Serangan Bom Israel Melanda Rafah: Tidak Ada Lagi Tempat Aman di Gaza

Rafah seharusnya jadi salah satu "zona aman" yang ditetapkan militer Israel bagi warga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang.

oleh Asnida Riani diperbarui 14 Des 2023, 21:00 WIB
Asap mengepul di Rafah setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023. (SAID KHATIB/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Militer Israel dilaporkan terus memperluas wilayah serangan, bahkan sampai di Rafah, yang semula dianggap "zona aman" di Gaza. Sumber-sumber di selatan wilayah kantong itu mengindikasikan bahwa serangan udara terpisah terhadap dua tempat tinggal di Rafah telah menewaskan sejumlah besar warga sipil.

"Pekerja pertahanan sipil bersama warga sipil lain bergegas mencoba menyelamatkan orang-orang dari bawah reruntuhan. Selain itu, dilaporkan juga puluhan korban luka lainnya," kata reporter Al Jazeera, Hamdah Salhut, dikutip Kamis (14/12/2023).

"Ingatlah bahwa Rafah seharusnya jadi salah satu 'zona aman' yang ditetapkan militer Israel bagi warga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, beberapa di antaranya berkali-kali (pindah mengungsi)," katanya. "Tapi, pemboman Israel tiada henti terjadi di mana-mana."

Salhut mengatakan bahwa ada juga laporan serangan udara yang menewaskan sejumlah besar warga Palestina di Gaza utara Rabu malam, 13 Desember 2023. Khusus di Rafah, tentara Israel mengatakan mereka akan "beroperasi di mana pun mereka merasa perlu," tambah Salhut.

"Ingat, ada ratusan ribu warga sipil Palestina yang mencari perlindungan di Rafah dan di beberapa wilayah Khan Younis. Namun, seperti yang terus-menerus dikatakan para penduduk tersebut, tidak ada tempat yang aman bagi mereka di Gaza karena pemboman dan serangan udara Israel tiada henti."

Sebuah video yang dibagikan di Instagram menunjukkan sejauh mana kehancuran akibat serangan tentara Israel di daerah pemukiman di kota Rafah di Gaza selatan. Sedikitnya 20 orang tewas dalam serangan tersebut, menambah nelangsa perang Israel-Hamas..

 


Pengakuan Saksi Mata

Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

Rekaman yang diverifikasi Al Jazeera menunjukkan para kerabat berduka atas tewasnya para korban serangan pengeboman Israel. Seorang anggota keluarga Ashour mengatakan, ia kehilangan ibu, dua saudara laki-lakinya, istri, dan anak-anaknya.

"Keponakan saya masih tertimbun reruntuhan," katanya. "Kami telah meminta orang-orang mengungsi, salah satunya adalah sepupu kami di utara. Tetangga kami dan neneknya yang mengungsi dari Beit Lahiya juga terbunuh."

Anggota keluarga Ashour lain mengatakan ada lebih dari 50 orang di dalam gedung berlantai empat itu. "Mereka adalah orang-orang dari Beit Lahiya, Jabalia, al-Saftawi dan Nuseirat," katanya.

Ia menyambung, "Kami kehilangan (seorang) wanita tua, wanita hamil lima bulan, anak laki-lakinya, suaminya, saudara laki-laki saya, dan anak laki-lakinya. Dua pengungsi juga terbunuh."

Jumlah perempuan dan anak-anak yang terbunuh di Gaza akibat pemboman dan serangan udara militer Israel selama berbulan-bulan "telah melampaui jumlah yang pernah kita lihat dalam sederet konflik, baru-baru ini," kata Reem Alsalem, pelapor khusus PBB untuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

 


Hampir Setengah Populasi Gaza Berada di Rafah

Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

Orang-orang yang bekerja di Gaza "kehabisan kata-kata untuk menggambarkan tingkat penderitaan dan kengerian yang tidak dapat dideskripsikan," kata Alsalem pada Al Jazeera.

"Di 'neraka' ini, menjadi perempuan atau anak-anak Palestina berarti dilucuti dari segala kemanusiaan, martabat, keselamatan atau pertimbangan khusus apapun yang biasanya diberikan pada perempuan atau anak-anak di masa damai atau konflik," sebut dia.

Hampir setengah dari populasi Gaza yang berjumlah hampir 1,9 juta orang kini diperkirakan tinggal di wilayah Kegubernuran Rafah di Gaza selatan, kata badan bantuan PBB di wilayah Palestina yang diduduki.

"Masyarakat dalam jumlah besar menunggu berjam-jam di sekitar pusat distribusi bantuan, sangat membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, kesehatan, dan perlindungan," kata PBB. Meski bantuan terbatas masih didistribusikan di Rafah, distribusi bantuan sebagian besar terhenti di seluruh Gaza, pihaknya menambahkan.

Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan sedikitnya 179 orang tewas dan 303 luka-luka dalam serangan Israel selama sehari terakhir.

 


Jumlah Korban Terus Bertambah

Menurut petugas medis dan saksi mata, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (2/12), pengeboman Israel pada Jumat paling intens terjadi di wilayah Khan Younis dan Rafah yang terletak di selatan Gaza. Sejumlah titik di Gaza tengah dan utara dilaporkan juga menjadi sasaran. (AP Photo/Ariel Schalit)

Dalam informasi terbaru, al-Qudra mengatakan, jumlah korban tewas sejak 7 Oktober 2023 meningkat jadi 18.787 orang dan 50.897 orang luka-luka. Sejumlah besar korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalanan, tambahnya.

Sementara itu, menurut Kementerian Pendidikan Palestina, 3.714 siswa telah tewas dan 5.700 lainnya terluka di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober 2023. Pernyataan kementerian, yang dikutip kantor berita Wafa, menyebutkan jumlah pelajar yang tewas di Gaza sebanyak 3.679 orang dan 5.429 orang luka-luka.

Di Tepi Barat, 35 mahasiswa tewas, 271 lainnya terluka dan 82 ditangkap, menurut pernyataan itu. Kementerian menambahkan bahwa 209 guru dan administrator sekolah juga tewas dan 619 luka-luka di Gaza, sementara dua guru terluka dan 65 orang ditangkap di Tepi Barat yang diduduki sejak awal Oktober 2023.

Samir Zaqout, wakil direktur Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan, mengatakan bahwa komunitas internasional telah mengecewakan Gaza dan menutup mata terhadap apa yang disebutnya sebagai "kejahatan perang Israel."

"Saya percaya pasukan pendudukan Israel telah melanggar semua hukum internasional, bahkan Konvensi Jenewa. Apa yang dilakukan tidak lain adalah kejahatan perang dan ketika semuanya sudah tenang, kita akan mengetahui beratnya kejahatan yang dilakukan. Semua yang tewas adalah warga sipil," katanya pada Al Jazeera di Rafah.

 

Infografis Ragam Tanggapan PBB Serukan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya