Liputan6.com, Jakarta Tak kurang dari 15 influencer ternama di Tanah Air direkrut untuk menyuarakan gaya hidup sehat setelah Pemerintah Indonesia menetapkan status pandemi Covid-19 berubah menjadi endemi.
Para influencer yang direkrut di antaranya Casey Alisha yang punya 13 ribuan pengikut, Sinthya Audrey dengan 49 ribuan pengikut, Tiffany Kongadian (19 ribuan pengikut), dan masih banyak lagi.
Advertisement
Belasan influencer ini menghadiri gelar wicara bersama praktisi kesehatan Rohit Shelatkar. Ia mengulas body mass index saat lockdown dipengaruhi beberapa faktor seperti tingkat stres, jam tidur tidak teratur, perubahan hormon, diet dan olahraga.
“Tak cukup hanya menerapkan gaya hidup sehat. Pahami dan perhatikan pula asupan vitamin dan mineral yang sesuai kebutuhan tubuh kita,” ujarnya kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.
Influencer dan Medsos
Rohit Shelatkar dan 15 influencer ini hadir dalam “Social Media Gathering” with Vitabiotics. Para influencer ini diundang bukan tanpa alasan. Era medsos telah melahirkan sejumlah figur publik yang berpengaruh signifikan.
“Mereka bisa memengaruhi lewat akun medsos untuk memberi edukasi kepada paling tidak para pengikut bahwa saat ini kita butuh tidak hanya makanan, namun menjaga kondisi tubuh kita,” urai Director Vitabiotics Indonesia, Inoer Syamsu.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Influencer dan Peran Penting
Di Indonesia, populasi para influncer terus bertumbuh dan memegang peran penting. Apalagi saat ini dunia ada dalam genggaman. Saat kena macet pun, orang bisa mengakses informasi dan konten pengetahuan hanya dengan beberapa kali klik di layar sentuh gadget.
“Itu sebabnya para influencer kami undang untuk membantu edukasi bukan buat kami. Paling tidak masyarakat paham harus sehat. Ilmu yang kami berikan kepada mereka, bahwa vitamin itu perlu untuk long live-nya kita agar menua dengan sehat,” ia menyambung.
Influencer dan Rantai Informasi
Masih segar dalam ingatan, saat pandemi Covid-19 melanda banyak orang mencari vitamin berdasarkan rantai informasi yang mereka dapat. Padahal, informasi itu belum tentu benar.
“Seperti contohnya harus mengonsumsi vitamin D, sementara vitamin D itu kan tidak bisa dikonsumsi asal saja. Tetangganya minum vitamin D-1000, kita ikut-ikutan,” Inoer Syamsu menjelaskan.
Karenanya, workshop bersama para influencer penting agar informasi valid bisa disebar via medsos dengan cara kreatif. “Vitabiotics punya produk-produk yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia karena kebutuhan tiap orang atas vitamin dan mineral juga beda,” pungkasnya.
Baca Juga
Advertisement