Gus Iqdam Sering Doakan Orang yang Sudah Meninggal saat Majelisan, Ini Fadhilah Doakan Orangtua yang Sudah Meninggal

Banyak jemaah Gus Iqdam Minta Doa agar saudaranya yang sudah meninggal dapat ampunan, bagaimana hukumnya?

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Des 2023, 16:30 WIB
Gus Iqdam. (Foto: Dok. Instagram @iqdammuhammad_)

Liputan6.com, Jakarta - Majelis Ta'lim Sabilu Taubah (ST) Blitar yang diasuh Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam jemaahnya semakin banyak.

Saat sesi dialog dengan jemaah yang terpilih, banyak yang curhat jika suaminya, anaknya atau orang tuanya meninggal.

Hampir dipastikan lawan dialog Gus Iqdam minta doa kepadanya agar keluarganya diberi predikat husnul khotimah.

Bagaimanakah hukum mengenai seseorang yang mendoakan orang yang sudah meninggal?

Berikut ini adalah penjelasan mengenai hukum hingga fadhilah mendoakan orangtua yang sudah meninggal atau muslim yang sudah meninggal.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Orang Meninggal Seperti Orang Tenggelam Minta Pertolongan

Ilustrasi Berdoa Credit: pexels.com/pixabay

Mengutip Republika.co.id, setiap makhluk hidup pasti akan mati, tidak terkecuali manusia. Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS Ali'Imran [3]: 185).

Jika kematian sudah tiba, tak ada seorang pun yang dapat bersembunyi atau lari darinya. Allah SWT berfirman, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh.” (QS an-Nisa' [4]: 78).

Jika manusia sudah mati, tak ada lagi amal saleh yang bisa dilakukan. Apakah dengan demikian ia benar-benar terputus dari pahala?

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang- orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka.” (HR Ad-Dailami).


Orang Meninggal Sangat Mengharapkan Doa

Ilustrasi berdoa. ©Pixabay/SuleymanKarakas

Pada hadis di atas ditegaskan bahwa orang yang sudah mati sesungguhnya masih bisa menerima kiriman pahala berupa doa-doa kebaikan yang dilantunkan oleh sanak keluarga atau teman-teman yang khusus ditujukan untuknya.

Digambarkan, ia begitu gembira dengan kiriman doa tersebut melebihi kegembiraan mendapatkan kekayaan sebesar dunia beserta isinya.

Dalam hadis lain ditegaskan bahwa orang yang telah mati, tetap bahkan terus-menerus mendapatkan pahala dari beberapa hal, yaitu dari amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara, yaitu sedekah yang mengalir atau ilmu pengetahuan yang dapat diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakan padanya.” (HR Muslim).

Seperti disebutkan pada hadis di awal, doa untuk orang mati yang sangat diharapkan adalah doa istighfar atau permohonan ampunan. Dalam hadis lain dikatakan, Utsman bin Affan menuturkan, apabila Rasulullah SAW telah selesai menguburkan jenazah, beliau bersabda, “Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya.” (HR Abu Dawud).


Orang yang Diharapkan Doanya oleh Orang yang Meninggal

Ilustrasi Berdoa Credit: freepik.com

Tidak hanya menyuruh, beliau juga melakukannya langsung. Disebutkan, beliau berdoa untuk orang-orang yang mati lalu dikuburkan di permakaman Baqi Gharqad, “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang dikuburkan di Baqi Gharqad.” (HR Muslim).

Di hadis lain, beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang masih hidup di antara kami, dan juga orang-orang yang telah meninggal di antara kami.” (HR At-Tirmidzi).

Doa istighfar untuk mayat ini terutama penting disampaikan oleh sanak keluarganya karena merekalah yang paling dekat, baik secara nasab maupun hubungan sosial.

Di samping itu, ini merupakan bentuk nyata kukuhnya ikatan kekeluargaan (silaturahim) di antara mereka. Jadi, ikatan itu tidak pernah terputus meskipun kematian memisahkan alam mereka. Ikatan itu akan tetap ada selamanya. Wallahu A'lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya