Menengok Perkembangan Proyek Biometana Bisnis Green Energy di Pertamina, Sejauh Mana?

Pertamina berkomitmen dalam mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission 2060, atau lebih cepat dengan mengembangkan roadmap dekarbonisasi aset dan green business.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Des 2023, 15:20 WIB
Setelah sukses memproduksi Green Diesel (D-100) melalui pengolahan minyak sawit 100%, PT Pertamina (Persero) terus melangkah maju dan siap memproduksi green energy

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia melalui PT Pertamina (Persero) saat ini tengah menggarap proyek biometana dari limbah pabrik kelapa sawit guna menghasilkan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) sebagai produk energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dan rendah emisi.

Berdasarkan data PT Pertamina Gas Negara (PGN) Tbk, dikutip Jumat (15/12/2023), biometana adalah bisnis green energy di Pertamina dalam rangka mendukung target Net Zero Emission 2060

Pertamina berkomitmen dalam mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission 2060, atau lebih cepat dengan mengembangkan roadmap dekarbonisasi aset dan green business.

Diketahui, pengembangan proyek biometana merupakan kerja sama lintas negara antara PT Pertamina (Persero) dan tiga perusahaan gas asal Jepang yakni Osaka Gas, JGC Holdings, dan Inpex Coorporation.

Untuk desain pengembangan biometana, diantaranya telah dilakuka joint Study antara PGN bersama dengan Konsorsium Jepang terkait pengembangan biomethane.

Kemudian, model Bisnis yang digunakan yakni PGN dan Konsorsium membentuk Joint Venture Company untuk pendirian Biomethane Plant (JV).

JV kemudian membawa Biomethane ke injection point di Stasiun Gas Pagardewa. Selanjutnya PGN membawa biomethane tersebut melalui pipa SSWJ dan pipa distribusi ke pelanggan yang ingin menggunakan Biomethane.

Estimasi Permintaannya sebanyak 1,2 – 5,2 Million Standard Cubic Feet per Day atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari.

Saat ini status pengembangan biometana, telah dilakukan studi Kelayakan Pemanfaatan Biomethane dari Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai Upaya Dalam Reduksi Emisi Karbon di Indonesia dan Studi Kelayakan Pembangunan Fasilitas Injection Point di Area Stasiun Gas Pagardewa pada 15 Februari 2023.

Selain itu, Head of Agreement (HoA) dengan Konsorsium telah ditandatangani pada 11 Agustus 2023.


PGN Cari Mitra Garap Proyek Biometana di Sumatera

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) rilis laporan keuangan semester I 2022 pada Kamis, 22 September 2022 (Foto: PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS)

Sebelumnya, Subholding Gas Pertamina membuka peluang kerja sama untuk proyek Biomethane Plant Development di Sumatera. Hal ini merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi mendukung komitmen pemerintah untuk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) 2060.

Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, Atep Salyadi Dariah Saputra mengatakan, Pertamina Group mendukung penuh upaya pemerintah dalam mencapai NZE 2060, melalui sejumlah kegiatan Bisnis yang dilaksanakan oleh Subholding-Subholding Pertamina dan anak usahanya.

"Pertamina juga mengupayakan agar kinerja perusahaan dapat membantu terwujudnya NZE 2060," kata Atep, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (4/7/2023).

Para Subholding Pertamina pun menyampaikan peluang kerjasama dan gagasan proyek strategis yang ramah lingkungan, pada Pertamina Investor Day 2023 yang diselenggarakan tanggal 3-4 Juli 2023. Salah satu proyek strategis yang disampaikan adalah Biomethane Plant Development yang digarap PGN sebagai Subholding Gas Pertamina.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Harry Budi Sidharta PGN yang mengelola gas bumi terintegrasi bersama Holding Migas Pertamina terus melanjutkan kesiapan agar proyek biometana dapat terealisasi di Indonesia.

Rencananya Subholding Gas Pertmina akan membangun 3 sampai 4 proyek Biomethane Plant Development di Sumatera dengan nilai investasi total biaya proyek ini mencapai USD 20 juta, dengan biaya sekitar USD 4 – 5 juta untuk masing-masing proyeknya.

“Proyek ini akan berlokasi di Sumatera, daerah sebagian besar perkebunan kelapa sawit berada. PGN memiliki pipa gas transmisi di Sumatera, maka kami akan mengupayakan pengangkutan biometana ini menggunakan jaringan pipa gas dari Sumatera ke area Jawa dan Sumatera,” ujar Harry.

Proses ekstraksi minyak sawit mentah menghasilkan Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan jumlah 0,5 – 0,75 m3/ton buah. Dalam proyek biometana PGN akan memanfaatkan POME untuk menghasilkan biogas. Melalui pengolahan lebih lanjut dari biogas, biometana kemudian dikompresi menjadi Compressed Natural Gas (CNG) untuk didistribusikan ke pelanggan industri, rumah sakit, hotel, dan pusat perbelanjaan.

Pemanfaatan biometana berpotensi untuk menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil, sekaligus mengatasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair tersebut. Selain itu, proyek ini juga merupakan diversifikasi bisnis PGN dengan menghasilkan biometana sebagai energi bersih.


Biometana

Memiliki karakteristik yang mirip dengan gas bumi, biometana juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan, generator listrik dan pemanas. Biometana juga lebih baik dalam hal jejak karbon.

"PGN pun akan memungkinkan pengangkutan biometana dari Sumatera ke offtaker potensial di area Jawa dan Sumatera dengan menggunakan jaringan pipa gas," tuturnya.

Proyek Biomethane Plant Development ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2023. Dengan melakukan kerjasama untuk proyek ini, partner eksternal dapat memperoleh keuntungan dari Internal Rate of Return (IRR) dan juga jaminan permintaan oleh pelanggan.

“Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan biometana sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia,” ujar Harry.

Infografis Optimisme KTT G20 di Tengah Krisis Pangan, Energi, Keuangan (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya