Liputan6.com, Jakarta CEO dan Co-Founder forwarder.co Stephanus Sugiharto bercerita, rata-rata biaya pengiriman dalam negeri di Indonesia cukup tinggi terutama jika menuju daerah Indonesia Timur. Perkara ongkos pengiriman (ongkir) ini yang dapat menjadi tantangan mempercepat penetrasi ekonomi digital di Indonesia.
Mengutip Momentum Works per 2022, pengiriman dari DKI Jakarta ke Papua Barat bisa mencapai Rp 130.000 per kg. Adapun, biaya pengiriman ke Maluku Utara dan Sulawesi Utara mencapai mencapai Rp 70.000 dan Rp 60.000 per kg. Di sisi lain, biaya pengiriman termurah berada di intra kota DKI Jakarta yang tidak mencapai Rp 10.000 per kg.
Advertisement
Menurut Stephanus, komponen biaya pengiriman yang cukup tinggi ini tidak dapat terlepas dari pelaku usaha UMKM. Semakin biaya dapat ditekan, UMKM bisa memberikan harga jual yang lebih kompetitif di pasar.
Stephanus menilai UMKM dapat mulai memanfaatkan pengiriman laut, sebagaimana 70 persen aktivitas pengiriman barang di dunia melalui laut. Perkara utama yang menjadi soal biasanya dalam hal volume pengiriman.
"Para UMKM dapat memanfaatkan fasilitas LCL (less container load) yang merupakan metode pengiriman kargo gabungan. Ini menjadi satu solusi opsi pilihan merencanakan rantai pasok lebih baik. Pengiriman dapat digabungkan untuk kargo dengan tujuan yang sama, dengan konsep cost sharing," jelasnya, Rabu (20/12/2023).
Dia menjelaskan, dengan kuantitas tertentu, harga pengiriman yang sebesar Rp 120.000 per kg dapat dipangkas menjadi Rp 12.000 per kg. Selain itu, penting pula menghadirkan proses logistik yang sederhana sehingga memudahkan UMKM.
Logistik
Lebih jauh, pengguna logistik pun membutuhkan kepastian harga, kelengkapan dokumen, laporan hingga pelacakan terintegrasi.
"Kami berupaya merubah kompleksitas dalam ranah logistik menjadi seringkas memesan layanan taksi online, mempermudah akses terutama pada pengiriman laut yang mungkin sebelumnya menjadi tantangan bagi pelaku bisnis," jelasnya.
Salah satu merek dagang yang cukup berhasil membentuk model bisnis yang efisien yakni produsen tas asal Bandung, Torch.id. Merek dagang ini hanya berfokus pada inti bisnisnya, sementara aktivitas rantai pasok hingga produksi diberikan kepada pihak lain.
Advertisement
Jualan Online
CEO Torch.id Ben Wirawan menceritakan, pihaknya fokus pada aktivitas desain, branding, marketing, dan penjualan. Sementara pengelolaan rantai pasok seperti pergudangan dan pengiriman serta produksi diberikan kepada pihak ketiga.
"Caranya fokus ke yang kita bisa sisanya kasih ke ahlinya. Cara kerja perusahaan brand startup, fokus di penjualan, ketika mesti mengirimkan ke konsumen, dilakukan pihak lain, sehingga membuat perusahaan ramping," kata Ben.
Ben mengatakan, salah satu yang terpenting dari berjualan online yakni mempelajari kebiasaan konsumen melalui data penjualan yang didapatkan dari platform lokapasar. Aktivitas ini pun dapat mulai dilakukan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI).
"Torch.id dalam 8 tahun tumbuh 120 kali lipat dari tahun pertama. Kami tidak punya mobil atau aset, uang yang ada diputarkan untuk penjualan, tidak membeli aset tidak perlu. Mobil perusahaan juga sewa," paparnya.