Indonesia akan memasuki pesta demokrasi pada tahun depan, dimana akan dilangsungkan pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres). Tentu saja biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melangsungkan Pemilu 2014 itu tidak sedikit. Maka dari itu, E-voting disebut-sebut menjadi solusi.
"Perkembangan teknologi digital dan internet sangat memungkinkan terjadinya pelaksanaan pemilihan secara transparan dan akuntabilitasnya terjamin. E-voting adalah salah satu konsep riil yang relevan dilakukan bagi pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia," ucap pakar teknologi M Rudi Wahyono, di Habibie Center, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (30/3/2013).
Menurut Rudi, banyak alasan dalam menerapkan e-voting di Indonesia. Salah satunya adalah kondisi geografis.
"Kondisi geografis Indonesia juga sangat berkepentingan dalam penerapan e-voting, agar perhitungan suara dapat dilakukan real time online," ujarnya.
Dengan diterapkan e-voting, rinci Rudi, maka penghematan biaya pun bisa dilakukan.
"Penghematan biaya itu melalui pemilihan dengan internet, jangkauan global dengan pengeluaran logistik yang sangat sedikit. Tidak ada biaya pengiriman, tidak ada keterlambatan saat pengiriman materi dan menerimanya kembali," paparnya.
Walau demikian, Rudi mengemukakan masih ada kendala dalam penerapan e-voting itu sendiri.
"Salah satu problem utama dari pelaksanaan pesta demokrasi adalah membangun sistem jaringan, yang memungkinkan pelaksanaan pemilihan itu sendiri berjalan transparan," paparnya.
Rudi juga menuturkan, beberapa negara yang pernah menerapkan e-voting lebih dulu seperti Irlandia atau India pernah mengalami kegagalan karena ada kesalahan dalam sistem verifikasi.
"Contoh kegagalan lainnya adalah ketika dilakukan eksperimen pertama online voting di Amerika pada 2010. Para hacker tidak hanya mampu menembus sistem, tapi juga sedang memantau apa yang sedang terjadi di sistem itu sendiri," ungkapnya.
Kendati demikian, Rudi tetap meyakini penerapan e-voting merupakan solusi untuk pemilu masa depan.
"Teknologi e-voting berkembang cepat di dunia, bahkan di Estonia pemilu elektronik sudah dapat menerapkan mobile voting melalui ponsel," pungkas Rudi. (Tnt)
"Perkembangan teknologi digital dan internet sangat memungkinkan terjadinya pelaksanaan pemilihan secara transparan dan akuntabilitasnya terjamin. E-voting adalah salah satu konsep riil yang relevan dilakukan bagi pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia," ucap pakar teknologi M Rudi Wahyono, di Habibie Center, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (30/3/2013).
Menurut Rudi, banyak alasan dalam menerapkan e-voting di Indonesia. Salah satunya adalah kondisi geografis.
"Kondisi geografis Indonesia juga sangat berkepentingan dalam penerapan e-voting, agar perhitungan suara dapat dilakukan real time online," ujarnya.
Dengan diterapkan e-voting, rinci Rudi, maka penghematan biaya pun bisa dilakukan.
"Penghematan biaya itu melalui pemilihan dengan internet, jangkauan global dengan pengeluaran logistik yang sangat sedikit. Tidak ada biaya pengiriman, tidak ada keterlambatan saat pengiriman materi dan menerimanya kembali," paparnya.
Walau demikian, Rudi mengemukakan masih ada kendala dalam penerapan e-voting itu sendiri.
"Salah satu problem utama dari pelaksanaan pesta demokrasi adalah membangun sistem jaringan, yang memungkinkan pelaksanaan pemilihan itu sendiri berjalan transparan," paparnya.
Rudi juga menuturkan, beberapa negara yang pernah menerapkan e-voting lebih dulu seperti Irlandia atau India pernah mengalami kegagalan karena ada kesalahan dalam sistem verifikasi.
"Contoh kegagalan lainnya adalah ketika dilakukan eksperimen pertama online voting di Amerika pada 2010. Para hacker tidak hanya mampu menembus sistem, tapi juga sedang memantau apa yang sedang terjadi di sistem itu sendiri," ungkapnya.
Kendati demikian, Rudi tetap meyakini penerapan e-voting merupakan solusi untuk pemilu masa depan.
"Teknologi e-voting berkembang cepat di dunia, bahkan di Estonia pemilu elektronik sudah dapat menerapkan mobile voting melalui ponsel," pungkas Rudi. (Tnt)