Pertamina: Cilacap Jadi Contoh Kilang Terintegrasi dengan Transisi Energi

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyebut kilang Cilacap merupakan contoh kilang terintegrasi yang sejalan dengan transisi energi.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Des 2023, 20:20 WIB
Hal ini dibuktikan melalui pengembangan produk-produk hasil olahan kilang yang lebih ramah lingkungan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyebut kilang Cilacap merupakan contoh kilang terintegrasi yang sejalan dengan transisi energi.

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menjelaskan, lingkup kilang Cilacap terdiri atas, yang pertama existing, diantaranya Kilang RU IV Cilacap terdiri atas 2 Kilang FOC I & IIkapasitas Total 348 KBPD,Kilang Petrokimia terdiri atas Paraxylene, Benzene, dan Propylene (dari RFCC), Lube Base Oil Group I untuk supply feedstock PTPl, dan Green Refinery Phase 1 Kap. 3 KBPD HVO / 9 KBPD SAF 2,4 persen.

Kedua, pengembangan, terdiri atas Diesel Hydro Treating (DHT)Untuk compliance Diesel min 50 ppm, Green Refinery Phase 2Kap. 6 KBPD HVO dan SAF 100 persen, Lube Base Oil Group III/III+ World Class dan High End Lube Base

Lingkup ketiga yakni, eksternal terdiri dari listrik Grid (21 MW), PLTS Solar Cell (2,6 MWp), Suplai Air PDAM (650 m3/hr), dan pelestarian Mangrove.

Selain itu, Green Refinery Cilacap juga disebut sebagai inisiatif Bisnis Ramah Lingkungan KPI.

"Pertamina saat ini telah memiliki fasilitas untuk memproduksi Bio-Jet Fuel dan Green Diesel Product di Kilang Cilacap," kata Taufik dikutip dalam paparan Pertamina di Yoggyakarta, Sabtu (16/12/2023).

Adapun Bio-Jet Fuel/SAF saat ini diproduksi dengan cara Co-Processing, yakni bahan baku nabati diproses dengan dicampur pada exsistin proses, sedangkan Green Diesel/HVO sudah dapat diproduksi dengan Standalone Process, yakni bahan baku nabati diproses 100 persen atau seluruhnya sebagai feedstock.

Untuk Bio-Jet Fuel/SAF, telah dilakukan fligt test dengan pesawat CN 235 pada Oktober 2021, dan pada Oktober 2023 juga telah dilakukan flight test dan first commercial flight dengan Garuda Indonesia.

Sementara, untuk produk Green diesel/HVO telah dipasarkan ke domestik yakni renewable fuel di Formula E, dan di acara EWTG G20. Pertamina juga memasarkan secara ekspor untuk pasar Eropa pada 2022.


Pertamina Siap Salurkan Produk Bahan Bakar Baru Pesawat SAF

Pesawat Garuda Indonesia dalam proses pengisian Pertamina SAF. (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, mengemban amanah menyalurkan energi, Pertamina Patra Niaga menjamin kesiapan infrastruktur untuk seluruh produknya, tidak terkecuali produk terbaru yang saat ini dalam pengembangan yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF). 

Meski masih dalam tahapan rangkaian uji coba, Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk mendukung penuh pengembangan bahan bakar SAF yang merupakan kolaborasi antara Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI, BPDPKS, LEMIGAS, BRIN, Garuda Indonesia dan Garuda Maintenance Facility, serta Pertamina Group yakni Pertamina melalui Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina Patra Niaga. 

“Bertanggung jawab di sisi hilir, kami terus mempersiapkan sarfas dan kompetensi tim Pertamina Patra Niaga untuk menyalurkan SAF sebagai inovasi bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi industri penerbangan,” jelas Direktur Pemasaran Pusat & Niaga, Maya Kusmaya.

Komitmen awal dukungan Pertamina Patra Niaga ini dilakukan melalui penerimaan sekitar 80 ribu liter di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dari Cilacap.

Target awal, SAF yang diterima ini akan digunakan untuk rangkaian tes, yang terakhir adalah  untuk kebutuhan static test yang dilakukan pada mesin jet CFM56-7B yang biasa digunakan pada pesawat komersil di fasilitas Test Cell milik GMF Aeroasia sebesar 25 ribu liter. 

 

 


Tes Bahan Bakar

Pertamina Tetap Siagakan Stok Avtur Seluruh Bandara di Wilayah Jawa Bagian Tengah.

Maya melanjutkan, static test SAF menunjukkan hasil yang baik, dimana tidak didapatkan perbedaan signifikan pada response engine dengan hasil tes bahan bakar aviasi Jet-A1 yang selama ini disalurkan Pertamina Patra Niaga.

“Artinya, kualitas SAF jika dilihat dari static test cukup serupa, sehingga bisa dilanjutkan ke tes selanjutnya, mulai dari Ground Test hingga Flight Test. Ini merupakan milestone terbaru pengembangan SAF mengingat pengujian sebelumnya hanya di pesawat militer, kita akan mulai bergerak untuk di pesawat komersil, dan kami siap menyediakan SAF untuk seluruh rangkaian uji,” terangnya.

Maya meneruskan bahwa penyaluran SAF ini juga sudah masuk dalam agenda dunia, dimana beberapa bandara di dunia dan maskapai telah menggunakan SAF. 

“Langkah penyaluran SAF menjadi langkah Pertamina Patra Niaga menyediakan bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi kebutuhan industri penerbangan di Indonesia. Ini juga akan menjadi langkah Pertamina grup menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060,” tukas Maya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya