Liputan6.com, Kopenhagen - Sekelompok ilmuwan di Denmark memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam mengembangkan bot yang dapat memprediksi kapan seseorang akan meninggal.
Mereka memprediksi kematian seseorang berdasarkan data kesehatan, pendidikan, pekerjaaan hingga pendapatan.
Advertisement
Para peneliti di Technical University of Denmark (Universitas Teknik Denmark) mengatakan bahwa robot tersebut memiliki tingkat akurasi hingga 79 persen ketika memeriksa data enam juta orang selama periode 2008 hingga 2020.
"Kami menggunakan model ini untuk mengetahui sejauh mana kami dapat memprediksi kejadian di masa depan berdasarkan kondisi dan kejadian di masa lalu Anda," ujar salah satu ilmuwan Sune Lehmann Jorgensen, seperti dilansir dari Mirror, Rabu (20/12/2023).
Secara khusus, model yang diberi nama "Life2vec" dirancang oleh para peneliti dengan menggunakan teknologi serupa seperti yang digunakan aplikasi ChatGPT, di mana ketika meminta serangkaian informasi, mesin itu akan bekerja melengkapi data dan statistiknya secara lengkap.
Bot yang dapat memprediksi kematian ini dilatih menggunakan data hingga tahun 2016 dan kemudian diuji pada empat tahun berikutnya hingga tahun 2020, di mana terdapat sekelompok orang berusia 35 hingga 65 tahun dengan setengah dari mereka telah meninggal pada periode tersebut.
Khawatir Dimanfaatkan Perusahaan Asuransi
Kecerdasan buatan diharapkan dapat digunakan dalam memprediksi masalah kesehatan, namun para peneliti juga menyadari dampak negatif dari kecanggihan ini oleh pihak perusahaan asuransi.
Terlebih, AI terbukti 11 persen lebih akuran dibandingkan model yang saat ini digunakan oleh polis asuransi jiwa dalam memprediksi kematian.
"Jelas, model kami tidak boleh digunakan oleh perusahaan asuransi," tambah Jorgensen.
Namun yang lebih mengkhawatirkan, ia juga yakin bahwa kemungkinan perusahaan-perusahaan teknologi besar sudah menggunakan jenis teknologi serupa untuk memeriksa banyak sekali data dan membuat prediksi tentang kehidupan manusia.
Advertisement
AI Dimanfaatkan dalam Politik
Baru-baru ini, teknologi Artificial Intelligence (AI) juga dimanfaatkan dalam kampanye politik.
Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk kampanye dari penjara.
Hukuman tiga tahun penjara Khan atas tuduhan korupsi telah ditangguhkan pada Agustus, namun dia tetap mendekam di balik jeruji besi.
Bikin Kampanye Virtual
Partai Pakistan Tehreek-e Insaf (PTI) yang dipimpin Khan menggunakan AI untuk membuat klip audio "kampanye virtual". Pidato Khan dihasilkan dari teks yang ditulisnya dari penjara dan telah disetujui oleh pengacaranya.
Pesan audio berdurasi empat menit itu mengalami gangguan saat diputar dengan gambar yang dihasilkan AI.
Pemantau jaringan global, NetBlocks, mengatakan gangguan streaming tersebut konsisten dengan upaya sebelumnya untuk menyensor Khan.
Advertisement