Liputan6.com, Jakarta - Sejak pekan lalu, informasi bahwa Jakarta diprediksi jadi kota pertama yang akan tenggelam dan sepenuhnya hilang pada 2100 ramai dibahas di jagat maya. Di sejumlah unggahan online, dituliskan bahwa itu merujuk pada data World Economic Forum. Faktanya, itu bukan ulasan baru.
Melansir laman World Economic Forum, Rabu (20/12/2023), pihaknya merilis artikel berjudul "11 Kota yang Tenggelam Ini Kemungkinan Hilang pada 2100" tertanggal 10 September 2019. Tertera di sana bahwa suhu global dan permukaan air laut meningkat
Advertisement
"Kota-kota pesisir yang terletak di dataran rendah sudah mengalami banjir besar dan berupaya mencari solusi untuk mengatasi kenaikan air pasang," kata mereka. "Beberapa kota tenggelam karena naiknya permukaan air laut yang perlahan-lahan merambah pantainya."
Selain itu, ada juga "kota-kota tenggelam karena pemompaan air tanah berlebihan, sehingga menyebabkan perubahan tekanan dan volume yang menyebabkan daratan tenggelam." Di dalam daftar, Jakarta memang berada di peringkat pertama.
Tertulis bahwa "Jakarta tenggelam hingga 6,7 inci (sekitar 17 centimeter) per tahun karena pemompaan air tanah yang berlebihan (yang menyebabkan perubahan tekanan dan volume). Sebagian besar kota ini mungkin akan tenggelam pada 2050."
Pihaknya juga menyoroti, pemerintah Indonesia telah menyetujui rencana memindahkan ibu kota untuk melindungi 10 juta penduduk dari banjir lebih besar. "Langkah ini akan memakan waktu sekitar 10 tahun dan menelan biaya 33 miliar dolar AS)," catat World Economic Forum.
Tidak Hanya Jakarta di Asia Tenggara
Di daftar yang sama, Bangkok jadi kota lain di Asia Tenggara yang diperiksi tenggelam dan hilang sepenuhnya pada 2100. Dituliskan bahwa ibu kota Thailand itu tenggelam dengan kecepatan lebih dari 1 sentimeter per tahun dan mungkin berada di bawah permukaan laut pada 2030, menurut The Guardian.
Demi membantu mencegah banjir, terutama selama musim hujan di Thailand, sebuah firma arsitektur membangun taman seluas 11 hektare yang dapat menampung hingga 1 juta galon air hujan yang disebut Taman Centenary Universitas Chulalongkorn.
Secara lengkap, berikut 11 kota tenggelam yang diprediksi hilang pada 2100, menurut World Economic Forum:
- Jakarta, Indonesia
- Lagos, Nigeria
- Houston, Amerika Serikat
- Dhaka, Bangladesh
- Venesia, Italia
- Virginia Beach. Amerika Serikat
- Bangkok, Thailand
- New Orleans, Amerika Serikat
- Rotterdam, Belanda
- Alexandria, Mesir
- Miami, Amerika Serikat
Namun demikian, merujuk studi tahun 2022, melansir AFP, Jakarta dan Ho Chi Minh City di Vietnam jadi dua di antara kota-kota pesisir di Asia Selatan dan Tenggara yang tenggelam lebih cepat daripada tempat lain di dunia. Kondisi ini membuat puluhan juta orang lebih rentan terhadap kenaikan permukaan laut, kata studi tersebut.
Advertisement
Tidak Semata karena Perubahan Iklim, tapi ...
Urbanisasi yang cepat telah membuat kota-kota ini sangat membutuhkan air tanah untuk menyokong kebutuhan populasi mereka, menurut penelitian Nanyang Technological University (NTU) Singapura yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability, September 2023.
"Hal ini menempatkan kota-kota yang mengalami penurunan permukaan tanah pada risiko bahaya pesisir lebih besar daripada yang sudah ada karena kenaikan permukaan laut yang didorong (perubahan) iklim," kata studi tersebut.
Penelitian itu melanjutkan, "Banyak dari kota-kota pesisir yang cepat surut ini adalah kota-kota besar yang berkembang pesat, di mana permintaan tinggi untuk ekstraksi air tanah dan pemuatan dari struktur bangunan yang dibangun dengan padat, berkontribusi pada penurunan permukaan tanah."
Kota-kota yang tenggelam bukanlah semata hasil dari perubahan iklim, tapi para peneliti mengatakan, studi mereka akan memberi wawasan yang lebih baik tentang bagaimana fenomena tersebut akan "memperparah efek kenaikan permukaan laut yang didorong kiris iklim."
Sementara itu, pemantau iklim Eropa telah menyatakan 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa mengonfirmasi pada 6 Desember 2023 bahwa tahun ini jadi tahun "terhangat" secara global sejak pencatatan dimulai pada pertengahan abad ke-19.
Rekor Baru Suhu Rata-Rata Global
Sebelumnya, tahun 2016 menempati posisi teratas, lapor Al Jazeera dikutip Selasa, 19 Desember 2023. C3S mengatakan, secara praktis tidak mungkin tren berubah sebelum akhir Desember setelah November jadi bulan yang memecahkan rekor ke-6 berturut-turut.
"Suhu global yang luar biasa pada November 2023), termasuk dua hari lebih hangat dari dua derajat celcius di atas (level) pra-industri, berarti tahun 2023 adalah tahun terpanas dalam sejarah," wakil kepala C3S, Samantha Burgess mengatakan.
Bulan lalu memecahkan rekor suhu panas tertinggi, dan mendorong suhu rata-rata global pada 2023 jadi 1,46 derajat celcius lebih hangat dibandingkan era pra-industri, kata badan tersebut. Belum pernah tercatat hari dengan suhu lebih dari dua derajat celcius di atas suhu pra-industri.
Sebelumnya memang telah diasumsikan bahwa 2023 akan mencatat rekor suhu rata-rata global. Pada pertengahan November 2023, badan iklim AS, NOAA, mengatakan ada kemungkinan 99 persen bahwa tahun ini akan jadi tahun terpanas sejak 1850. Namun, belum ada lembaga terkait yang berkomitmen penuh terhadap rekor tersebut.
Advertisement