Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menargetkan pendapatan usaha USD 3 miliar pada tahun depan. Ini dengan asumsi harga jual minyak rata-rata USD 82 per barel. Adapun laba yang didapatkan diprediksi bisa mencapai USD 700 juta.
Ini diungkapkan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Chalid Said Salim di Jakarta, Selasa (19/12/2023). “Untuk mencapai target tersebut kami menyiapkan belanja modal hingga USD 1 miliar dan belanja operasi sebesar USD 2 miliar,” ujar dia.
Advertisement
Dari sisi kinerja operasional, PHR menargetkan produksi minyak dari wilayah kerja (WK) atau Blok Rokan yang berlokasi Riau bisa sebesar 167 ribu barel minyak per hari.
Target produksi diharapkan didapat melalui pengeboran 500-an sumur yang melibatkan sekitar 80-rig untuk kegiatan sumur pengeboran dan sumur "work intervention".
Dia mengakui jika menjadi tantangan berat untuk mencapai target tersebut. Tantangan yang dihadapi perusahaan terkait lapangan minyak di Blok Rokan yang rata-rata berusia tua (mature), serta fasilitas yang juga sudah mulai menua.
Pada 2023, produksi minyak WK Rokan sebesar 162.000 barrel oil per day (BOPD). Kendati berat, PHR berupaya menjaga produksi Blok Rokan. Ini dilakukan melalui berbagai inovasi dan teknologi terbaru, salah satunya Chemical Enhance Oil Recovery (CEOR).
Selama ini, WK Rokan masih jadi salah satu penopang produksi migas nasional. Pada 2023, sebanyak 26 persen produksi minyak nasional dikontribusikan dari WK Rokan. “26 persen (produksi nasional) dan semua untuk konsumsi domestik,” jelas dia.
Sebelum dikelola PHR, Blok Rokan dikelola Chevron Pacific Indonesia (CPI) sejak 1924 dan resmi diambil alih Pertamina lewat PHR pada 9 Agustus 2021.
Kontribusi ke Negara
Adapun kontribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pajak Pertamina Hulu Rokan terhadap negara pada tahun ini mencapai Rp 45 triliun.
Selain itu, operasional WK Rokan juga berkontribusi bagi daerah maupun masyarakat setempat. Kontribusi bagi pemda tertuang dalam hak partisipasi (Participating Interest/PI) 10 persen kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Riau.
Sementara kontribusi kepada masyarakat seperti melalui Program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL), lanjut Chalid, juga memberi efek berantai (multiplier effect) terhadap sekitar 32.000 penerima manfaat.
Advertisement