Liputan6.com, Batam - Dinamika politik di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjelang pemilu 2024 banyak membawa kejutan. Koalisi pengusung para Capres-Cawapres sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik di Kepulauan Riau.
Para akademisi menilai bahwa elite politik daerah inkonsisten dengan hubungan vertikal. Ini mempengaruhi kader partai dan masyarakat umum.
Advertisement
Rahmayandi Mulda, engajar Ilmu sosial dan Ilmu politik Universitas Riau Kepulauan (Unrika) mencontohkan bahwa wakil gubernur Kepri, Marlina Agustina yang merupakan kader Nasdem memilih lompat pagar dan mendukung Prabowo-Gibran.
Apakah ada campur tangan kekuasaan pusat?
"Yang pasti ini indikator bahwa politik di Kepri cukup dinamis. Ada kemungkinan wagub akan pindah partai dalam pemilihan wali kota batam 2024," kata Rahmayandi.
Hal yang sama kemungkinan terjadi pada wali kota Batam. Wali Kota sekaligus Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam saat ini Muhamad Rudi, dipastikan pindah partai. Terakhir bahkan Rudi tak mengurus tim pemenangan Anies Baswedan-Muhamin.
Penyebabnya menurut Rahmayandi, karena tak ada dukungan DPP Nasdem terhadap Marlina Agustina untuk maju sebagai wali kota Batam. Marlina Agustina adalah isteri dari Muhammad Rudi.
"Saat ini Nasdem masih menjagokan Amsakar untuk dicalonkan wali kota Batam. Sementara belum ada calon-calon yang muncul selain Marlina dan Amsakar," katanya.
Pada bagian lain Rahmayandi mengkhawatirkan adanya politik dinasti yang main potong kompas. Menurutnya itu sangat merusak kelangsungan demokrasi.
"Kelas tidak sehat karena kompetensi seorang pemimpin baik di daerah maupun di pusat harus jelas. Tak hanya diukur dari keluarganya saja. Ini pasti akan melahirkan oligarki kekuasaan, demokrasi dan kekuasaan hanya dikendalikan oleh sekelompok orang saja yang punya duit dan punya kekuasaan," katanya.