Catatan Akhir Tahun: Ribut-ribut Takut Data Genom BGSi Bocor ke China

Ketakutan data genom BGSi yang diinisiasi Menkes Budi Gunadi Sadikin bocor ke China.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Des 2023, 17:00 WIB
ilustrasi ketakutan data genom BGSi yang diinisiasi Menkes Budi Gunadi Sadikin bocor ke China. Foto: DCstudio from Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Biomedical Genome Science Initiative atau BGSi besutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin cukup menuai kontroversi di kalangan sejumlah dokter. Apalagi semenjak dimulainya penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan – kini menjadi UU Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan – terkait regulasi data genomik.

Isu kekhawatiran kebocoran data DNA, data genom nantinya dijual ke China, dan  penyalahgunaan proyek genom BGSi mencuat ramai di media sosial. Hal ini mencuat lantaran BGSi merupakan hasil kerja sama dengan Beijing Genomic Institute.

Tak tanggung-tanggung, ada pula kecemasan soal data DNA yang kemungkinan bisa diedit atau diubah.

Silang ‘perang pendapat’ kehadiran BGSi di dunia medis ini direspons Budi Gunadi dengan tenang. Menurutnya, penggunaan teknologi genom sudah banyak diterapkan di negara-negara lain di dunia, khususnya untuk mendeteksi risiko penyakit.

Melalui genom, seseorang dapat diketahui memiliki risiko penyakit atau tidak. Pengobatan di dunia pun perlahan bergerak ke arah yang lebih presisi, disesuaikan dengan kondisi individu pasien. 

“Bahaya Data Genom Dipakai buat Bunuh Manusia”

Teknologi genom yang menggunakan DNA inilah menjadi kunci yang membuat kedokteran presisi dapat berkembang maju. Pengobatan antara satu pasien dengan pasien lain bisa berbeda. 

“Banyak dibilang bahwa Menkesnya bekerja membuat virus untuk membunuh umat manusia. Saya dibully banyak dokter juga dan dokter-dokter yang enggak ngerti apa-apa bilangnya, bahaya nanti datanya bocor ke China, nanti bisa dipakai untuk membunuh umat manusia. Astaga…” tutur Budi Gunadi di Jakarta pada 1 September 2023.

“Kita udah tahu genetik apa, nanti pengobatan itu akan precise (tepat). Jadi transfer teknologi sekarang lagi bergerak ke sana. Buat cancer (kanker), kita tahu jika terjadi mutasi sel-sel berubah-ubah. Dengan demikian akan menjadi lebih saintifik dan sangat precise. Orang Jepang sama orang Sunda beda ngobatinnya.”


Data Genom Disimpan di Biobank Dalam Negeri

Selanjutnya, keamanan data genomik juga dibangun dari sisi infrastruktur, yakni tempat penyimpanan khusus berupa biobank. 

“Yang kita membutuhkan biobank. Kita butuh sampel-sampel diambil disimpan. Sempat rame juga kan yang katanya data genom dikirim ke China. Nah, kami bangun sekarang di Rumah Sakit H. Marzoeki Mahdi biobank untuk 10 juta sampel,” jelas Budi Gunadi.

“Kita nggak mau kita tertinggal di health (kesehatan). Kita mau maju. Saya banyak dicerca. Di sini, kita bangun udah mulai nih kita menaiki sampai 4.000 sampai 5.000 sampel genom, kita mau naikin sampai 10 juta. Selain biobank, kita bangun bio sequencing-nya.”

Hub BGSi di 9 Rumah Sakit

Saat ini, BGSi sudah dilaksanakan di 9 rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan sekaligus pengampuan nasional. Kesembilan rumah sakit sebagai Hub BGSi, antara lain:

  1. RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk penyakit metabolik terutama diabetes
  2. RS Kanker Dharmais untuk penyakit kanker
  3. RS Pusat Otak Nasional untuk penyakit stroke
  4. RSPI Sulianti Saroso untuk penyakit menular Tuberkulosis (TB)
  5. RSUP Persahabatan untuk penyakit menular TB
  6. RS Ngoerah untuk wellness and beauty
  7. RS Sardjito untuk penyakit genetik/penyakit langka
  8. RSJPD Harapan Kita untuk penyakit jantung
  9. RSAB Harapan Kita untuk kesehatan ibu dan anak

“Ini Membutuhkan riset dan saya sudah nunjuk 9 rumah sakit karena ini kan buat in the future (masa depan). Jadi startup banyak masuk dan kita bikin regulatory sandbox,” jelas Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Regulatory Sandbox merupakan kerangka kerja yang memungkinkan teknologi dan inovasi baru diuji di lingkungan dalam skala terbatas. Tujuannya, menguji dan menilai kelayakan produk dalam setting dunia nyata, memastikan kualitas produk, serta menguji batas ketahanan dan kestabilan sebuah sistem termasuk modul aplikasi dan infrastrukturnya.


Proses Pemeriksaan BGSi Panjang

Ilustrasi Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) memerlukan proses pemeriksaan DNA yang panjang. Credit: unsplash.com/ThisisEngineering

Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) bagi Direktur Utama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito disambut baik. Namun, hal itu memerlukan proses pemeriksaan DNA yang panjang. 

RS Kanker Dharmais sudah mengambil sampel cukup banyak.

"Kami udah collecting cukup banyak sih sampel-sampel di RS Kanker Dharmais. Nanti data DNA ini dikumpulkan dengan data klinis, kan kita punya cancer registry digabungkan dengan demografi," ucap Soeko saat diwawancarai Health Liputan6.com di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada 6 Desember 2023.

"Ras, suku mana sehingga menjadi lebih spesifik. Misalnya, daerah ini lebih banyak kanker mulut. Sekarang ini kan general. Tapi sebetulnya spesifik daerah nanti bisa kelihatan."

Selain itu, Soeko menekankan, negara-negara lain sudah mampu melakukan pemetaan kanker.

"Itu bagus banget. Di negara lain begitu semua, jadi kita biar enggak ketinggalan," pungkasnya.

Deteksi Risiko Kanker Lewat Genom

Di RS Kanker Dharmais telah berjalan pemeriksaan genom untuk mendeteksi risiko kanker. Pemeriksaan deteksi risiko kanker menyasar pada orang yang sehat. 

Mereka diambil darah, diperiksa DNA, kemudian diurutkan untuk dilihat, apakah orang yang bersangkutan punya risiko yang mengarah ke 9 jenis kanker.

Sembilan jenis kanker meliputi kanker payudara, kanker paru, kanker pankreas, kanker serviks, kanker kolorektal, kanker tiroid, kanker lambung, kanker hati, dan kanker uterus

"Sebelum diperiksa biasanya seseorang itu, kita enggak bisa bilang pasien ya soalnya dia belum sakit. Ini orang sehat yang justru datang ke rumah sakit, lalu diedukasi tentang proses ini," terang Soeko.

"Karena result-nya, hasilnya nanti, yang penanda tadi bisa mengarah kepada 9 jenis penyakit kanker."

Proses pengurutan sampel DNA dari orang sehat dapat dicocokan dengan penanda terkait ada atau tidaknya potensi kena kanker.

"Nanti kalau udah diperiksa DNA orang tersebut, cocok enggak sama kemungkinan kena kanker apa. Nah, setelah ketahuan, mudah-mudahan negatif ya hasilnya. Kalau negatif ya selesai, tapi nanti dia bisa periksa lagi," sambung Soeko.

"Kalau ternyata positif harus diedukasi lagi sama si konselornya. Kami punya konselor juga yang khusus untuk genomik itu supaya pasien enggak kaget, terus lebih bisa mempersiapkan diri."


Pengamanan Data Berlapis-lapis

Khusus keamanan sampel genom DNA dalam Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi), Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI Lucia Rizka Andalusia menuturkan, masyarakat tak perlu cemas data bocor.

Sebab, keamanan penyimpanan data berlapis-lapis dan akses terbatas (limited access). 

“Sebelum menjalankan inisiatif BGSi, kami sudah memikirkan aspek legal, etik, dan keamanan data. Itu sudah menjadi concern kami sejak awal kita melakukan inisiatif. Semua data dan sampel tentunya harus terjaga kerahasiaannya, confidentiality,” tutur Rizka saat sesi KEMENCAST #21 - Kenalan Yuk Sama BGSi pada 22 Juni 2023.

“Sehingga kita melakukan coding terhadap data-data ini tidak bisa terlihat lagi ini punyanya siapa gitu. Untuk melindungi kerahasiaan data pribadi, kita juga kan berlapis-lapis pengamanan datanya. Disimpan di tiga platform berbeda, yakni data penyakit, biomedis, dan biobank.”

Penyimpanan di tiga platform berbeda di atas juga saling berkaitan satu sama lain. Ketika terjadi error di satu platform, maka data di platform lain tetap aman. Platform yang error tersebut otomatis tidak bisa digunakan, sehingga data yang disimpan tak akan bocor.

“Yang berbeda, kalau misalnya ada masalah terhadap satu platform, yang dua platform lainnya aman dan yang platform bermasalah itu tidak bisa digunakan. Selain itu, data tidak mudah diakses,” jelas Rizka.

“Oleh siapa saja yang boleh akses? Orang-orang yang akan mengakses harus mendapatkan otorisasi dan limited access. Maksudnya, orang tersebut diberikan otorisasi hanya untuk spesifik data yang dibutuhkan saja, tidak bisa langsung mengambil semua data.”

Izin Akses oleh Kemenkes RI

Akses terbatas untuk data genomik pun atas izin Kemenkes RI. Kemenkes juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk keamanan data.

“Limited access kepada orang yang diberikan otorisasi itu saja yang boleh mengakses datanya. Yang memberikan otorisasi adalah Kementerian Kesehatan,” tambah Rizka.

“Penting kami sampaikan, untuk menjaga keamanan data, penyimpanan data ini, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan BSSN. Kita kan punya lembaga di tingkat nasional yang mempunyai tugas menjaga keamanan data.

Infografis 34 Juta Data Paspor Indonesia Diduga Bocor, Ini Respons Kominfo dan Imigrasi. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya