Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur mengimbau Warga Negara Indonesia (WNI) kembali mengenakan masker lantaran meningkatnya kasus COVID-19 di Malaysia belakangan ini.
"Sifatnya sebatas imbauan dan kewajiban pakai masker bagi warga yang memerlukan pelayanan karena setiap hari jumlah yang datang ramai, sampai 1.800 orang," kata Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono kepada Liputan6.com, Jumat (15/12/2023).
Advertisement
KBRI Kuala Lumpur setiap harinya melayani kebutuhan kelengkapan dokumen bagi WNI setempat, seperti pelayanan kontrak kerja, pelayanan khusus paspor hingga pelayanan bagi pekerja migran.
Sementara itu, Hermono menyebut bahwa pemerintah setempat saat ini telah meminta masyarakat untuk waspada terhadap kenaikan jumlah kasus COVID-19 di Negeri Jiran, namun tetap tenang dan tidak panik.
"Sifatnya masih umum dan belum ada pembatasan-pembatasan," tutur Hermono.
Kemenkes Malaysia Imbau Pemakaian Masker
Pada 13 Desember, Kementerian Kesehatan Malaysia seperti dilansir Malay Mail, mengimbau seluruh masyarakat untuk melanjutkan tindakan pencegahan COVID-19 setelah jumlah kasus dilaporkan meningkat hampir dua kali lipat, hanya beberapa pekan sebelum musim libur dan perayaan akhir tahun.
Direktur Jenderal Kesehatan Datuk Dr Muhammad Radzi Abu Hassan menyarankan masyarakat memakai masker saat berkumpul dengan teman dan keluarga karena pada 3-9 Desember menunjukkan lonjakan yang mengkhawatirkan, dengan 12.757 kasus yang dilaporkan dibandingkan dengan 6.796 pada periode yang sama tahun lalu.
Dr Radzi menyerukan adanya urgensi dan kehati-hatian yang lebih besar dalam mengambil tindakan pencegahan, terutama mengingat perayaan akan menyebabkan peningkatan jumlah perjalanan dan pertemuan.
"Kemenkes mengantisipasi peningkatan kasus COVID-19 ketika masyarakat melakukan perjalanan untuk merayakan Natal dan Tahun Baru, ditambah dengan potensi penyebaran virus selama liburan sekolah mendatang mulai 16 Desember," tutur Dr Radzi.
"Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat mengutamakan keselamatan dengan memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan. Tindakan pencegahan ini ditekankan untuk melindungi tidak hanya diri sendiri tetapi juga keluarga, tetangga, dan teman dekat dari risiko infeksi COVID-19."
Kekhawatiran juga muncul mengenai beban yang dihadapi fasilitas kesehatan, dengan adanya peningkatan sebesar 1,4 persen dalam jumlah pasien yang masuk ke layanan kritis dan tempat tidur non-kritis selama periode 3-9 Desember dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penggunaan tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) meningkat sebesar 1,4 persen dan terdapat peningkatan sebesar 0,5 persen pada pasien COVID-19 yang membutuhkan ventilator.
Dr Radzi mengonfirmasi bahwa hingga hari ini belum ada varian baru yang teridentifikasi.
"Subvarian Omicron yang dominan di Malaysia adalah XBB.1.16, XBB.1.5, dan EG.5.5. Meskipun varian ini diketahui sangat menular, umumnya tidak menimbulkan kasus yang parah," jelas Dr Radzi.
Untuk meningkatkan perlindungan bagi individu berisiko tinggi, terutama mereka yang berusia 60 tahun ke atas dengan penyakit penyerta, obesitas, sistem kekebalan tubuh lemah, atau sedang dalam pengobatan penyakit kronis, Dr Radzi merekomendasikan konsultasi dengan dokter mengenai penggunaan Paxlovid.
Obat antivirus ini telah menunjukkan efektivitas bila diminum dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala, sehingga memberikan lapisan pertahanan tambahan bagi populasi yang rentan.
Advertisement
Singapura Juga Alami Peningkatan Kasus Infeksi COVID-19
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Singapura pada Sabtu 2 Desember mengonfirmasi bahwa jumlah infeksi COVID-19 meningkat secara signifikan di negara itu. Masyarakat didorong untuk melakukan vaksinasi.
Melansir CNA, pada 19-25 November, perkiraan infeksi COVID-19 meningkat dua kali lipat menjadi 22.094 dibandingkan dengan 10.726 pada pekan sebelumnya.
"Rata-rata kasus rawat inap dan ICU harian akibat COVID-19 tetap stabil," sebut Kementerian Kesehatan Singapura.
Kementerian Kesehatan Singapura menilai peningkatan infeksi mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti musim perjalanan di akhir tahun dan berkurangnya kekebalan penduduk.
Varian baru COVID-19 EG.5 atau Eris dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi sub-varian utama di Singapura, mencakup lebih dari 70 persen kasus yang diurutkan.
"Saat ini, tidak ada indikasi bahwa sub-varian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," ungkap Kementerian Kesehatan Singapura.
Bagaimana dengan Indonesia?
Kenaikan kasus infeksi COVID-19 dilaporkan juga terjadi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh beberapa pakar kesehatan, salah satunya Zubairi Djoerban.
Menurut Zubairi, kasus COVID-19 di Tanah Air naik 80 persen per 28 November hingga 2 Desember.
"Berita naiknya kasus COVID-19 di Indonesia akhirnya kejadian juga. Ada kenaikan 80 persen, tepatnya 267 kasus untuk periode 28 November – 2 Desember 2023," tulis Zubairi di platform X alias Twitter.
Dia menambahkan, masyarakat yang melakukan tes mandiri banyak yang positif, namun datanya tidak masuk ke database Kemenkes. Hal tersebut mengakibatkan data menjadi cenderung under reporting atau tidak dilaporkan seluruhnya.
Advertisement