Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS naik 3% pada hari Kamis, melanjutkan kenaikan sesi sebelumnya karena prospek permintaan minyak global yang sedikit membaik untuk tahun 2024 dan melemahnya dolar AS.
Dikutip dari CNBC, Jumat (15/12/2023), kontrak harga minyak mentah untuk bulan Januari naik USD 2,11, atau 3,04%, menjadi USD 71,58 per barel. Sedangkan Brent kontrak untuk bulan Februari naik USD 2,35, atau 3,16%, menjadi USD 76,61 per barel.
Harga minyak naik lebih dari 1% pada hari Rabu karena penarikan 4,3 juta barel dari persediaan minyak mentah AS, yang lebih besar dari perkiraan.
Advertisement
Badan Energi Internasional pada hari Kamis mengatakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 1,1 juta barel per hari pada tahun 2024, naik sedikit dari perkiraan sebelumnya sebesar 930,000 barel per hari.
Sentimen Suku Bunga
Selain itu, Federal Reserve pada hari Rabu meredakan kekhawatiran para pedagang dengan mengakui bahwa kemajuan telah dicapai dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral mengisyaratkan tiga kali penurunan suku bunga pada tahun 2024, yang dapat berdampak positif pada permintaan minyak tahun depan. Suku bunga yang lebih tinggi memperlambat pertumbuhan ekonomi, sehingga membebani harga minyak mentah.
Dolar AS juga turun ke level terendah empat bulan pada hari Kamis setelah The Fed mengindikasikan kenaikan suku bunga telah berakhir. Melemahnya dolar membuat minyak lebih murah, sehingga dapat meningkatkan permintaan.
Harga Minyak September
Harga minyak telah anjlok lebih dari USD 20 dari harga tertinggi bulan September hingga penutupan hari Rabu karena rekor produksi AS bertabrakan dengan melemahnya perekonomian di Tiongkok, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa pasar mengalami kelebihan pasokan.
Beberapa anggota OPEC dan sekutu utama mereka seperti Rusia telah berjanji untuk mengurangi pasokan sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama tahun 2024, namun pengurangan yang dijanjikan tidak banyak membantu meredakan sentimen bearish. Para pedagang skeptis bahwa OPEC dan sekutunya akan melakukan pemotongan, yang bersifat sukarela.
OPEC menyalahkan “kekhawatiran yang berlebihan mengenai pertumbuhan permintaan minyak” atas penurunan dramatis harga minyak mentah dalam laporan pasar kelompok tersebut pada bulan Desember.
Advertisement
Prediksi Permintaan Minyak
Namun IEA, pengawas energi negara-negara Barat, memperkirakan pertumbuhan permintaan akan melambat hingga setengahnya pada tahun 2024.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat, Brasil, dan Guyana menghasilkan “pasokan yang memecahkan rekor.” Pertumbuhan produksi di luar OPEC akan melambat tahun depan, namun diperkirakan masih melebihi permintaan sebesar 1,2 juta barel per hari.
“Peningkatan produksi yang berkelanjutan dan melambatnya pertumbuhan permintaan akan mempersulit upaya produsen utama untuk mempertahankan pangsa pasar mereka dan mempertahankan harga minyak yang tinggi,” kata IEA, merujuk pada OPEC.