WHO di Gaza: Kami Tak Bisa Kehilangan Rumah Sakit Mana Pun

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Richard Peeperkorn mengatakan bahwa Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza "tidak berfungsi lagi."

oleh Tim Global diperbarui 20 Des 2023, 18:00 WIB
Sejak itu, ribuan warga Gaza terbunuh dan lebih dari separuh penduduknya kehilangan tempat tinggal akibat kampanye militer Israel yang tiada henti. (AP Photo/Victor R. Caivano)

Liputan6.com, Jakarta - Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Richard Peeperkorn, pada Senin, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza "tidak berfungsi lagi."

WHO sedang mengumpulkan informasi di rumah sakit tersebut, di mana pihak berwenang Gaza mengatakan pasukan Israel menggunakan buldoser untuk menghancurkan perimeter situs yang menurut Israel digunakan oleh pejuang Hamas.

Organisasi yang memerintah Gaza itu membantah menggunakan Kamal Adwan atau rumah sakit lain untuk kegiatan militan, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (20/12/2023).

“Kami tidak bisa kehilangan rumah sakit mana pun,” kata Peeperkorn, perwakilan WHO di Gaza. Ia menambahkan bahwa masalah yang dialami rumah sakit juga berdampak pada pengungsi internal yang berada di rumah sakit.

“Jika ingin memastikan bahwa rumah sakit berfungsi kembali, harus ada tempat penampungan dan barang-barang nonmakanan, dan lainnya, yang diberikan kepada para pengungsi tersebut dan kemudian memastikan bahwa mereka mempunyai tempat untuk berlindung di lingkungan di mana mereka bisa aman.”

Israel juga mengatakan Rumah Sakit Al Shifa, yang didudukinya pada awal perang, telah digunakan oleh Hamas.


Rakyat Gaza Kelaparan, Dubes Israel Tuding Bantuan Diambil Hamas

Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

Duta Besar Israel enggan disalahkan karena terjadinya kelaparan, kehausan, dan penyebaran penyakit di Jalur Gaza. Pihak Israel mengklaim bantuan telah dikirimkan.

"Tentunya ada bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza," ujar Dubes Israel untuk United Kingdom Tzipi Hotovely saat wawancara bersama Sky News beberapa waktu lalu.

"Tetapi sayangnya Hamas merebut bantuan kemanusiaan itu. Jadi bahkan demi kebaikan rakyat Palestina, ini lebih baik kalau Israel menyelesaikan pekerjaannya," lanjut Dubes Israel.

Ia juga mendukung penuh aksi Israel Defence Forces (IDF) di Jalur Gaza. Hotolevy mengulang kembali argumen Israel bahwa serangan dimulai sebagai bentuk balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 

PM Israel Benjamin Netanyahu telah menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah menghancurkan Hamas, dan bahwa kehancuran Hamas sudah dekat. 

Ketika ditanya pewawancara seberapa dekat kehancuran Hamas, Dubes Israel mengaku tidak tahu. 

"Kita butuh waktu untuk ini," ucapnya.

Pewawancara lantas kembali bertanya mau sampai berapa banyak lagi rakyat sipil Gaza yang tewas dalam serangan Israel untuk mengalahkan Hamas.

Dubes Israel menjawab bahwa Hamas harus menyerah.

"Jika Hamas mau menyerah sekarang dan membawa pulang tawanan, tak ada rakyat sipil Gaza yang terbunuh," kata Dubes Israel.


Lebih dari Tiga Perempuan dan 2 Ibu Terbunuh Setiap Jam di Gaza

Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

Perempuan dan anak perempuan di Gaza mengalami tingkat kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menjadikan wilayah yang terkepung tersebut sebagai salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi perempuan saat ini, menurut LSM global ActionAid.

"Lebih dari tiga wanita terbunuh setiap jam di Gaza, kata kelompok bantuan tersebut dalam sebuah pernyataan kepada Al Arabiya English yang dikutip Kamis (14/12).

Menurut ActionAid, perempuan dan anak perempuan di Gaza terbunuh dan terluka pada tingkat yang mengerikan, hak-hak penting mereka atas makanan, air dan layanan kesehatan tidak diberikan setiap hari, sementara mereka mengalami tekanan psikologis dan trauma yang sangat besar setelah dua bulan hidup dalam teror.

"Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi perempuan atau anak perempuan saat ini. Jumlah perempuan dan anak perempuan yang dibunuh secara tidak wajar dalam kekerasan ini meningkat setiap jamnya," kata Riham Jafari, Koordinator Advokasi dan Komunikasi ActionAid Palestina, dalam pernyataannya.

Sekitar 50.000 perempuan di Gaza sedang hamil, kata LSM tersebut.

"Sementara itu, setiap hari mereka harus berjuang mati-matian untuk memenuhi kebutuhan paling dasar mereka."

Setidaknya dua ibu terbunuh setiap 60 menit, sementara tujuh perempuan terbunuh setiap dua jam di daerah kantong yang terkepung tersebut, kata para dokter di wilayah tersebut kepada organisasi tersebut.​

Lebih dari 5.000 perempuan telah terbunuh sejak Israel mengobarkan perang di Gaza akibat serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan.

Lebih dari 18.000 orang tewas dalam konflik tersebut, hampir 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.Advertise

INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya