Inggris Larang Pemukim Ekstremis Israel Masuk Negaranya

Kecaman terhadap agresi Israel di Gaza, Palestina terus berdengung di seluruh dunia. Terkini, Inggris melarang pemukim Israel di Tepi Barat memasuki Inggris

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Des 2023, 22:37 WIB
Terlihat Mantan Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Theresa May di acara proklamasi Raja Charles III. Dok: YouTube/The Royal House

Liputan6.com, Jakarta - Kecaman terhadap agresi Israel di Palestina terus berdengung di seluruh dunia. Terkini, Inggris melarang pemukim Israel di Tepi Barat memasuki Inggris.

Mengutip Anadolu, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, Kamis, mengumumkan bahwa pemukim ekstremis Israel yang bertanggung jawab atas kekerasan dan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat akan dilarang memasuki Inggris.

"Pemukim ekstremis, dengan menargetkan dan membunuh warga sipil Palestina, merusak keamanan dan stabilitas bagi warga Israel dan Palestina," tulis David Cameron di platform X, melansir Antara, Jumat (15/12/2023).

Dia mendesak Israel untuk mengambil tindakan yang lebih tegas untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan pemukim dan menekankan bahwa Tel Aviv harus meminta pertanggungjawaban para pelakunya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ribuan Warga Palestina Ditahan

Tentara Israel terlihat di Balata, sebuah kamp pengungsi Palestina di Nablus, Tepi Barat, Kamis (23/11/2023). Penyerbuan tentara Israel ke wilayah permukiman warga ini menewaskan seorang warga Palestina dan melukai tiga lainnya. (AP Photo/Majdi Mohammed)

"Kami melarang mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan pemukim memasuki Inggris untuk memastikan negara kami tidak menjadi rumah bagi orang-orang yang melakukan tindakan intimidasi ini," tambahnya.

Ketegangan meningkat tinggi di Tepi Barat di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.

Setidaknya 283 warga Palestina tewas di Tepi Barat akibat penembakan oleh Israel dan lebih dari empat ribu lainnya ditahan sejak saat itu, menurut data Palestina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya