Liputan6.com, Jakarta - Emosi marah adalah perasaan yang rumit, dan mungkin sulut untuk anak Anda yang masih kecil untuk mencoba mengelola emosi itu. Namun, sebagai psikolog anak dan juga seorang ibu, Caitlin Slavens selalu memberi tahu orang tua bahwa emosi marah tidak selalu hal buruk.
Emosi marah hanyalah pembawa pesan, dan kemarahan adalah pesan yang perlu diperhatikan. Emosi ini menunjukkan bahwa kita bahwa kita belum diperlakukan dengan baik, atau bahwa kita telah disakiti dengan cara tertentu, atau merasa kecewa akan sesuatu yang terjadi.
Advertisement
Tetapi kita semua, bahkan di usia yang sudah terbilang dewasa ini kadang-kadang sulit untuk mengungkapkan emosi ini dengan baik. Maka dari itu, sebagai orang tua yang baik, kita perlu mengarahkan dan membersamai anak-anak kita ketika mereka merasa marah atau kesal.
Berikut adalah tiga hal yang Slavens harap lebih banyak orang tua mengatakan kalimat ini ketika anak-anak mereka merasa marah atau kesal:
1. Ibu tahu kamu marah tentang hal ini, nak, dan ibu bisa memahami mengapa kamu marah
Otak orang dewasa dapat memahami bahwa kemarahan terkadang hanya merupakan sebuah masalah yang kecil. Tetapi bagi anak-anak, hal itu bisa terasa sangat besar, luar biasa, dan tidak adil. Jadi, mereka perlu tahu bahwa kita mendengar dan memahami perasaan mereka.
Ketika mereka merasa bahwa kita benar-benar mengerti dan berada di pihak mereka, mereka akan merasa lebih nyaman dalam mengatur emosinya.
2. Ibu peduli dengan perasaan kamu, nak. Jika perlu, ibu bantu menyelesaikan masalah ini
Anda ingin menyampaikan kepada anak Anda bahwa kalian adalah sebuah tim, dan bahwa Anda ada di sana untuk membantu mereka melewati semua emosi yang besar dan berantakan. Hal ini juga menunjukkan bahwa Anda adalah seorang orang tua yang mantap yang ingin mendukung mereka.
Anda juga bisa mencoba menawarkan cara-cara untuk membantu mereka mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa anak perlu menggerakkan tubuh mereka, beberapa suka menggambar, dan beberapa membutuhkan kenyamanan.
Tanyakan kepada mereka apa yang akan membuat mereka merasa paling aman.
3. Seberapa besar emosi marahmu saat ini?
Strategi ini melibatkan eksternalisasi emosi, dan merupakan strategi favorit saya untuk diajarkan kepada para orang tua. Anak-anak, terutama yang perasa, sering kali tidak mau mengakui bahwa mereka sedang merasakan emosi yang dianggap negatif karena takut luapan emosinya bisa menyakiti perasaan orang lain.
Namun, ketika mereka dapat keluar dari diri mereka sendiri dan mengamati emosi yang mereka rasakan, mereka akan memiliki daya untuk mengambil kendali dan bekerja untuk membuat emosi itu lebih kecil.
Anak-anak kita tidak dapat belajar bagaimana mengelola kemarahan mereka kecuali mereka melihat kita melakukannya terlebih dahulu.
Apakah kita akan selalu sempurna? Tidak. Tapi jika kita bisa hadir untuk mereka dan tetap tenang dalam kekacauan mereka, kita bisa menciptakan cetak biru yang sukses untuk mereka ikuti hingga dewasa.
Advertisement