Kepala Palang Merah Internasional: Perang Gaza Adalah Kegagalan Moral Dunia

Kepala Palang Merah Internasional mendesak Israel dan Hamas segera mencapat kesepakatan baru yang bisa mengurangi penderitaan masyarakat di Gaza.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 20 Des 2023, 15:53 WIB
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berkumpul di sebuah kamp tenda di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (4/12/2023). Ratusan ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka ketika Israel melancarkan serangan darat terhadap kelompok militan Hamas yang berkuasa. (AP Photo/Fatima Shbair)

Liputan6.com, Gaza - Ketua Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pada Selasa (19/12/2023) bahwa perang Israel Vs Hamas yang berdampak terhadap masyarakat Gaza sebagai "kegagalan moral" dunia, seraya mendesak Israel maupun Hamas segera mencapai kesepakatan baru guna menghentikan pertempuran.

"Saya telah berbicara tentang kegagalan moral karena setiap hari hal ini terus berlanjut adalah hari di mana komunitas internasional belum terbukti mampu mengakhiri penderitaan yang begitu besar dan ini akan berdampak pada generasi tidak hanya di Gaza," kata Presiden ICRC Mirjana Spoljaric, seperti dikutip CNA, Rabu (20/12/2023).

"Tidak ada apa pun yang akan terjadi tanpa kesepakatan kedua belah pihak, jadi kami mendesak mereka untuk terus bernegosiasi…" katanya, mengacu pada pembebasan sandera Israel yang dibawa ke Gaza oleh kelompok bersenjata Hamas selama serangan mematikan mereka di Israel selatan pada 7 Oktober.

"Pembebasan ini sendiri merupakan misi yang sangat kompleks dan sangat sensitif."

Gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir diadakan selama sepekan pada akhir November dan menghasilkan pembebasan 110 sandera di Gaza, dengan imbalan 240 wanita dan remaja Palestina dari penjara Israel.

Namun kemudian, pertempuran sengit kembali terjadi pada 1 Desember dan beberapa sandera yang tersisa dinyatakan tewas secara in-abstia oleh otoritas Israel.

 


ICRC Dikritik Seperti Layanan Taksi

Gencatan senjata di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel telah memasuki hari keempat pada Senin (27/11) waktu setempat. Selama tiga hari terakhir gencatan senjata berhasil dipertahankan, dengan puluhan sandera dibebaskan oleh Hamas dan lebih dari 100 tahanan Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel. (AP Photo/Nasser Nasser)

Meskipun ICRC memfasilitasi pembebasan sandera selama gencatan senjata, kelompok tersebut telah dikritik oleh beberapa warga Israel karena tidak berbuat lebih banyak untuk membebaskan para sandera. Beberapa pengguna media sosial menyamakan ICRC dengan layanan taksi untuk mengusir sandera keluar dari Gaza.

"Anda tidak boleh pergi ke sana dan menyandera lalu membawa mereka keluar," kata Spoljaric sambil mengatakan kekecewaannya ICRC disamakan dengan layanan taksi.

"Rekan-rekan kami mempertaruhkan nyawa dan keselamatan serta keamanan mereka selama operasi ini dan para sandera sangat rentan ketika ini sedang berlangsung," tambahnya.


Proses Negosiasi

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terlihat bersama pasukan Israel di Jalur Gaza pada Minggu, 25 November 2023. (GPO/Avi Ohayon)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu mengonfirmasi bahwa negosiasi baru sedang dilakukan untuk memulihkan sandera yang masih ditahan oleh Hamas setelah sebuah sumber mengatakan kepala intelijen Israel bertemu dengan perdana menteri Qatar.

Spoljaric mengatakan ICRC akan siap membantu lagi setelah para pihak mencapai kesepakatan.

"Kami terus berbicara dengan semua pihak untuk kemudian siap mengoperasionalkan kesepakatan yang mereka capai," tuturnya.


PBB Tunda Voting Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza

AS lebih memilih diplomasinya sendiri, dibandingkan tindakan Dewan Keamanan, untuk memenangkan pembebasan lebih banyak sandera dan menekan Israel agar lebih melindungi warga sipil dalam serangannya di Gaza, yang dilancarkan setelah serangan Hamas yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 17.480 orang tewas dalam serangan Israel. (Yuki IWAMURA/AFP)

Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menunda pemungutan suara yang menyerukan penghentian permusuhan secara berkelanjutan di Gaza. Hal itu dilakukan untuk memberikan lebih banyak waktu bagi para diplomat untuk menanggapi keberatan AS terhadap wording (kata-kata) dalam rancangan resolusi tersebut.

Pemungutan suara tersebut dijadwalkan dilakukan pada Senin 18 Desember 2023 di New York, namun AS mengatakan pihaknya tidak dapat mendukung rujukan pada "penghentian permusuhan", namun mungkin menerima seruan untuk "penundaan permusuhan".

Selengkapnya di sini...

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya