Wall Street Bervariasi, Indeks Dow Jones hingga Nasdaq Sentuh Level Tertinggi

Wall street beragam pada perdagangan Jumat, 15 Desember 2023. Indeks S&P 500 melemah tipis 0,01 persen ke posisi 4.719,19. Sedangkan indeks Dow Jones dan Nasdaq menguat.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Des 2023, 06:53 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada penutupan perdagangan saham Jumat, 15 Desember 2023. (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada penutupan perdagangan saham Jumat, 15 Desember 2023. Indeks Dow Jones menguat yang menandai rekor intraday baru, sedangkan indeks Nasdaq catat rekor.

Mengutip laman CNBC, Sabtu (16/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 56 poin atau 0,2 persen ke posisi 37.305,16. Indeks S&P 500 susut 36 poin atau 0,01 persen ke posisi 4.719,19. Indeks Nasdaq bertambah 52 poin atau 0,4 persen ke posisi 14.813,92.

Pergerakan harga mungkin telah dilebih-lebihkan oleh berakhirnya kontrak berjangka dan opsi indeks saham secara bersamaan, serta opsi pada masing-masing saham dalam peristiwa triwulanan yang dikenal sebagai “triple witching”.

Saham Costco naik 4,5 persen setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa selama sesi tersebut. Kinerja ritel tersebut melampaui perkiraan wall street untuk hasil kuartalan dan mengeluarkan dividen USD 15 per saham.

Pada Jumat, indeks Dow Jones menguat 3,8 persen. Indeks S&P 500 bertambah 3,3 persen. Sedangkan indeks Nasdaq naik 4,1 persen pada Desember 2023.

Indeks S&P 500 menandai kenaikan mingguan terpanjang sejak 2017, dan masih bisa segera bergabung dengan indeks Dow Jones yang cetak rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks S&P 500 kurang dari 2 persen dari angka yang ditetapkan pada Januari 2022.

Wall  street melesat pekan ini setelah the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu, 13 Desember 2023 mengakui upayanya untuk tekan inflasi mulai berhasil dan mengindikasikan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024. Hal itu meningkatkan sentimen terhadap investor.


Salah Satu Pejabat The Fed Tolak Penurunan Suku Bunga

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Data penjualan ritel pada November 2023 yang lebih kuat dari perkiraan pada perdagangan Kamis pekan ini, menyusul pembacaan inflasi yang lebih rendah pekan ini menambah harapan the Federal Reserve dapat melakukan soft landing.

Meski begitu, Presiden The Fed New York, John Williams menolak euforia seputar pelonggaran suku bunga bank sentral tahun depan.

“Kami tidak benar-benar berbicara tentang penurunan suku bunga saat ini,” ujar Williams kepada CNBC.

Sementara itu, Direktur Pelaksana E-Trade, Chris Larkin menuturkan, saham mendapatkan dorongan sentimen besar dari pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu pekan ini. “Namun, dampak langsungnya pasti akan hilang,” tutur dia.

Ia menambahkan, pasar tidak naik setiap hari, tidak peduli seberapa kuat trennya. “Kemunduran dan jeda tidak dapat dihindari, terlepas dari seberapa besar atau berapa lama hal tersebut berlangsung,” kata dia.

Di sisi lain, Citigroup mengumumkan kepada sebagian besar karyawannya kalau dapat bekerja dari jarak jauh selama dua minggu terakhir pada Desember 2023. Kebijakan ini berlaku untuk pekerja yang melakukan hybrid yang merupakan mayoritas dari 240.000 karyawan bank itu.

Saat ini, karyawan semakin khawatir dengan reorganisasi perusahaan yang dilakukan CEO Citi Jane Fraser. Beberapa orang khawatir mengenai apakah pekerjaannya akan tetap ada pada 2024. Review yang akan dilakukan Fraser selesai pada akhir Maret 2024.

Saham Citigroup tergelincir 1,8 persen pada Jumat pekan ini. Adapun Citigroup merupakan bank AS terbesar ketiga berdasarkan aset.


Penutupan Wall Street pada 14 Desember 2023

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 14 Desember 2023. Indeks Dow Jones melonjak seiring imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun anjlok di bawah 4 persen.

Selain itu, kenaikan mengejutkan dalam penjualan ritel memberikan keyakinan lebih lanjut kepada investor pada 2024 akan membawa ekonomi yang lemah.

Dikutip dari CNBC, Jumat (15/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menyentuh rekor tertinggi dengan kenaikan 158 poin atau 0,43 persen ke posisi 37.248,35.

Pada perdagangan Rabu kemarin, indeks Dow Jones sentuh level di atas 37.000 untuk pertama kali. Indeks S&P 500 menguat 0,26 persen ke posisi 4.719,55. Indeks Nasdaq menanjak 0,19 persen ke posisi 14.761,56.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun di bawah 4 persen untuk pertama kalinya sejak Agustus seiring pelaku pasar memasang taruhan pada penurunan suku bunga pada 2034.

Potensi penurunan suku bunga ini direspons positif seiring indeks Dow Jones melonjak lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu pekan ini yang mencapai rekor tertinggi di atas 37.000. Hal ini setelah the Federal Open Market Committee (FOMC) mengindikasikan akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024.

“The Fed menyampaikan poros dovish yang kami perkirakan menjelang pertemuan pada Desember. Meskipun kami tidak memperkirakan the Fed akan langsung menerapkan bias pelonggaran, kami memperkirakan the Fed akan beralih ke fungsi reaksi lebih seimbang, dan jika terjadi kami pikir the Fed akan melakukan hal itu,” ujar Ekonom Bank of America, Michael Gapen.

 


Saham Teknologi Lesu

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Saham Solar menguat seiring imbal hasil turun. The Invesco Solar ETF (TAN) naik lebih dari 8,1 persen seiring SunRun dan Enfase masing-masing naik 20 persen dan 12 persen.

Saham Moderna bertambah 9,3 persen setelah data uji coba menunjukkan eksperimen vaksin kanker eksperimennya mengurangi risiko kematian dan kambuh saat digunakan bersama Keytruda dari Merck.

S&P akan segera bergabung dengan indeks Dow Jones dalam rekor tertingginya karena indeks ini berjarak kurang dari 1,6 persen dari rekor penutupan sepanjang masa pada Januari 2022.

Indeks Nasdaq berjarak sekitar 8 persen dari rekor penutupannya dan sekitar 9 persen dari rekor penutupannya.

Sementara itu, nama-nama perusahaan yang mencatat kapitalisasi pasar terbesar memasuki wilayah negatif di tengah penguatan pasar yang lebih luas. Saham Microsoft dan Netflix merosot 2,3 persen. Saham Amazon dan Alphabet masing-masing turun 1,1 persen dan 0,9 persen.

Saham Apple dan Meta Platforms merosot masing-masing 0,2 persen dan 0,5 persen. Indeks S&P 500 naik 0,2 persen, sedangkan indeks Nasdaq bertambah 0,1 persen.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya