Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Imbasnya ke Pasar Modal Indonesia?

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (the Fed) beri sinyal akan menurunkan suku bunga pada 2024. Bagaimana dampaknya ke pasar modal Indonesia?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Des 2023, 20:06 WIB
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan ketiga secara berturut-turut. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga pada pertemuan ketiga secara berturut-turut. The Fed memberikan sinyal paling jelas tren kenaikan suku bunga agresif mungkin telah selesai.

Kondisi tersebut meningkatkan spekulasi pasar mengenai serangkaian pemangkasan suku bunga pada tahun depan sebagai pelonggaran kebijakan di tengah ancaman merosotnya perekonomian AS.

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi mencermati sikap yang lebih dovish pada kebijakan moneter dalam konteks ini adalah suku bunga Amerika, menyebabkan penurunan minat akan USD secara global. Terlihat pada dolar indeks yang merosot dan menjadi sentimen positif dalam terapresiasinya secara signifikan nilai tukar rupiah terhadap USD.

"Tentu hal ini menjadi suatu hal yang positif untuk pasar modal. Selain itu Langkah the Fed juga akan membawa Langkah serupa untuk Bank Indonesia yakni memangkas suku bunga," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (14/12/2023).

Spekulasi arah suku bunga yang lebih rendah akan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi dan para pelaku bisnis. Lanjar mengatakan pelaku bisnis atau usaha dapat mengembangkan bisnis lebih agresif dengan biaya bunga yang relatif lebih rendah.

"Imbas untuk pasar obligasi pun positif. Pemotongan suku bunga cenderung membuat obligasi yang ada lebih menarik, karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di tengah suku bunga yang lebih rendah," imbuh dia.

Economist CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Wisnu Trihatmojo menilai suku bunga The Fed saat ini telah mencapai puncak dan akan mengalami tren turun pada paruh kedua 2024. Berangkat dari asumsi tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 diperkirakan sentuh level 7.960.

 

 


Tarik Investor

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Kalau kita asumsikan ekonomi Amerika Serikat tahun depan softlanding dan ada penurunan suku bunga, baseline IHSG untuk 2024 akan di kisaran 7.960 dibandingkan angka (IHSG) 2023 pada level 7.250. Jadi ada peningkatan sekitar 10 persen di IHSG," kata Wisnu.

Menurut Wisnu, Kondisi demikian akan menarik investor untuk masuk pasar Indonesia mulai sekarang. Meski begitu, Wisnu juga mewanti-wanti kemungkinan sebaliknya jika The Fed mempertahankan suku bunga atau bahkan kembali mengambil kebijakan untuk menaikan suku bunga acuan.

"Karena pendorongnya kalau The Fed turunkan suku bunga, maka risiko downside adalah kebalikannya. Yaitu kalau The Fed terus mempertahankan suku buka atau amit-amit masih naikin suku bunga tahun depan. Itu akan jadi downside risk yang efeknya besar untuk pasar Indonesia," tutur Wisnu.

Sentimen kedua yang patut dicermati adalah ekspektasi perbaikan pasar China. Sebab jika kondisi pasar negeri tirai bambu itu masih koyak, akan berdampak pada ekonomi global dan potensi resesi di Amerika Serikat semakin besar. Selanjutnya, inflasi akibat harga pangan global yang terus meningkat akan berimbas negatif untuk impor Indonesia dan berdampak pada Rupiah.


The Fed Beri Sinyal Bakal Pangkas Suku Bunga pada 2024

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam pertemuan yang berakhir pada Rabu, 13 Desember 2023.

Di sisi lain, the Fed bersiap memangkas suku bunga pada 2024 dan seterusnya. Dengan berkurangnya inflasi dan ekonomi yang bertahan, pengambil kebijakan di the Federal Open Market Committee (FOMC) dengan suara bulan memutuskan pertahankan bunga acuan 5,25 persen-5,5 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Kamis (14/12/2023).

Seiring keputusan tetap mempertahankan suku bunga, anggota komite prediksi setidaknya tiga kali penurunan suku bunga pada 2024, dengan asumsi kenaikan 25 basis poin. Jumlah itu kurang dari harga pasar, tetapi lebih agresif dari apa yang diindikasikan oleh pejabat sebelumnya.

Pasar telah antisipasi secara luas keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga itu yang dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga sebanyak 11 kali, mendorong suku bunga the Fed ke level tertinggi lebih dari 22 tahun.

Namun, terdapat ketidakpastian mengenai seberapa ambisius FOMC melonggarkan kebijakan moneter. Di sisi lain, seiring keputusan tersebut, indeks Dow Jones melonjak lebih dari 400 poin, melampaui 37.000 untuk pertama kalinya.

Dot plot komite mengenai ekspektasi masing-masing anggota menunjukkan empat kali pemangkasan suku bunga pada 2025. Kemudian tiga kali pengurangan suku bunga pada 2026 sehingga akan menurunkan suku bunga menjadi 2-2,25 persen, mendekati perkiraan jangka panjang.

Mengutip CNN, sejumlah ekonom menuturkan, tahap terakhir perjuangan atasi inflasi akan menjadi tahap tersulit the Fed. Dalam konferensi pers, ketua the Fed Jerome Powell kembali menegaskan, kenaikan suku bunga tambahan masih mungkin dilakukan.

 


The Fed Beri Hadiah ke Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Namun, wall street tidak percaya akan hal ini. Berdasarkan kontrak berjangka, penurunan suku bunga pertama dapat terjadi pada Maret 2024, meski kemungkinan penurunan suku bunga pada Mei 2024 sedikit lebih baik. Saham tetap menguat meski Powell menuturkan, kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Pernyataan bank sentral pasca-pertemuan mencatat “inflasi telah menurun selama setahun terakhir tetapi tetap tinggi,” yang merupakan perubahan dari kalimat biasa yang hanya menyatakan bahwa “inflasi tetap tinggi.”

"The Fed telah memberikan pasar hadiah liburan awal hari ini (Rabu waktu setempat-red), akhirnya untuk pertama kalinya, mereka berkomentar positif mengenai inflasi,” ujar Presiden of Bolvin Wealth Management Group Gina Bolvin.

Ia menuturkan, the Fed tampaknya bergerak ke ara pasar. Akan tetapi bukan pasar yang bergerak ke arah the Fed. “Reli sinterklas mungkin akan terus berlanjut,” ujar dia.

Ketua the Fed Jerome Powell dihujani pertanyaan dari wartawan mengenai pendekatan bank sentral terhadap penurunan suku bunga. Powell menuturkan, belum ada yang deklarasikan kemenangan. Hal itu merupakan hal yang terlalu dini. Namun, ia mengakui sudah ada diskusi penurunan suku bunga.

 


Kriteria Penurunan Suku Bunga

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

“Pertanyaan mengenai kapan waktu yang tepat untuk mulai menarik kembali kebijakan, hal itu mulai terlihat dan jelas menjadi topik diskusi di dunia saat ini dan juga menjadi diskusi kami pada pertemuan hari ini,” ujar dia.

Pertanyaan bagi the Fed, apa kriteria penurunan suku bunga?

“Anda ingin mengurangi pembatasan ekonomi jauh sebelum 2 persen. Menunggu untuk menurunkan suku bunga hingga inflasi mencapai 2 persen sudah terlambat,” ujar Powell.

Perkiraan terbaru the Fed juga menunjukkan kalau akan ada lebih banyak penurunan suku bunga pada 2024 dibandingkan perkiraan sebelumnya. Penurunan 75 basis poin pada 2024. Hal ini menjadi pertanda baik bagi perumahan Amerika Serikat yang dibekukan karena tingginya suku bunga hipotek dan lemahnya permintaan.

Mengutip CNN, secara umum ada berbagai alasan mengapa the Fed mulai turunkan suku bunga. Salah satu alasannya adalah karena kemerosotan ekonomi meningkatkan pengangguran dan alasannya adalah karena inflasi kembali ke target the Fed 2 persen atau sedang menuju target itu.

 


Berharap Soft Landing

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Tidak menurunkan suku bunga bunga dalam skenario ini berarti perekonomian akan terbebani suku bunga lebih tinggi dan inflasi rendah.

Powell menuturkan, pejabat “sangat sadar” akan kenaikan suku bunga yang disesuaikan dengan inflasi. Hal ini tampaknya menjadi salah satu hal yang akan dipertimbangkan oleh the Fed ketika menentukan penurunan suku bunga.

The Fed juga dapat menurunkan suku bunga jika inflasi turun di bawah 2%, serupa dengan tahun-tahun menjelang pandemi Covid-19.

Untuk saat ini, beberapa pihak berharap bank sentral sedang mencapai soft landing yang sulit dicapai – sebuah skenario di mana inflasi kembali ke target The Fed tanpa peningkatan tajam dalam pengangguran. Prestasi seperti ini sangat jarang terjadi, bahkan ada yang mengatakan hal ini hanya terjadi sekali pada tahun 1990an. Ada pula yang berpendapat bahwa pendaratan lunak (soft landing) lebih umum terjadi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya