Bursa Saham Asia Loyo, Investor Bakal Cermati Data Ekonomi China dan Jepang

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada Senin, 18 Desember 2023 setelah pekan lalu menguat seiring the Fed pertahankan suku bunga . Investor akan mencermati data ekonomi dari Jepang dan China.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Des 2023, 08:43 WIB
Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Senin, (18/12/2023). (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Senin, (18/12/2023). Koreksi bursa saham Asia Pasifik ini terjadi setelah pekan lalu menguat seiring keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed)  mempertahankan dan beri sinyal penurunan suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Bank of Japan (BoJ) akan menggelar pertemuan terakhir kali pada 2023. Sebuah catatan dari bank Belanda ING mengatakan pihaknya berharap BoJ untuk mempertahankan semua pengaturan kebijakan utamanya.

Jajak pendapat Reuters terhadap ekonom juga prediksi Bank Sentral Jepang akan mempertahankan suku bunga acuannya minus 0,1 persen.

Sementara itu, China akan merilis suku bunga acuan pinjamannya pada Rabu, sedangkan data inflasi dari Jepang akan dirilis pada Jumat pekan ini.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,18 persen, dan hentikan kenaikan beruntun dalam enam hari. Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 0,77 persen, sedangkan indeks Topix tergelincir 0,8 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan berjuang untuk menguat. Sedangkan indeks Kosdaq naik 0,82 persen. Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.690 menunjukkan pembukaan lebih lemah dibandingkan penutupan indeks Hang Seng berjangka di 18.326,63.

Pada perdagangan Jumat, 15 Desember 2023, wall street beragam. Indeks Dow Jones menguat 0,2 persen dan mencetak rekor intraday baru. Indeks Nasdaq menguat 0,4 persen. Indeks Nasdaq 100 berada di posisi 16.623,45, melampaui rekor penutupan sejak November 2021. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah tipis. Akan tetapi, indeks saham S&P 500 mencatat kenaikan selama tujuh minggu berturut-turut yang menandai kenaikan beruntun terpanjang sejak 2017.

 


Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 15 Desember 2023

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Jumat, 15 Desember 2023 yang dipimpin indeks Hang Seng.

Dikutip dari CNBC, bursa saham Asia Pasifik melesat tersengat penguatan wall street. Hal ini terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga acuan dan menetapkan peta jalan untuk penurunan suku bunga pada 2024 dan seterusnya.

China merilis data pertumbuhan produksi industri, penjualan ritel, harga rumah dan investor perkotaan pada November. Yang paling menonjol, China membukukan ekspansi output industri terbesar sejak Februari 2022 pada November, meski pertumbuhan penjualan ritel tak sesuai harapan.

Indeks Hang Seng memimpin penguatan di Asia. Indeks Hang Seng melambung 2,38 persen. Indeks CSI 300 merosot 0,31 persen, dan berakhir di level terendah dalam 4 tahun ke posisi 3.341,55.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,88 persen ke posisi 7.442,7. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,87 persen ke posisi 32.970,55. Indeks Topix bertambah 0,47 persen ke posisi 2.332,28. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,76 persen ke posisi 2.563,56. Indeks Kosdaq melemah 0,27 persen ke posisi 838,31.

 


Penutupan Wall Street pada 15 Desember 2023

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada penutupan perdagangan saham Jumat, 15 Desember 2023. Indeks Dow Jones menguat yang menandai rekor intraday baru, sedangkan indeks Nasdaq catat rekor.

Mengutip laman CNBC, Sabtu (16/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 56 poin atau 0,2 persen ke posisi 37.305,16. Indeks S&P 500 susut 36 poin atau 0,01 persen ke posisi 4.719,19. Indeks Nasdaq bertambah 52 poin atau 0,4 persen ke posisi 14.813,92.

Pergerakan harga mungkin telah dilebih-lebihkan oleh berakhirnya kontrak berjangka dan opsi indeks saham secara bersamaan, serta opsi pada masing-masing saham dalam peristiwa triwulanan yang dikenal sebagai “triple witching”.

Saham Costco naik 4,5 persen setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa selama sesi tersebut. Kinerja ritel tersebut melampaui perkiraan wall street untuk hasil kuartalan dan mengeluarkan dividen USD 15 per saham.

Pada Jumat, indeks Dow Jones menguat 3,8 persen. Indeks S&P 500 bertambah 3,3 persen. Sedangkan indeks Nasdaq naik 4,1 persen pada Desember 2023.

Indeks S&P 500 menandai kenaikan mingguan terpanjang sejak 2017, dan masih bisa segera bergabung dengan indeks Dow Jones yang cetak rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks S&P 500 kurang dari 2 persen dari angka yang ditetapkan pada Januari 2022.

Wall  street melesat pekan ini setelah the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu, 13 Desember 2023 mengakui upayanya untuk tekan inflasi mulai berhasil dan mengindikasikan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024. Hal itu meningkatkan sentimen terhadap investor.

 


Salah Satu Pejabat The Fed Tolak Penurunan Suku Bunga

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Data penjualan ritel pada November 2023 yang lebih kuat dari perkiraan pada perdagangan Kamis pekan ini, menyusul pembacaan inflasi yang lebih rendah pekan ini menambah harapan the Federal Reserve dapat melakukan soft landing.

Meski begitu, Presiden The Fed New York, John Williams menolak euforia seputar pelonggaran suku bunga bank sentral tahun depan.

“Kami tidak benar-benar berbicara tentang penurunan suku bunga saat ini,” ujar Williams kepada CNBC.

Sementara itu, Direktur Pelaksana E-Trade, Chris Larkin menuturkan, saham mendapatkan dorongan sentimen besar dari pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu pekan ini. “Namun, dampak langsungnya pasti akan hilang,” tutur dia.

Ia menambahkan, pasar tidak naik setiap hari, tidak peduli seberapa kuat trennya. “Kemunduran dan jeda tidak dapat dihindari, terlepas dari seberapa besar atau berapa lama hal tersebut berlangsung,” kata dia.

Di sisi lain, Citigroup mengumumkan kepada sebagian besar karyawannya kalau dapat bekerja dari jarak jauh selama dua minggu terakhir pada Desember 2023. Kebijakan ini berlaku untuk pekerja yang melakukan hybrid yang merupakan mayoritas dari 240.000 karyawan bank itu.

Saat ini, karyawan semakin khawatir dengan reorganisasi perusahaan yang dilakukan CEO Citi Jane Fraser. Beberapa orang khawatir mengenai apakah pekerjaannya akan tetap ada pada 2024. Review yang akan dilakukan Fraser selesai pada akhir Maret 2024.

Saham Citigroup tergelincir 1,8 persen pada Jumat pekan ini. Adapun Citigroup merupakan bank AS terbesar ketiga berdasarkan aset.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya