Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Kamis, (21/12/2023). Koreksi bursa saham Asia Pasifik mengikuti wall street yang tertekan. Sementara itu, investor menanti data produk domestik bruto (PDB) dan inflasi dari Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari CNBC, ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi ekonomi AS catat pertumbuhan 5,2 persen year-on-year (YoY) pada kuartal III 2023. Sementara itu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi diperkirakan naik 2,3 persen pada periode yang sama, kenaikan paling lambat sejak kuartal IV 2020.
Advertisement
Sementara itu, investor di Asia akan menilai harga produsen dari Korea Selatan serta keputusan Bank Indonesia (BI) pada Kamis pekan ini.
Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,57 persen, setelah indeks mencatat kenaikan hari kedelapan dalam sembilan sesi pada perdagangan saham Rabu pekan ini.
Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,31 persen, sedangkan indeks Topix tergelincir 1,18 persen. Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,36 persen, dan indeks Kosdaq susut 0,2 persen.
Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.507, menunjukkan pembukaan lebih Lembah dibandingkan dengan penutupan indeks Hang Seng sebelumnya di posisi 16.613,81.
Di wall street, tiga indeks acuan melemah seiring investor realisasikan keuntungan setelah sembilan hari berturut-turut menguat pada indeks Dow Jones dan Nasdaq.
Indeks Dow Jones melemah 1,27 persen, indeks Nasdaq merosot 1,5 persen dan indeks S&P 500 terpangkas 1,47 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 20 Desember 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, 20 Desember 2023. Indeks saham Nikkei di Jepang melanjutkan kenaikan ke sesi berikutnya setelah bank sentral Jepang mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya.
Bank of Japan mempertahankan suku bunga minus 0,1 persen dan tetap berpegang pada kebijakan pengendalian kurva imbal hasil yang menjadikan batas atas imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun naik 1 persen. Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda juga memberikan nada dovish setelah keputusan kebijakan tersebut.
Yen melanjutkan koreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Harganya turun sekitar 0,13 persen ke posisi 144,02.
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,63 persen. Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.806, lebih tinggi dari penutupan perdagangan terakhir di posisi 16.505.
Indeks Nikkei 225 dibuka menguat 1,32 persen, sedangkan indeks Topix bertambah 0,91 persen. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,73 persen pada awal perdagangan. Indeks Kosdaq menanjak 0,65 persen.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 20 Desember 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 20 Desember 2023. Hal ini seiring investor merealisasikan keuntungan setelah pasar mengalami tren menguat.
Di sisi lain, FedEx menyeret indeks saham S&P 500 ke zona merah. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 475,92 poin atau 1,27 persen ke posisi 37.082. Indeks Nasdaq terpangkas 1,5 persen ke posisi 14.777,94. Dua indeks saham acuan itu mengakhiri kenaikan selama sembilan hari dan mengalami kinerja terburuk sejak Oktober. Demikian mengutip dari laman CNBC, Kamis (21/12/2023).
Indeks S&P 500 merosot 1,47 persen ke posisi 4.698,35, menandai kinerja terburuk sejak September. “Pasar menjadi jenuh beli, dan koreksi seperti ini wajar mengingat kondisi seperti itu. Jadi ini lebih bersifat teknikal dari pada fundamental,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investments, Keith Buchanan, seperti dikutip dari CNBC.
Sementara itu, saham FedEd mencatat beban terbesar di indeks S&P 500. Saham FedEx merosot 12 persen. Raksasa pengiriman paket ini mengeluarkan prospek pendapatan yang mengecewakan untuk tahun fiskal ini, dan melaporkan hasil fiskal kuartal kedua yang jauh dari harapan baik kinerja pendapatan dan laba.
Saham induk usaha Google, Alphabet termasuk di antara yang mencatat kinerja terbaik di indeks S&P 500, mencapai level tertinggi baru dalam 52 minggu selama sesi tersebut. Saham Alphabet naik 1,2 persen.
Koreksi ini terjadi setelah sesi yang kuat pada perdagangan saham Selasa pekan ini saat indeks Dow Jones dan Nasdaq mencatat kenaikan sembilan hari berturut-turut. Sejak penutupan terendah pada 27 Oktober hingga Selasa pekan ini, indeks Dow Jones menguat 15,9 persen. Indeks S&P 500 melambung 15,8 persen dan indeks Nasdaq bertambah 19,1 persen sejak penutupan pada level terendah terbarunya pada 26 Oktober.
Kinerja Indeks Acuan
Rata-rata tiga indeks saham acuan tersebut berada pada jalur menuju kenaikan pada Desember dan 2023 karena investor menantikan usulan penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) pada tahun baru.
Indeks S&P 500 menguat 2,9 persen pada Desember 2023 dan 22 persen sepanjang 2023. Indeks Dow Jones naik 3,2 persen pada Desember 2023, dan 11,9 persen pada 2023. Indeks Nasdaq bertambah 3,9 persen dalam sebulan dan 41 persen pada 2023, dan menempatkannya pada tahun terbaiknya sejak 2020.
Sementara itu, Morgan Stanley mengatakan, inflasi berikutnya mungkin akan sulit. The Federal Reserve (the Fed) mungkin tidak akan memulai memangkas suku bungga.
“Kami pikir akan memakan waktu hingga Juni bagi the Fed untuk mendapatkan bukti yang jelas dan meyakinkan kalau inflasi akan kembali ke target 2 persen, dan oleh karena itu, mulai menurunkan suku bunganya,” ujar Ekonom Morgan Stanley Ellen Zentner.
Advertisement