Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada November 2023 nilai impor barang konsumsi mengalami kenaikan sebesar 10,53 persen secara bulanan, dan secara tahunan juga naik sebesar 19,82 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan bahwa adanya peningkatan impor barang konsumsi tersebut utamanya didorong oleh komoditas pangan.
Advertisement
Terdapat empat komoditas pangan yang paling banyak dilakukan impor oleh Indonesia, diantaranya beras, gula, daging jenis lembu, dan jagung.
"Menurut penggunaan, (impor) barang konsumsi meningkat USD 191,6 juta atau 10,53 persen. Peningkatan nilai impor barang konsumsi ini antara lain didorong oleh impor komoditas pangan," kata Pudji dalam konferensi pers BPS, Jumat (15/12/2023).
Untuk rinciannya, total impor komoditas beras sepanjang Januari-November 2023 mencapai 2,53 juta ton dengan nilai USD 1,45 miliar. Penyumbang terbesarnya adalah Thailand 45,27 persen Vietnam 41,49 persen, dan Pakistan 7,17 persen.
Selanjutnya, untuk gula telah diimpor sebanyak 4,55 juta ton dengan nilai USD 2,54 miliar. Penyumbang impor gula terbesar berasal dari Thailand 48,82 persen, Brazil 24,85 persen dan Australia 18,94 persen.
"Khusus November 2023 impor gula mencapai USD 288,1 juta. Negara asalnya itu Brazil, Australia dan Thailand," ujar Pudji.
Kemudian, untuk komoditas daging jenis lembu impor yang dilakukan telah mencapai 214,27 juta ton selama periode Januari-November 2023.
Negara penyumbang utama impor daging jenis lembu adalah India 42,57 persen, Australia 44,22 persen, dan Amerika Serikat 8,33 persen.
Lalu, untuk impor Jagung juga besar yakni 892,08 ribu ton selama periode Januari-November 2023 dengan nilai USD 276,07 juta. Adapun negara penyumbang utamanya adalah Argentina 53,88 persen, Brazil 43,49 persen dan Amerika Serikat 1,14 persen.
Di sisi lain, peningkatan impor barang konsumsi pada November 2023 tidak hanya terjadi pada komoditas pangan saja, melainkan juga didorong oleh kenaikan impor serealia, sayuran, instrumen optik, fotografi, hinfga sinematografi dan medis.
Neraca Perdagangan RI Surplus 43 Bulan Berturut-turut, November Capai USD 2,41 Miliar
Neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 2,41 miliar. Artinya, neraca perdagangan Indonesia kembali surpus selama 43 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 43 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismatini dalam konferensi pers, Rabu (15/12/2023).
Pudji mengatakan, surplus bulan November 2023 menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya, dan lebih rendah dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu.
BPS mencatat, surplus neraca perdagangan pada November 2023 ini lebih ditopang pada surplus komoditas non migas yaitu sebesar USD 4,62 miliar dengan komoditas penyimbang surplus adalah bahan bakr mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, kemudian besi dan baja.
Advertisement
Komoditas Migas
Sementara itu, pada saat yabg sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD 2,21 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.
"Defisit neraca perdagangan migas November 2023 ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya, dan buln yang sama pada tahun lalu," ujarnya.
Secara kumulatif hingga November 2023, total surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD 33,63 miliar atau lebih rendah sekitar USD 16,91 miliar atau 33,46 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.