit stablecoin terhadap fluktuasi pasar. Sementara beberapa pihak berpendapat peraturan yang diusulkan ini merupakan langkah penting untuk menjaga stabilitas keuangan.
Advertisement