Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) terus mencari investor untuk membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satu investor yang diincar dari China.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin menjelaskan, dirinya baru saja tiba di Indonesia usai melakukan kunjungan kerja ke China. Secara prinsip para produsen kendaraan listrik China berkomitmen menanamkan modalnya di Indonesia.
Advertisement
Komitmen yang dimaksud oleh Rachmat yaitu para produsen menyanggupi dengan permintaan pemerintah Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik dengan kapasitas 600 ribu di 2030.
"Saya baru sampai dari China habis ngomong sama 4 pabrikan mereka. Prinsipnya, dengan policy yang kita buat kita sampaikan target 600 ribu di 2030. Jadi biar mereka yang bawa produknya," kata Rachmat, Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Pemerintah pun juga memiliki komitmen positif bagi para investor kendaraan listrik saat mereka sudah melakukan tes pasar Indonesia. Hanya saja, dia menekankan, insentif hanya diberikan bagi produsen kendaraan listrik yang juga memiliki komitmen memenuhi target dengan memproduksi di dalam negeri setidaknya 40%.
"Kita akan memberikan insentif, bisa tes pasar untuk yang komitmen membangun kapasitas produksi di Indonesia," kata dia.
Sebelumnya, pada September 2023, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa dia tengah berdiskusi dengan produsen kendaraan listrik asal China, BYD.
Luhut menyebutkan BYD tertarik untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia.
"Kita pada posisi yang saya pikir sangat baik. BYD, kita berharap peraturan keluar bulan ini dan insya allah mereka akan investasi di kita," ujar Luhut.
Reporter: Yunita Amalia
Sumber:Merdeka.com
Mobil Listrik Tak Laku, Menhub: Baterainya Kemahalan
Sebelumnya, penjualan kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV) baik mobil listrik maupun motor listrik di Indonesia masih seret. Bahkan program konversi motor BBM ke motor listrik pun juga tak diminati.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pun menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Masih sedikitnya minat masyarakat untuk membeli kendaraan listrik lantaran harga komponen baterai yang tergolong mahal.
"EV ini satu pekerjaan yang tidak mudah, satu memang ada kendala mengenai harga karena baterainya," ujar Budi Karya dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun 2023 di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Rabu (20/12/2023).
Selain baterai, teknologi yang ada pada kendaraan listrik di pasaran saat ini juga masih butuh pengembangan. Faktor ini membuat masyarakat ragu untuk beralih ke kendaraan listrik.
"EV ini teknologinya masih blum terlalu mumpuni," ucapnya.
Advertisement
SPKLU
Kemudian, titik Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) belum tersebar merata. Kondisi ini tentu menyulitkan pengguna kendaraan listrik jika ingin melakukan pengisian daya baterai.
Atas sederet permasalahan tersebut, pemerintah memberikan subsidi untuk pembelian maupun konversi kendaraan listrik. Dengan harga yang lebih miring diharapkan ? menarik minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.
"Nanti, charging-nya (pengisian) mungkin bisa gratis. Sehingga populasi kendaran banyak charging-nya, lalu dikuti swasta," imbuh Menhub Budi.
Selain itu, pemerintah juga berencana untuk memberikan subsidi parkir bagi kendaraan listrik. Dengan sejumlah intensif tersebut diharapkan jumlah kendaraan listrik yang mengaspal di jalan raya kian bertambah banyak.
"Dengan memberikan kemudahan-kemudahan lain, termasuk kita akan memberikan kemudahan parking, artinya lebih murah, lebih mudah dan sebagainya," pungkas Menhub Budi.